"Terima kasih karena sudah memberikan kami izin untuk menginap disini. Kami harus pamit untuk melanjutkan perjalanan, " ucap Senopati Arya sebelum berangkat.
Selesai sarapan Senopati Arya mengajak kesembilan prajuritnya untuk melanjutkan perjalanan. Tidak lupa membawa Nayla untuk pergi bersama mereka.
"Sama-sama Tuan. Kami senang bisa membantu sebisa kami."
"Terima kasih Paman, Bibi, gendis. Semoga lain kali masih bisa berjumpa lagi, " ucap Nayla.
"Sama-sama Nak. Semoga perjalanannya lancar. "
Setelah berpamitan mereka pun melanjutkan perjalanan.
Ada yang menarik disini. Nayla memakai pakaian yang biasa dipakai oleh wanita di Kerajaan Pandan Wangi . Para wanita biasanya memakai jarik serta kemben untuk menutupi tubuh mereka. Sedangkan atasnya dibiarkan terbuka.
Karena Nayla tidak begitu suka dengan pakaian yang terbuka, ia memakai selendang untuk menutupi bagian atasnya. Nayla tidak lupa membawa baju miliknya.
Untuk masalah cahaya yang keluar dari ponsel Nayla, Senopati Arya memutuskan untuk membicarakan nanti setibanya di istana.
Senopati Arya akan membawa Nayla langsung menghadap Prabu Abi Rama. Prabu Abi Rama merupakan Raja yang memimpin kerajaan Pandan Wangi.
Prabu Abi Rama memiliki dua orang istri. Dwi Hapsari merupakan Ratu dari Kerajaan Pandan Wangi sekaligus istri sah Prabu Abi Rama. Sedangkan istri keduanya bernama selir Gandari.
Dari kedua istrinya, Prabu Abi Rama memiliki dua orang putri dan tiga pangeran. Raden Athaya dan Putri Arimbi merupakan anak dari Prabu Abi Rama dengan Ratu Dwi Hapsari. Sedangkan dengan selir Gandari, Prabu Abi Rama memiliki tiga orang anak yakni Raden Candra , Putri Cantika dan Raden Ganesh.
Prabu Abi Rama sangat menyayangi selir Gandari. Keduanya saling mencintai sejak kecil. Pernikahannya dengan Ratu Dwi Hapsari merupakan pernikahan politik. Dia bersedia menikah dengan Ratu Dwi Hapsari asal keluarga Ratu selalu mendukungnya.
Prabu Abi Rama sering meluangkan waktu luangnya di Puri Mawar yang menjadi tempat tinggal selir Gandari. Sedangkan Ratu Dwi Hapsari selalu dengan kesendiriannya di Puri Anggrek.
Ratu Hapsari menatap kosong hamparan bunga di depannya. Di belakangnya berdiri dayang Sri dengan setia menemaninya.
"Sudah sore gusti Ratu. Udaranya semakin dingin. Tidak baik untuk kesehatan gusti ratu. Mari kita masuk kedalam, " ajak Dayang Sri dengan khawatir. Dayang Sri merupakan pelayan pribadi Ratu Hapsari.
"Saya, masih ingin duduk di sini Bik. Apa sudah ada kabar dari Raden Athaya?" tolak Ratu Hapsari sambil menanyakan kabar tentang putranya.
"Belum ada kabar gusti Ratu . Mungkin beliau masih sibuk dengan pendidikan. Gusti Ratu tidak perlu khawatir. Raden Athaya pasti akan segera pulang."
"Dimana Putri Arimbi sekarang ? "
"Beliau sedang belajar tata krama bersama Nyai Paramitha. Selesai belajar nanti kami akan meminta gusti putri untuk kesini."
Ratu Dwi Hapsari merasa lelah dengan nasibnya. Dia ingin seperti wanita lain yang dicintai oleh suaminya. Tapi sudah menikah lebih dari dua puluh tahun, dia belum bisa mendapatkan cinta dari suaminya. Rasanya ia sudah lelah dan ingin menyerah. Tapi demi kebahagiaan kedua anaknya dia memilih untuk bertahan.
"Besok aku ingin pergi ke kuil."
"Tapi bukankah besok gusti Ratu harus menemani Gusti Prabu menerima kunjungan dari Kerajaan Kenanga."
"Bukankah sudah ada selir Gandari. Kehadiranku hanya akan membuat suasana jadi membosankan. Tidak peduli apapun yang terjadi besok pagi Aku harus sudah berangkat ke kuil, " ucap Ratu Hapsari tidak ingin dibantah.
"Bagaimana kalau gusti Prabu marah? " tanya Dayang Sri dengan was-was.
"Tidak mungkin. Apa kamu tidak melihat tatapan Gusti Prabu saat melihat ku?" cibir Ratu Hapsari. Kemudian ia melanjutkan ucapannya.
"Beliau pasti lebih senang ditemani oleh selir tercintanya."
Dayang Sri tidak lagi membantah. Sudah bukan rahasia lagi jika Prabu Abi Rama lebih menyukai Selir Gandari daripada Ratu Hapsari.
Prabu Abi Rama selalu menatap Ratu Hapsari datar. Berbanding terbalik dengan tatapannya pada selir Gandari. Prabu Abi Rama menatap Selir Gandari dengan penuh cinta.
Bukan hanya itu saja, Prabu Abi Rama juga lebih dekat dengan putra-putri dari Selir Gandari.
Raden Athaya lebih suka tinggal di perguruan. Padahal pendidikannya sudah selesai. Ia tidak suka tinggal di istana. Ia tidak suka setiap kali mendapatkan perlakuan berbeda dari Ayahnya.
Keinginan terbesar Raden Athaya adalah bisa keluar dari istana bersama ibu dan adiknya. Raden Athaya tidak mempunyai keinginan sama sekali menjadi Pangeran Mahkota atau semacamnya. Dia hanya ingin hidup damai bersama ibu dan adiknya.
Baginya istana itu seperti penjara yang tak kasat mata. Tidak mudah hidup di dalam istana. Banyak intrik dan juga peraturan-peraturan yang harus dipatuhi.
Keesokan harinya Ratu Hapsari berangkat ke kuil pagi-pagi sekali. Prabu Abi Rama yang mendapat pesan tersebut tidak bisa berkata-kata. Beliau tidak marah atau menyalahkan Ratu Hapsari. Ia sadar jika semua itu buah dari kesalahannya.
Sudah dua minggu Prabu Abi Rama tidak bertatap muka dengan Ratu Hapsari. Siang hari ia sangat sibuk dengan Pekerjaannya. Sedangkan malam hari Selir Gandari selalu memonopoli dirinya.
"Maaf gusti Prabu, ada Selir Gandari yang ingin bertemu dengan Gusti Prabu, " ucap pengawal Pribadi Prabu Abi Rama. Prabu Abi Rama tersentak dari lamunannya.
"Suruh untuk menungguku di depan. Sebentar lagi selesai."
"Baik Gusti. "
Prabu Abi Rama segera memakai jubah kebesarannya. Meski usianya tidak muda lagi, namun wibawa Prabu Abi Rama tidak berubah.
Selir Gandari menunggu dengan patuh di tempat yang diminta oleh Prabu Gandari. Dibelakangnya ada dua dayang yang menemaninya.
"Apa Ratu Hapsari sudah siap? " tanya Selir Gandari pada dayangnya.
"Gusti Ratu Hapsari sudah meninggalkan istana sejak pagi buta Gusti."
"Kemana beliau akan pergi? "
"Katanya beliau akan pergi ke kuil untuk berdoa."
"Apakah Gusti Prabu sudah mengetahuinya? "
"Sudah."
Selir Gandari tidak lagi bertanya. Namun beliau langsung tersenyum. Kemenangan sudah ada di depan matanya. Dia yakin putranya akan menduduki kursi pangeran mahkota.
Tak lama kemudian Prabu Abi Rama datang. Seperti biasa Selir Gandari akan bersikap manja padanya. Padahal usia keduanya sudah tidak muda lagi. Namun keduanya tidak pernah malu menunjukkan keromantisan mereka, bahkan di depan Ratu Hapsari langsung.
"Selamat pagi Gusti Prabu, " sapa Selir Gandari yang langsung berhambur memeluknya.
"Selamat pagi dek Ajeng, " sapa Prabu Abi Rama dengan lembut.
"Bagaimana dengan Gusti Ratu? " tanya Selir Gandari dengan lembut.
"Ratu Hapsari sedang ada keperluan."
"Apakah Gusti Ratu melupakan_"
"Jangan berasumsi terlalu jauh. Bukankah ini yang dek Ajeng mau? "
Selir Gandari tidak menjawab. Prabu Abi Rama langsung melanjutkan langkahnya. Senyum Selir Gandari langsung menghilang.
Prabu Abi Rama memang selalu acuh dan bersikap datar pada Ratu Hapsari. Itu merupakan permintaan darinya. Tapi tanpa seorangpun tahu Prabu Abi Rama tidak senang jika ada yang berbicara buruk tentang Ratu Hapsari. Selir Gandari pun akan mendapatkan kemarahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Waah selir ga sadar diri
2024-12-25
1
Binti
raja munafik
2024-11-12
0
eza
rajane kek gitu bgt
2024-11-05
0