Nyai Ayu

Seorang wanita paruh baya sedang menata rambut wanita di depannya. Dia merupakan pelayan pribadi wanita di depannya.

"Maaf Nyonya... Saya mendengar dari teman-teman bahwa Senopati Arya pulang bersama gadis muda, " ucap pelayan itu dengan hati-hati. Nyai Ayu pun menoleh kearahnya dengan mata berbinar.

"Apakah yang kamu katakan ini benar? " tanya Nyai Ayu dengan antusias.

"Benar Nyonya."

"Kalau begitu tunggu apa lagi. Saya akan kesana sekarang, " ucap Nyai Ayu dengan semangat.

Sudah lama ia menginginkan putranya untuk menikah lagi. Namun putranya itu terlalu sayang dengan sang istri. Kesempatan kali ini tidak ingin ia sia-siakan.

Senopati Arya merupakan putra satu-satunya dari pernikahan Tumenggung Aji Saka dengan Nyai Ayu Wandira. Keduanya berharap Senopati Arya bisa meneruskan keturunannya. Namun hingga sepuluh tahun berlalu Senopati Arya belum memiliki keturunan.

Baik Nyai Ayu maupun Tumenggung Aji Saka sangat cemas keturunan mereka akan berhenti pada Senopati Arya. Berkali-kali mereka membujuk Senopati Arya untuk menikah lagi ,namun Senopati Arya menolak mentah-mentah permintaan mereka.

Mendengar Senopati Arya membawa seorang wanita cantik pulang kerumah Nyai Ayu sangat senang. Beliau tidak peduli jika wanita itu dari kalangan bawah. Yang penting baginya, Senopati Arya mau menikah kembali.

"Tapi sanggul Nyonya belum saya pasang, " ucap sang Pelayan saat Nyai Ayu hendak berdiri.

"Oh... lanjutkan! "

Setelah selesai, Nyai Ayu buru-buru keluar dari rumahnya. Tujuannya tak lain kediaman Senopati Arya. Rumah mereka hanya berjarak beberapa rumah.

Tak lama kemudian Nyai Ayu tiba di kediaman Senopati Arya. Nyai Ayu dengan cepat masuk ke dalam rumah.

Kebetulan sepasang suami-istri itu sedang bercengkrama dibale-bale. Senopati Arya nampak bercanda dengan Nyai Ayu.Ada saja ulahnya yang membuat wajah Nyai wulan merona.

"Sudah dong kakanda," ucap Nyai Wulan dengan manja.

"Kita masuk ke dalam yuk, " ajak Senopati Arya.

"Nanti saja. Takutnya nanti ada yang nyari."

"Tidak akan ada yang nyari."

"Ehm.... "

Nyai Ayu tak tahan melihat keromantisan mereka. Bahkan tidak menyadari kedatangannya.

"Eh ...Ibu, " sapa Senopati Arya dengan sopan. Dia mengambil tangan kanan ibunya untuk di cium.

"Ibu mendengar kamu sudah pulang. Jadi Ibu buru-buru datang kesini. Bagaimana kabarmu? "

"Nanda baik-baik saja. Mari duduk dulu. Pasti ibu lelah, " ajak Senopati Arya sambil merangkul bahu nyai Ayu.

Nyai Ayu menurut saja saat Senopati Arya membawanya ke bale-bale. Nyai Wulan langsung menyalaminya sambil mencium punggung tangannya.

"Malam Bu, " sapanya datar. Entah kenapa ia merasa tidak begitu suka dengan kedatangan ibu dari suaminya itu. Ia mempunyai firasat yang tidak menyenangkan.

"Malam. Kalian sedang apa? "

"Biasalah Bu. Nanda kan baru pulang. Dinda Wulan cuma menceritakan kesehariannya saat Nanda sedang bertugas, " jawab Senopati Arya mewakili sang istri.

"Oh... Ibu dengar, kamu membawa wanita muda pulang. Siapa dia? " tanya Nyai Ayu yang langsung mengungkap tujuannya. Nyai Wulan dan Senopati Arya saling pandang.

"Tamu kerajaan. Dia berasal dari negri sebrang. Nanda sengaja mengajaknya kesini, sebelum melapor pada gusti Prabu," jawab Senopati Arya sambil memegang tangan nyai Wulan dengan lembut. Seolah memberitahukan jika semuanya baik-baik saja.

Nyai Ayu merasa kecewa mendengar ucapan Senopati Arya. Padahal ia sudah semangat menyambut kedatangan istri barunya.

"Sekarang dia ada dimana?"

"Ibu mau ngapain? " tanya Senopati Arya curiga.

"Tentu saja menyapanya. Memangnya mau apa lagi. Bukankah kamu bilang tadi ,Dia tamu kerajaan, " jawab Nyai Ayu dengan agak sewot.

"Pasti saat ini dia sedang beristirahat. Dia sudah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Nanda sendiri juga sangat lelah."

Senopati Arya menolak secara halus permintaan dari ibunya. Dia sudah bisa menebak niat dari sang Ibu. Entah apa yang bisa membuat ibunya berhenti untuk memintanya menikah lagi. Padahal sang Ibu juga tahu jika ia sangat mencintai sang istri.

"Apa Ibu sudah makan malam? " tanya Senopati Arya mencoba mengalihkan perhatian. Semoga ibunya bisa mengerti.

"Ibu belum sempat makan. Ibu penasaran dengan wanita itu, " ucao Nyai Ayu dengan jujur.

"Kalau begitu kita makan bersa-sama saja. "

"Tidak perlu Ayahmu juga belum makan, " ucap Nyai Ayu sebelum beranjak dari sana. Wajahnya nampak cemberut.

"Kalau begitu mari kita antar. "

Nyai Ayu tidak menolak maupun menerima. Tetapi wanita yang berusia sekitar lima puluh tahun itu langsung berjalan begitu saja. Senopati Arya beserta Nyai Wulan mengikutinya dari belakang.

Nyai Wulan menatap kepergian Nyai Ayu dengan nanar. Dia sangat tahu apa yang dipikirkan oleh ibu mertuanya. Kini ia mulai belajar untuk ikhlas. Meski dalam kenyataannya itu sangat sulit.

"Apa yang Dinda pikirkan? " tanya Senopati Arya dengan lembut.

"Apa Ayah dan ibu marah? "

"Kenapa harus marah? "

"Karena Dinda belum bisa memberikan cucu buat mereka, " jawab Nyai Wulan dengan sendu. Ia sendiri sangat mendambakan seorang anak. Hari-harinya nampak kesepian. Apalagi saat Senopati Arya sedang bertugas di tempat yang jauh.

"Ayah dan Ibu tidak marah. Mereka cuma kecewa. Jadi jangan terlalu di pikirkan, " bujuk Senopati Arya dengan lembut. Namun Nyai Wulan masih bergeming di tempatnya.

"Kanda lapar nih, " ucap Senopati Arya sambil mengelus perutnya yang rata. Berharap Nyai Wulan melupakan kesedihannya.

"Maaf. Yuk kita makan bersama. Tadi Dinda minta pelayan untuk memasakkan botok luntas kesukaan Kakanda, " ucap Nyai Wulan dengan semangat.

Nyai Wulan menggandeng lengan Senopati Arya ke dalam rumah. Para pelayan segera menyiapkan makanan buat mereka.

Disisi lain Nyai Ayu pulang ke rumah dengan menggerutu sepanjang jalan. Sampai-sampai Tumenggung Aji Saka yang berpapasan dengannya tidak disapa.

"Dek Ajeng kenapa? " tanya Tumenggung Aji Saka mengagetkan Nyai Ayu.

"Kang Mas nih gimana sih, ngagetin Dinda aja."

"Loh... orang segede ini dibilang ngagetin. Memangnya kenapa sih, kok kayaknya Dek Ajeng lagi banyak pikiran? "

"Gara-gara anak kang mas tuh."

"Arya sudah pulang? "

"Sudah. Kang Mas Tahu Tidak? "

"Tidak lah. Dek Ajeng juga belum bilang."

"Tadi Arya pulang bawa gadis ."

"Wow... ada peningkatan nih. Kok dek Ajeng malah muram. Kan keinginan Dek Ajeng bakalan keturutan."

"Keturutan dari mananya? Gadis itu katanya tamu dari Kerajaan seberang. Dek Ajeng mau ketemu saja tidak boleh sama Arya. Pasti karena Wulan melarang. "

"Dek Ajeng tidak boleh berburuk sangka dulu. Bisa saja gadis itu masih lelah sehabis perjalanan jauh."

"Arya bilangnya begitu sih. Tapi Dek Ajeng tidak percaya sama omongannya."

"Sudahlah... besok pagi kita kesana sama-sama. Kalau sekarang tidak mungkin lagi."

"Dek Ajeng masih kesel loh. "

"Tidak baik seperti itu. Lebih baik kita makan malam saja. Kang Mas sudah sangat lapar."

Terpopuler

Comments

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

Masih baca

2024-12-25

0

Oka Derza

Oka Derza

ini baru keren... transmigrasi dengan cerita tema modern to kerajaan ,, Indonesia banget kan. Lanjutkan Thor👍

2024-10-20

0

Sribundanya Gifran

Sribundanya Gifran

noh tamu kerajaan kan dokter modern pasti bisa ngobati.
lanjut up lagi thor💪💪💪💪

2024-06-28

1

lihat semua
Episodes
1 Nayla Dokter Genius
2 Keterkejutan Nayla
3 Menangkap ikan
4 Keluarga kerajaan
5 Melanjutkan perjalanan
6 Nyai Wulan
7 Nyai Ayu
8 Perbincangan di pagi hari
9 Perjalanan
10 Perampok
11 Istirahat
12 Memeriksa Nyai Rahayu
13 Pengobatan Nyai Rahayu
14 Siluman Ular
15 Halo!!!
16 Kakek Harimau
17 Pertarungan
18 Tiba di rumah
19 Pilihan
20 Adipati Banjar Negara
21 Rumah baru
22 Ke Pasar
23 Gosip
24 Pengobatan
25 Menghilangnya Janin dari perut-perut ibu hamil
26 Keanehan Senopati Arya
27 Ketemu
28 Manisa
29 Menyelamatkan Senopati Arya
30 Panik
31 Interogasi
32 Nayla mengaku
33 Membawa Senopati Arya pulang
34 Kedatangan Raden Athaya
35 ...
36 Perjalanan ke Istana
37 Desa kecubung
38 Nyai Wulan galau
39 Ki Suryadarma
40 Turun ke sawah
41 Balikan
42 Hamil
43 Pembukaan Klinik
44 Sindrom Couvade
45 Hati yang tersakiti
46 ....
47 Melepaskan gelar sebagai seorang Ratu
48 Bertemu
49 Bercerita
50 Kaluar istana
51 Berpamitan
52 Nyimas Purwati
53 Nyimas Parwati yang bermuka dua
54 Penyesalan Prabu Abi Rama
55 Sikap Adipati Janitra
56 Keberadaan Nayla diketahui orang sekte sesat
57 Datangnya Ki Suryadarma dan Ki Sawunggaling
58 Membuat rumah
59 Pembalasan
60 Pesta
61 Raden Cakra
62 Info
63 Tanah gersang
64 ....
65 Menolak
66 Kedatangan Raden Wijaya dari Kerajaan Bulan Bintang
67 Kepergian Nayla dan kedua orang tuanya
68 Atmajaya
69 Pagoda Suci
70 Draft
71 Memeriksa kondisi Ratu Sekar Sari
72 Pengobatan
73 Draft
74 Kembali Pulang
75 Akhir dari sebuah kutukan
76 Misi berhasil
77 Pembuatan Rumah
78 Serangan
79 Pindah Rumah
80 Berkebun
81 Kondisi Prabu Abi Rama
82 .
83 Di rumah Nayla
84 ....
85 Keterkejutan Prabu Abi Rama
86 Nyai Wulan melahirkan
87 Draft
88 .....
89 Kembali ke desa Harapan
90 Makan malam bersama
91 Pengumuman
92 Pernikahan
93 pengumuman
94 .....
95 Keberhasilan
96 Pintu di lantai sembilan pagoda Suci
97 ....
98 Pergi ke rumah sakit
99 Akhirnya....
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Nayla Dokter Genius
2
Keterkejutan Nayla
3
Menangkap ikan
4
Keluarga kerajaan
5
Melanjutkan perjalanan
6
Nyai Wulan
7
Nyai Ayu
8
Perbincangan di pagi hari
9
Perjalanan
10
Perampok
11
Istirahat
12
Memeriksa Nyai Rahayu
13
Pengobatan Nyai Rahayu
14
Siluman Ular
15
Halo!!!
16
Kakek Harimau
17
Pertarungan
18
Tiba di rumah
19
Pilihan
20
Adipati Banjar Negara
21
Rumah baru
22
Ke Pasar
23
Gosip
24
Pengobatan
25
Menghilangnya Janin dari perut-perut ibu hamil
26
Keanehan Senopati Arya
27
Ketemu
28
Manisa
29
Menyelamatkan Senopati Arya
30
Panik
31
Interogasi
32
Nayla mengaku
33
Membawa Senopati Arya pulang
34
Kedatangan Raden Athaya
35
...
36
Perjalanan ke Istana
37
Desa kecubung
38
Nyai Wulan galau
39
Ki Suryadarma
40
Turun ke sawah
41
Balikan
42
Hamil
43
Pembukaan Klinik
44
Sindrom Couvade
45
Hati yang tersakiti
46
....
47
Melepaskan gelar sebagai seorang Ratu
48
Bertemu
49
Bercerita
50
Kaluar istana
51
Berpamitan
52
Nyimas Purwati
53
Nyimas Parwati yang bermuka dua
54
Penyesalan Prabu Abi Rama
55
Sikap Adipati Janitra
56
Keberadaan Nayla diketahui orang sekte sesat
57
Datangnya Ki Suryadarma dan Ki Sawunggaling
58
Membuat rumah
59
Pembalasan
60
Pesta
61
Raden Cakra
62
Info
63
Tanah gersang
64
....
65
Menolak
66
Kedatangan Raden Wijaya dari Kerajaan Bulan Bintang
67
Kepergian Nayla dan kedua orang tuanya
68
Atmajaya
69
Pagoda Suci
70
Draft
71
Memeriksa kondisi Ratu Sekar Sari
72
Pengobatan
73
Draft
74
Kembali Pulang
75
Akhir dari sebuah kutukan
76
Misi berhasil
77
Pembuatan Rumah
78
Serangan
79
Pindah Rumah
80
Berkebun
81
Kondisi Prabu Abi Rama
82
.
83
Di rumah Nayla
84
....
85
Keterkejutan Prabu Abi Rama
86
Nyai Wulan melahirkan
87
Draft
88
.....
89
Kembali ke desa Harapan
90
Makan malam bersama
91
Pengumuman
92
Pernikahan
93
pengumuman
94
.....
95
Keberhasilan
96
Pintu di lantai sembilan pagoda Suci
97
....
98
Pergi ke rumah sakit
99
Akhirnya....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!