Setelah menempuh perjalanan yang sangat melelahkan bagi mereka, Nana dan Azizah pun sampai di Negara Zambrut Khatulistiwa, tanah kelahiran yang selalu mereka rindukan saat berada di negara orang.
Seperti lirik lagu yang diciptakan oleh ibu sud,
Walaupun banyak negeri kujalani
Yang mahsyur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang.
Seperti nya lagu itu cukup mewakili kata hati mereka.
Setelah sampai di bandara soekarno hatta, mereka disambut hangat oleh orang tua masing-masing dari mereka.
Nana yang melihat orang tuanya dari jauh pun langsung berlari menghampiri. Bodoh amat sama orang yang menatapnya aneh.
"Papa... Mama... Nana kangen kalian, Hiks," ucap Nana yang langsung menangis dipelukan orang tuanya.
Papa Dion tersenyum menghapus air mata putri tersayangnya. "Loh, kok jadi nangis ! Kenapa ?" Tanya sang papa.
"Ck, ilah. Udah besar masih aja nangis kayak gitu. Cengeng banget lo," ledek Zizi yang baru datang menghampirinya. "Hallo tante, om," sapa Zizi langsung mencium tangan orang tua dari sahabatnya itu.
"Hallo," balas Mama yanti ramah. "Kamu pasti Zizi kan ?" Tanya nya lagi.
"Iya, tante. Saya Zizi, sahabatnya Nana," jawab Zizi.
Mama yanti tersenyum ramah pada Zizi. "Nana, sering cerita tentang kamu sama tante. Terus teman kalian yang cowoknya mana ?" Tanya mama Yanti.
"Tristan katanya belum bisa pulang, tan. Masih ada yang harus di urusnya disana," jawab Zizi.
"Oh gitu ya.. Ya udah kalau gitu, kami langsung pulang aja ya, Zi. Kasian Nana pasti capek, kamu juga kan ?" ucap mama Yanti.
"Iya, tan. Zizi lagi nunggu mama," jawab gadis itu.
Mama Yanti mengangguk. "Kapan-kapan main kerumah ya."
"Iya tan, nanti kapan-kapan Zizi main kerumah tante."
"Om sama tante pamit duluan ya," ujar papa Dion pada Zizi.
"Iya om, hati-hati," jawab Zizi.
Nana berjalan mendekati Zizi lalu menautkan pipinya. "Gue duluan ya. Titip salam mama dan papa lo," seru Nana.
"Iya, nanti gue salamin," jawab Zizi.
Nana langsung berjalan memasuki mobil. Nana tidak bertemu dengan orang tuanya Zizi, karena tadi orang tua dari sahabatnya itu sedang berbicara dengan salah satu teman lamanya ayah Zizi diseberang sana.
❀❀❀
"Selamat datang kembali nona muda," ucap salah satu maid menyambut kedatangan Nana.
"Terima kasih. Bibi apa kabar ?" Tanya Nana ramah. Menjadi putri dari pemilik perusahaan besar tidak pernah membuat Nana tumbuh menjadi orang sombong.
"Alhamdulillah bibi baik non," jawab maid yang bernama, bi inem itu. "Sini non, bibi bantu bawa kopernya," tawar bi inem.
Nana langsung menyerahkan kopernya pada inem. "Makasih ya bi, nanti tarok dikamar Nana aja ya," ucap Nana.
"Iya non."
Setelah kepergian bi inem. Nana langsung beralih pada orang tuanya. "Ma, pa... Nana kekamar dulu ya, mau istirahat," ucap Nana.
"Iya sayang. Selamat istirahat," jawab kedua paruh baya itu sebelum meninggalkan kecupan diwajah putrinya.
❀❀❀
Puas dengan tidurnya. Nana segera mandi lalu keluar dari kamarnya. Ia mencari dimana keberadaan orang tuanya sekarang ini.
Tujuan utamanya adalah ruang keluarga, namun sayang ia tidak menemukan siapa-siapa disana. Lalu segera beranjak menuju dapur.
"Mama masak apa ? Kok banyak banget makanan nya ?" Tanya Nana.
"Mama lagi masak makan malam sayang," jawabnya. "Mama sengaja buat banyak karena nanti malam kita akan makan malam bersama keluarga Rajendra. Mertuanya kakak kamu," jelas sang mama.
Nana hanya mengangguk. Ia pikir itu hanya makan malam biasa, tanpa ia ketahui bahwa kehidupan selanjutnya akan dimulai dari makan malam ini.
"Nana bantuin ya ma," tawar Nana.
"Iya sayang."
Jangan pikir, kediaman ini tidak punya para maid. Ada banyak yang dipekerjakan disini namun untuk hal memasak mama Yanti tidak mengizin kan mereka melakukannya. Karena, ia ingin memasak sendiri untuk keluarganya.
Acara memasak kali ini diselingi dengan obrolan ringan dan sedikit canda. Hingga tanpa mereka sadari, semuanya telah siap dihidangkan.
"Finish," ucap Nana. Lalu beralih menatap sang mama yang sibuk menatap piring di meja makan. "Ma, Nana pamit kekamar dulu ya. Mau mandi, soalnya udah gerah banget," pamitnya.
"Iya sayang. Nanti jangan lupa dandan yang cantik."
"Okey, ibu ratu."
❀❀❀
Malam yang ditunggu telah tiba. Nana turun dengan mini dress berwarna hitam motif bunga. Rambut andalannya selalu sama yaitu dibiarkan tergerai. Sungguh cantik gadis itu malam ini.
Baru saya ingin membuka suara untuk memanggil sang mama. Namun perhatiannya teralihkan pada suara teriakan anak kecil yang memanggil namanya.
"Mommy Nanaaaa," Teriak gadis itu langsung berlari ke arah Nana.
Nana yang mengerti langsung berjongkok lalu merentangkan kedua tanganya agar gadis kecil itu bisa masuk dalam dekapannya.
"I Miss You," ucap gadis kecil itu cemberut. Nana terkekeh karena melihat keponakannya itu. Begitupun semua orang yang bahagia melihat kedekatan antara Nana dan Olive.
Jangan pikir mereka pernah bertemu sebelumnya. Tidak, karena selama ini mereka hanya kenal hanya lewat panggilan vidio saja.
"Miss You Too," jawab Nana. "Kamu apa kabar ?" Tanya Nana yang tak hentinya mencium pipi sang keponakan.
"Baik. Mommy sendiri bagaimana ?" Gaya bicaranya yang bak orang dewasa itu benar-benar membuat Nana ingin sekali mencubitnya karena merasa gemas.
"Mommy baik, Alhamdulilla," jawab Nana.
"Olive marah pada mommy. Kenapa tidak menemui olive dulu setelah samapi disini ?" Tanya gadis kecil itu langsung menyilangkan kedua tangannya.
"Maaf, tadi mommy capek karena harus melewati perjalanan yang sangat jauh," jawab Nana memberikan alasan.
"Huft... Okey, Olive maafkan. Tapi jangan diulangi lagi," peringatnya yang membuat Nana tertawa.
"Siap, anak cantik," jawab Nana. Olive langsung turun dari gendongan Nana lalu beralih pada oma dan opanya.
Setelah berbicara dengan keponakan kecilnya. Nana beralih pada sang kakak yang telah menatapnya sedari tadi.
"Hallo, sist. Apa kabar ?" Nana langsung memeluk Shakira.
"Baik. Kamu sendiri gimana ?" Tanya Shakira membalas pelukan sang adik.
"Seperti yang kakak lihat," jawab Nana. Ia beralih pada sosok laki-laki disamping kakaknya.
"Hallo, kakak ipar. Apa kabar ? Udah lama ya, kita ngak ketemu," ucap Nana berbasa-basi.
"Hay juga, adik ipar. Gimana mau ketemu kalau kamu sendiri jarang pulang," jawab Juna. "Oh, aku tahu ! kamu pasti udah kepentok sama cowok bule disana kan ? Makanya ngak mau pulang," sambung Nana.
"Yeee... Sembarangan aja kalau ngomong. Gini-gini aku masih suka sama produk lokal," jawab Nana yang membuat semua orang tertawa.
Sekarang ia baru menyadari jika disini tidak hanya ada keluarga nya saja, namun juga ada keluarga dari mertua kakaknya.
"Maaf ya om, tante. Tadi malah jadi berantem dulu. Hhehe." Nana merasa tidak enak dengan keluarga mertuanya Shakira.
"Kak Juna sih, buat orang emosi aja," omel Nana pada Juna.
"Tidak apa-apa sayang. Juna orangnya memang suka ngeselin," jawab ibu Ranya.
Nana hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Oh iya, Dimana Zayyan ? Tanya Dion karena tidak melihat keberadaan laki-laki itu.
" Zayyan lagi menerima telefon diluar. Bentar lagi juga akan masuk," jawab Marvin. Dion menganggukkan kepala tanda mengerti.
Tiba-tiba Zayyan muncul dari luar Rumah dengan gayanya yang elegant. "Malam om, tante," sapa Zayyan ramah. Tidak lupa untuk bersalaman dengan kedua paruh baya itu.
"Malam, Nak."
"Ayo kita langsung saja ke ruang makan. Sudah waktunya untuk menikmati makan malam. Nanti baru kita lanjutkan lagi obrolannya," ujar Papa Dion langsung menuntun besannya menuju ruang makan.
Semua orang mengambil posisi masing-masing. Nana menarik kursi disebelah Shakira untuk ia duduki. Sedangkan Zayyan masih diam mematung tanpa berniat menarik kursi yang masih tersedia di samping Nana.
"Zayyan ayo duduk lah disamping Nana," titah sang ayah.
Dengan terpaksa Zayyan pun langsung mendudukan dirinya disamping gadis cantik itu. Nana hanya diam dan tidak mempedulikan siapa yang duduk disampingnya.
Saat Zayyan ingin menyendokkan nasi kedalam piringnya, suara papa Dion menghentikannya. "Nana, ayo bantu Zayyan mengambil makanannya," titah sang papa.
Nana terperangah mendengar perintah dari sang papa. Kenapa harus dia yang harus mengambilkan makanan untuk laki-laki dingin itu.
"Kenapa harus Nana, pa ? Diakan punya tangan untuk bisa mengambil makanannya sendiri," tolak Nana.
"Tidak usah, om. Zayyan bisa ambil makanannya sendiri," timpal Zayyan.
Papa dion melototkan matanya. Nana menghela nafas karena sudah begini, mau tidak mau ia harus tetap melayani laki-laki disampinganya itu.
"Mau lauk apa ?" Tanya Nana dingin.
"Apa aja," jawab Zayyan tidak kalah dinginnya.
Nana langsung memasukan salah satu lauk di piring Zayyan lalu memberikannya pada laki-laki itu. Zayyan pun menerimanya.
Tanpa suara, Zayyan menikmati makanannya dengan lahap. Sementara mama Yanti yang melihatnya hanya tersenyum.
"Bagaimana dengan makanannya nak, Zayyan ?" Tanya mama Yanti.
Zayyan mendongak. "Makanannya enak, tan. Masakan tante memang the best deh," puji Zayyan.
"Benarkah ?" Zayyan mengangguk.
"Tapi itu bukan tante yang masak. Tapi Nana," ucap mama Yanti yang membuat Zayyan tersedak.
Nana langsung menyodorkan segelas minuman pada Zayyan. "Ini minum dulu. Lain kali hari-hati kalau makan, jangan kayak anak kecil," ucap Nana tanpa melihat lawan bicaranya.
To Be Continue...
Hallo Gengs !!!
Hari ini author update lagi yup.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara Vote, Like dan Koment.
Terima Kasih.
Kerinci, Jambi 13 Agus 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yani
Nana nada bicaranya metok banget jangan kaya anak kecil
2022-12-18
0
Yaya Nda
dingin ketemu dingin pasti nanti jadi hareudang😂😂😂😂
2021-01-04
9
Fianda
😂😂😂
2021-01-03
1