"Apa saya masih masih punya kesempatan untuk memiliki seorang anak? " tanya Nyai Wulan dengan gugup. Mendengar penuturan Nayla ada rasa khawatir dalam dirinya.
"Tentu saja. Mbak Wulan tidak usah khawatir. Saya akan berusaha untuk mengobatinya. Namun saya harus mencari bahan-bahannya terlebih dahulu. "
"Kamu yakin? " tanya Nyai Ayu dengan mata yang berbinar. Jika menantunya bisa memberinya cucu, ia tidak perlu lagi mencarikan wanita lain untuk dinikahi putranya.
"Saya sangat yakin jika penyakitnya bisa disembuhkan. Tapi untuk mendapatkan anak itu semua sudah kehendak dari yang diatas. Yang penting usaha dan juga berdoa, " jawab Nayla.
"Jangan terlalu banyak berfikir dan juga jaga kesehatan, " lanjutnya.
"Terimakasih nasehatnya. Terus kapan mulai pengobatannya?" tanya Nyai Wulan tidak sabar.
"Terserah. Tapi ada baiknya setelah memeriksa kondisi ibu dari Mbak Wulan."
"Apa tidak kelamaan? "
"Untuk saat ini Saya masih belum memiliki obatnya. Tunggu sampai saya selesai membuatnya. "
"Kami akan menunggu. Jika ada sesuatu yang kamu butuhkan, bilang saja pada kami, " ucap Senopati Arya dengan tenang.
"Baik."
"Ada apa ini? " tanya Tumenggung Aji Saka yang baru saja datang. Beliau baru saja pergi ke sungai terdekat untuk buang air.
Senopati Arya menceritakan semuanya pada Tumenggung Aji Saka. Wajah Tumenggung Aji Saka langsung tersenyum cerah begitu mendengarnya.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? kita lanjutkan perjalanan sekarang saja agar bisa cepat sampai. Lebih cepat lebih baik, " ajak Tumenggung Aji Saka dengan semangat.
Tanpa menunggu persetujuan dari mereka, Tumenggung Aji Saka langsung memerintahkan para prajurit untuk bersiap.
Saat ini mereka berjalan di pinggir hutan selatan. Disebut sebagai hutan selatan karena letaknya di bagian selatan kerajaan.
Dihutan selatan sering ada perampokan. Banyak pedagang yang mengeluhkannya pada pihak berwajib, namun para perampok itu terlalu licik dan pintar. Keberadaan mereka tidak terlacak sama sekali.
Sebenarnya pembegal itu berasal dari dunia persilatan. Selain bela dirinya bagus, mereka juga memiliki keahlian untuk mengecoh musuh. Tidak semua orang yang melewati jalan ini diberhentikannya.
Namun kali ini mereka merampok orang yang salah. Mereka tidak mengenali korban dengan benar.
"Berhenti! " teriak sesorang yang tiba-tiba muncul untuk menghadang.
Kemudian muncul lagi lima orang di sampingnya. Masing-masing dari mereka memegang senjata sesuai dengan julukannya.
Senopati Arya dan Tumenggung Aji Saka langsung menghentikan kudanya. Dalam sekali lihat Senopati Arya dapat mengenali identitas mereka. Mereka berasal dari perguruan golok setan.
"Apa yang membuat Tuan-tuan menghentikan perjalanan kami?" ucap Tumenggung Aji Saka dengan tegas.
"Serahkan barang-barang berharga kalian jika masih menginginkan nyawa kalian tetap hidup! "
"Jika kami tidak mau? "
"Maka jangan salahkan jika nyawa kalian taruhannya. "
Para prajurit langsung bergerak dengan cepat. Mereka berpencar menjadi dua. Satu kelompok bergerak memberi perlindungan pada para wanita, sedang satu kelompok lain bersiap untuk menyerang orang-orang dari perguruan golok setan.
"Saya tidak menyangka jika orang-orang dari perguruan golok setan merampok harta orang lain," cibir Senopati Arya dengan tersenyum miring. Belum sempat orang-orang dari golok setan menyahut Senopati Arya kembali menyindir mereka.
"Pasti kalian perampok yang disebut oleh orang-orang."
"Jangan banyak bacot! "
"Serang! "
Keenam orang itu langsung menyerang secara bersamaan. Para prajurit melawan mereka dengan sigap.
Senopati Arya dan Tumenggung Aji Saka mengawasi pertarungan itu dari atas kuda mereka. Mereka baru turun untuk bertarung saat para prajurit mengalami kekalahan.
Nayla keluar dari dalam tandu. Kebetulan para prajurit telah menurunkan tandunya.
Nayla penasaran dengan orang-orang yang berasal dari perguruan golok sakti. Dia ingin mengetahui seberapa kuat orang-orang itu. Bagaimanapun ia belum pernah melihat pendekar yang asli.
"Anda mau kemana Nona, " ucap prajurit menghentikan langkah Nayla yang ingin mendekat kedepan,
Dor!
Dor!
Dor!
Nayla kaget. beberapa pohon meledak oleh serangan salah satu orang dari orang-orang golok setan.
Ternyata kekuatan orang-orang dari perguruan golok setan tidak bisa diremehkan. Semua prajurit yang melawan mereka sudah tidak berdaya. Senopati Arya dan Tumenggung Aji Saka sudah turun tangan untuk melawan mereka.
Tiga orang yang lain mulai menyerang para prajurit tersisa. Nyai Wulan dan yang lain merasa takut. Mereka berkumpul menjadi satu dengan tubuh bergetar.
Nayla menatap jarik yang membungkus tubuhnya dengan nafas lelah. Bagaimana ia akan menghadapi orang-orang itu?
Saat melihat para prajurit kalah, Nayla tak punya pilihan lain selain melawan mereka. Dia menyobek jarik itu hingga sebatas lutut.
"Apa yang ingin kamu lakukan nona cantik? "
"Menurutmu??? "
Tanpa menunggu orang itu menjawab Nayla langsung menyerang. Orang itu langsung terkejut.
Nayla menyerang menggunakan tangan kosong. Sedangkan lawannya menggunakan golok nya.
Senopati Arya sudah mengalahkan satu orang. Kini dia melawan dua orang lainnya. Setelah beberapa saat semua orang-orang itu terkalahkan.
Tumenggung Aji Saka dan yang lain terkejut mengetahui Nayla ikut mengalahkan salah satu dari mereka .
"Kamu bisa beladiri, " seru Tumenggung Aji Saka dengan kagum. Apalagi Nayla tidak mendapatkan satu luka pun dari pertarungan itu. Padahal musuhnya menggunakan golok.
"Hanya sedikit Tuan, " jawabnya merendah.
"Kalau keahlianmu sedikit bagaimana dengan keahlian para prajurit. "
Para prajurit yang mendengar hal itu hanya bisa menundukkan kepalanya dengan malu. Nayla mengobati mereka satu persatu.
"Sepertinya kita harus menginap disini malam ini, " keluh Tumenggung Aji Saka.
"Apa rumahnya masih jauh? " tanya Nayla penasaran. Jika sudah dekat bukankah lebih baik melanjutkan perjalanan. Takutnya akan ada orang-orang dari perguruan golok setan datang.
"Sekitar dua kilo lagi, " jawab Senopati Arya yang kemudian meminta ayahnya untuk berangkat terlebih dulu.
"Ayah dan yang lain pergi saja dulu bersama yang lain. Biar disini aku yang mengurusnya. "
"Tapi_"
"Para prajurit tak mungkin bisa mengangkat tandu. Bukankah lebih baik berjalan perlahan asal bisa sampai dengan selamat. Untuk urusan yang disini biar aku yang menangani, " ucap Senopati Arya setelah berpikir dengan baik
Tumenggung Aji Saka menyetujuinya. Dia mengajak para wanita untuk melanjutkan perjalanan. Dia yakin tidak ada lagi perampok yang akan menghadang mereka lagi.
Mereka tiba di kediaman orang tua Nyai Wulan saat tengah malam.
Nyai Wulan merupakan putri dari Demang Jaya. Dia memiliki dua orang kakak lelaki dan seorang adik perempuan. Sayangnya adik dari Nyai Wulan hilang sejak usianya lima tahun.
Sejak adik Nyai Wulan hilang, kesehatan ibu Nyai Wulan menurun. Sudah lima belas tahun lebih adiknya belum ditemukan. Saat ini ibu Nyai Wulan hanya bisa terbaring di atas ranjang.
Demang Jaya memiliki dua orang istri. Sejak Ibu Nyai Wulan sakit, beliau tidak bisa lagi melayani Demang Jaya. Demang Jaya yang memang memiliki nafsu yang tinggi, tidak bisa menahan godaan dari pelayan pribadi istrinya.
Dari pernikahan yang kedua, Demang Jaya tidak memiliki seorang anak pun. Meski begitu ia tidak bingung maupun susah. Sudah ada Nyai Wulan dan dua orang kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Jadi si demang nikahin pelayan istrina ya
2024-12-25
0
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat
2024-07-04
1
nacho
kenapa kereta kudanya tiada
2024-07-03
0