Perbincangan di pagi hari

Nayla tidak mengetahui jika kedatangannya membuat kesalah pahaman. Ia tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya Nayla bangun dengan kondisi prima. Semalam merupakan tidur paling nyenyak sejak tiba di Kerajaan Pandan Wangi.

Setelah bangun tidur dia langsung mandi. Ia juga mencuci semua pakaian kotornya. Nyai Wulan menyediakan baju baru buatnya.

Tiidak seperti baju yang diberikan oleh putri Kuwu Wira, pakaian yang diberikan oleh Nyai Wulan lebih lengkap. Ada jarik, kemben dan juga kebaya yang cukup bagus meski tidak seperti kebaya yang ia temui di dunianya.

Baju yang sudah dicuci langsung Ia jemur di samping rumah. Selesai menjemur Ia tidak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat Ia menjemur bajunya.

Dia memandang berbagai macam bunga yang ada disana. Selain bunga ada juga beberapa sayuran yang Ia kenal.

"Selamat Pagi Nona," sapa seorang pelayan tiba-tiba mengagetkan Nayla.

"Selamat pagi. Ada yang bisa Saya bantu? "

"Ini ada segelas teh hangat buat Nona, " ucap pelayan itu sambil memberikan cangkir yang berisi teh ke tangan Nayla.

"Terima kasih. "

"Sehabis ini Nyai Wulan meminta Nona untuk sarapan bersama di ruang makan yang ada di rumah utama."

"Baik. Tunggu sebentar. Aku habiskan dulu tehnya. Tidak enak kalau sampai dingin. "

Teh disini diseduh tanpa menggunakan gula. Gula merupakan barang mewah. harganya jauh lebih mahal dari harga beras. Selain itu belum ada gula putih. Masyarakat hanya mengenal gula merah.

Setelah menghabiskan tehnya, Nayla mengembalikan cangkirnya pada pelayan yang masih berdiri di sampingnya.

"Antar Aku ke rumah utama."

"Saya kembalikan dulu cangkirnya ke dapur."

Nayla menunggu pelayan itu sebentar. Kemudian saat pelayan itu kembali, mereka langsung berjalan ke rumah utama.

Meskipun rumah utama hanya ditinggali oleh Senopati Arya dan Nyai Wulan, namun rumah itu lebih luas dibanding rumah yang di tempati oleh Nayla. Tentu saja isinya lebih lengkap lagi.

Pelayan itu langsung membawa Nayla ke ruang makan. Didalam ruangan itu hanya ada Nyai Wulan bersama Senopati Arya. Keduanya menunggu Nayla untuk sarapan bersama.

"Selamat pagi Tuan.. Nyonya, " sapa Nayla.

"Selamat pagi. Silahkan duduk Dek, " ucap Nyai Wulan dengan ramah.

Senopati Arya telah menceritakan semuanya pada Nyai Wulan. Awal dari perjumpaannya dengan Nayla serta semua keanehannya. Semua diceritakan dengan jujur.

"Terimakasih... " Nayla bingung untuk memanggil apa.

"Panggil Mbak saja, " ucap Nyai Wulan dengan lembut.

"Ok."

"Oke??? " Nyai Wulan bingung dengan kosa kata yang Nayla ucapkan.

"Maksudku baik, " ucap Nayla dengan agak kikuk.

"Oh_"

"Ibuk belum terlambat kan? " tanya Nyai Ayu yang tiba-tiba saja datang bersama Tumenggung Aji Saka.

Tumenggung Aji Saka tidak kuasa menolak permintaan sang istri yang mengajaknya untuk sarapan bersama anak dan menantunya. Namun yang paling utama ia ingin melihat gadis yang dibicarakan oleh sang istri.

Ketiga orang yang sedang duduk itu langsung menatap kearah mereka. Dengan serempak Nyai Wulan dan Senopati Arya berdiri dan menyapa keduanya.

"Selamat pagi ibu... Ayah, " sapa Senopati Arya dengan Nyai Wulan bersamaan.

"Apa kami bisa ikut sarapan bersama? " tanya Tumenggung Aji Saka dengan wajah memerah. Dia menebalkan mukanya demi keinginan sang istri.

"Tentu saja. Silahkan duduk. "

Tumenggung Aji Saka nampak gagah diusia yang tidak muda lagi. Begitupun dengan Nyai Ayu. Mereka duduk di kursi yang masih kosong. Nyai Wulan mengambil dua piring kosong dan memberikannya pada Nyai Ayu dan Tumenggung Aji Saka.

Sejak datang Nyai Ayu tidak mengalihkan pemandangannya pada Nayla. Dia tidak sabar untuk menyapanya.

"Kalau boleh kami tahu siapa nama Nona muda ini ? " tanya Nyai Ayu dengan mata berbinar.

Dia sudah merasa cocok seandainya putranya mau menikah dengan Nayla. Wajahnya tidak kalah cantik dengan Nyai Wulan, bahkan lebih cantik.

"Saya Nayla. Senang bertemu dengan Tuan dan Nyonya, " sahut Nayla dengan sopan. Tidak mengetahui niat tersembunyi Nyai Ayu.

"Lebih baik ngobrolnya dilanjutkan setelah sarapan. Tidak enak rasanya kalau makanannya dingin, " ucap Senopati Arya sebelum Nyai Ayu kembali mengeluarkan suaranya.

Nyai Ayu menatap Senopati Arya dengan cemberut. Namun Nyai Ayu tidak mengucapkan apapun untuk membantahnya.

Nayla mengisi piringnya setelah semuanya selesai mengambil. Makanan yang disajikan tergolong mewah dibanding makanan rakyat jelata. Ada nasi putih, ayam ungkep, bebek bakar, sayur urap dan trancam.

Sepertinya di Kerajaan ini belum ada orang yang menggunakan minyak untuk menggoreng. Selama ia tinggal di kerajaan Pandan Wangi ia hanya menemukan makanan yang direbus, dikukus dan dibakar.

Ide usaha yang menarik menurutnya. Jika Ia memang tidak bisa kembali ke rumahnya, Ia bisa mencoba untuk membuka usaha pembuatan minyak. Sepertinya akan sangat menguntungkan. Itupun kalau Ia tidak mempunyai pekerjaan lain. Keinginan utamanya tetap menjadi seorang dokter.

Selesai sarapan, Senopati Arya mengajak yang lain untuk berbincang sebentar di bale-bale. Ia akan membicarakan rencananya untuk mengantar Nayla ke istana.

Para pelayan menyediakan pisang kukus serta klepon sebagai cemilan. Nayla mencoba makanan itu satu persatu. Rasanya tidak jauh beda dengan yang pernah Ia makan.

"Kalau boleh kami tahu, Nona Nayla berasal dari mana? " tanya Nyai Ayu.

"Saya berasal dari... "

Nayla bingung menjawabnya. Sampai saat ini ia masih belum mengerti berada di mana. Sempat terfikir jika saat ini sedang berada di Kerajaan ghoib yang ada di hutan .

Nayla sepertinya lupa jika Nayla pernah memberitahu Senopati Arya jika Ia berasal dari Indonesia.

"Dari mana? " tanya Nyai Ayu dengan tidak sabar. Bahkan ketiga orang lainnya juga penasaran dengan jawabannya.

"Indonesia, " jawab Nayla akhirnya.

"Indonesia? Dimana itu? "

Tumenggung Aji Saka yang belum pernah mendengar tentang Indonesia langsung membuka mulutnya. Sebagai orang yang sering bepergian tentu saja Ia mengenal banyak tempat. Bahkan di Kerajaan tetangganya.

"Anda tidak tahu? "

"Saya belum pernah dengar ada Kerajaan Indonesia. Mungkin ada di negri seberang, " jawab Tumenggung Aji Saka tidak yakin.

Negeri Sebrang yang ucapkan Tumenggung Aji Saka berada di seberang samudra. Belum ada seorangpun dari Kerajaan Pandan Wangi yang pernah. kesana. Mereka hanya mendengar dari cerita orang-orang dari Kerajaan tetangga.

"Apa itu benar? " Lanjutnya.

Nayla tidak mempunyai jawaban lain selain mengangguk. Padahal negeri seberang yang dimaksud aja tidak tahu. Indonesia juga bukan kerajaan tetapi Republik.

"Wow, kalau boleh saya tahu ada keperluan apa di Kerajaan Pandan Wangi ini?"

"Saya ingin mencari bunga Gerhana bulan, " jawab Nayla dengan jujur.

"Buat apa? " tanya Tumenggung Aji Saka yang pernah mendengar tentang Bunga Gerhana Bulan.

"Saya pernah dengar jika bunga itu bisa dipakai untuk obat. Apa itu benar? "

"Itu memang benar. Tapi tidak semudah itu untuk menemukan bunga Gerhana bulan. Katanya bunga itu hanya akan mekar saat terjadi Gerhana bulan, " ucap Tumenggung Aji Saka menjelaskan.

"Tuan pernah melihat bunga itu? "

"Belum pernah. Saya hanya pernah mendengar dari Mantri Kerajaan. Kalau boleh saya tahu untuk siapa bunga itu? "

"Saya membutuhkannya untuk membuat obat. "

"Jadi kamu seorang Mantri? "

"Ha??? "

"Bisakah kamu menyembuhkan penyakit ibuku? " tanya Nyai Wulan dengan antusias.

Terpopuler

Comments

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

Di jaman sekarang juga masih ada mantri

2024-12-25

0

sahabat pena

sahabat pena

hahaha dukun🤣🤣🤣 klo mantri lbh baik

2024-07-28

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat berkarya sukses selalu buat kamu Authorrr kuh

2024-07-02

0

lihat semua
Episodes
1 Nayla Dokter Genius
2 Keterkejutan Nayla
3 Menangkap ikan
4 Keluarga kerajaan
5 Melanjutkan perjalanan
6 Nyai Wulan
7 Nyai Ayu
8 Perbincangan di pagi hari
9 Perjalanan
10 Perampok
11 Istirahat
12 Memeriksa Nyai Rahayu
13 Pengobatan Nyai Rahayu
14 Siluman Ular
15 Halo!!!
16 Kakek Harimau
17 Pertarungan
18 Tiba di rumah
19 Pilihan
20 Adipati Banjar Negara
21 Rumah baru
22 Ke Pasar
23 Gosip
24 Pengobatan
25 Menghilangnya Janin dari perut-perut ibu hamil
26 Keanehan Senopati Arya
27 Ketemu
28 Manisa
29 Menyelamatkan Senopati Arya
30 Panik
31 Interogasi
32 Nayla mengaku
33 Membawa Senopati Arya pulang
34 Kedatangan Raden Athaya
35 ...
36 Perjalanan ke Istana
37 Desa kecubung
38 Nyai Wulan galau
39 Ki Suryadarma
40 Turun ke sawah
41 Balikan
42 Hamil
43 Pembukaan Klinik
44 Sindrom Couvade
45 Hati yang tersakiti
46 ....
47 Melepaskan gelar sebagai seorang Ratu
48 Bertemu
49 Bercerita
50 Kaluar istana
51 Berpamitan
52 Nyimas Purwati
53 Nyimas Parwati yang bermuka dua
54 Penyesalan Prabu Abi Rama
55 Sikap Adipati Janitra
56 Keberadaan Nayla diketahui orang sekte sesat
57 Datangnya Ki Suryadarma dan Ki Sawunggaling
58 Membuat rumah
59 Pembalasan
60 Pesta
61 Raden Cakra
62 Info
63 Tanah gersang
64 ....
65 Menolak
66 Kedatangan Raden Wijaya dari Kerajaan Bulan Bintang
67 Kepergian Nayla dan kedua orang tuanya
68 Atmajaya
69 Pagoda Suci
70 Draft
71 Memeriksa kondisi Ratu Sekar Sari
72 Pengobatan
73 Draft
74 Kembali Pulang
75 Akhir dari sebuah kutukan
76 Misi berhasil
77 Pembuatan Rumah
78 Serangan
79 Pindah Rumah
80 Berkebun
81 Kondisi Prabu Abi Rama
82 .
83 Di rumah Nayla
84 ....
85 Keterkejutan Prabu Abi Rama
86 Nyai Wulan melahirkan
87 Draft
88 .....
89 Kembali ke desa Harapan
90 Makan malam bersama
91 Pengumuman
92 Pernikahan
93 pengumuman
94 .....
95 Keberhasilan
96 Pintu di lantai sembilan pagoda Suci
97 ....
98 Pergi ke rumah sakit
99 Akhirnya....
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Nayla Dokter Genius
2
Keterkejutan Nayla
3
Menangkap ikan
4
Keluarga kerajaan
5
Melanjutkan perjalanan
6
Nyai Wulan
7
Nyai Ayu
8
Perbincangan di pagi hari
9
Perjalanan
10
Perampok
11
Istirahat
12
Memeriksa Nyai Rahayu
13
Pengobatan Nyai Rahayu
14
Siluman Ular
15
Halo!!!
16
Kakek Harimau
17
Pertarungan
18
Tiba di rumah
19
Pilihan
20
Adipati Banjar Negara
21
Rumah baru
22
Ke Pasar
23
Gosip
24
Pengobatan
25
Menghilangnya Janin dari perut-perut ibu hamil
26
Keanehan Senopati Arya
27
Ketemu
28
Manisa
29
Menyelamatkan Senopati Arya
30
Panik
31
Interogasi
32
Nayla mengaku
33
Membawa Senopati Arya pulang
34
Kedatangan Raden Athaya
35
...
36
Perjalanan ke Istana
37
Desa kecubung
38
Nyai Wulan galau
39
Ki Suryadarma
40
Turun ke sawah
41
Balikan
42
Hamil
43
Pembukaan Klinik
44
Sindrom Couvade
45
Hati yang tersakiti
46
....
47
Melepaskan gelar sebagai seorang Ratu
48
Bertemu
49
Bercerita
50
Kaluar istana
51
Berpamitan
52
Nyimas Purwati
53
Nyimas Parwati yang bermuka dua
54
Penyesalan Prabu Abi Rama
55
Sikap Adipati Janitra
56
Keberadaan Nayla diketahui orang sekte sesat
57
Datangnya Ki Suryadarma dan Ki Sawunggaling
58
Membuat rumah
59
Pembalasan
60
Pesta
61
Raden Cakra
62
Info
63
Tanah gersang
64
....
65
Menolak
66
Kedatangan Raden Wijaya dari Kerajaan Bulan Bintang
67
Kepergian Nayla dan kedua orang tuanya
68
Atmajaya
69
Pagoda Suci
70
Draft
71
Memeriksa kondisi Ratu Sekar Sari
72
Pengobatan
73
Draft
74
Kembali Pulang
75
Akhir dari sebuah kutukan
76
Misi berhasil
77
Pembuatan Rumah
78
Serangan
79
Pindah Rumah
80
Berkebun
81
Kondisi Prabu Abi Rama
82
.
83
Di rumah Nayla
84
....
85
Keterkejutan Prabu Abi Rama
86
Nyai Wulan melahirkan
87
Draft
88
.....
89
Kembali ke desa Harapan
90
Makan malam bersama
91
Pengumuman
92
Pernikahan
93
pengumuman
94
.....
95
Keberhasilan
96
Pintu di lantai sembilan pagoda Suci
97
....
98
Pergi ke rumah sakit
99
Akhirnya....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!