Tokkk...
Tokkk...
Tokkk...
"Siapa sih yang datang malam malam gini, ganggu orang mau istirahat aja," gerutu Nana sambil berlalu membuka pintu apartementnya.
Gadis itu berjalan membuka pintu meskipun sembari mengomel karena merasa kesal. Seorang pria tampak berdiri di depan pintu setelah terbuka.
"Tristan." Seru Nana. "Tumben banget lo kesini malam-malam, ada apa ?" Tanya Nana bingung.
"Nih. Gue kesini mau anterin proposal untui seminar besok. Tadi gue ngak sengaja lihat proposal ini dimeja kerja lo, gue pikir lo kelupaan bawanya," jelas Tristan.
Nana melihat map yang dipengang oleh sahabatnya itu. Dia baru ingat bahwa ia melupakan nya dimeja kerja miliknya. Tapi untuk saja ada Tristan, kalau ngak bisa kacau acara besok.
"Astaga, gue lupa," jawab Nana. "Iya tadi gue tarok di meja kerja gue terus gue lupa bawa pulang. Btw, makasih ya udah anterin ini malam-malam gini," ucap Nana tulus.
"Ah lo, kayak sama siapa aja. Santai aja kali," jawab Tristan.
"Lo mau mampir dulu ngak ?" Tawar Nana basa-basi. Sebenarnya ia sendiri takut membawa laki-laki ke apartement nya. Meskipun kehidupan di Negara ini bebas, tapi ia tidak pernah membawa laki-laki masuk kedalam apartementnya.
Tristan menggeleng. "Ngak, gue langsung pulang aja. Udah malem soalnya. Lagi pula ngak baik kalau bertamu dirumah cewek malam-malam begini," jawab Tristan yang diikuti tawa dari mereka berdua.
"Ya udah, kalau gitu gue pamit dulu ya. Selamat malam Queen," seru Tristan.
"Iya, malam juga Prince," jawab Nana. Tristan langsung pergi dari apartementnya.
Tristan adalah sahabat dekat Nana, Mereka sudah bersahabat sejak pertama masuk perkuliahan hingga sekarang. Sebenarnya mereka mempunyai satu sahabat lagi, yaitu Aziza.
"Hati-hati dijalan," teriak Nana. Karena Tristan sudah berada agak jauh dari pintu apartement Nana. Setelah memastikan Tristan benar-benar sudah pergi, Nana kembali kedalam apartemennya dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya.
❀❀❀
Pagi harinya, Nana terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam yang terletak diatas nakas samping tempat tidurnya.
Setelah mengumpulkan kesadarannya. Gadis itu segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Lalu segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat..
Hari ini, Nana berniat untuk membuat sarapannya dengan memasak nasi goreng udah dan omelet wortel. Gadis itu memang sangat suka memasak.
Tiga puluh menit berlalu, Nana memutuskan untuk kembali kekamarnya. Ia harus bersiap-siap karena sebentar lagi ia akan menghadari seminar kedokteran di dekat salah satu hotel terkenal di Los angeles.
Gadis cantik itu tampil rapi dengan baju atasan berwarna putih dan jeans hitam. Ditambah dengan tas berwarna hitam ditangannya. Untuk masalah rambut, ia masih suka membiarkannya tergerai begitu saja.
Drtttt
Drtttt
Drtttt
Getaran Hpnya terdengar dari dalam tas miliknya. Dengan segera ia langsung mengambilnya lalu mengangkat telefon itu yang ternyata dari sahabatnya - Azizah.
"Hallo, Assalamualaikum Zi."
"Waalaikumsalam Na. Lo udah berangkat belum ?"
"Udah. Ini lagi dijalan, bentar lagi sampai kok."
"Ya udah, gue tunggu di loby ya."
"Okey," jawab Nana sebelum mematikan sambungannya.
❀❀❀
Sementara dibelahan dunia lainnya, keluarga Rajendra tampak sedang berkumpul di ruang keluarga sambil membicarakan tentang perusahaan Rajendra Grup yang saat ini dipimpin oleh Zayyan.
Gadis kecil bernama Olive itu terlihat sangat anteng dalam dekapan kakak sepupu dari ayahnya - Zayyan. Olive tampak tersenyum ketika diajak bicara oleh laki-laki itu.
Zayyan sangat menyayangi Olive seperti anak kandungnya sendiri.
"Hey, anak manis. Kenapa ketawa, hem ? Apa kamu senang karena berada dalam dekapan ayah iyan ?" Tanya nya mengajak Olive kecil mengobrol sedangkan gadis diajak bicara hanya tertawa sambil memandang wajah Zayyan
"Kalau dilihat-lihat, sepertinya kak Zayyan udah cocok jadi ayah deh," timpal Shakira setelah puas melihat interaksi sang putri dengan kakak iparnya itu.
"Oh ya ?" Tanya Zayyan asal.
Shakira mengangguk. "Iya nak, umur mu saat ini sudah cukup matang untuk menikah. Kapan kamu akan memberikan ibu menantu ?" Tanya ibu Ranya.
Zayyan gelapan menjawab pertanyaan dari ibunya. Bukan tak mau, hanya saja ia belum menemukan wanita yang cocok untuknya.
"Ibu... Aku belum siap untuk menikah," jawab Zayyan memberikan alasan.
"Kenapa ? Dan sampai kapan kamu mau seperti ini ? Lihatlah Juna, dia sekarang udah punya anak. Sementara kamu apa ? pacar aja ngak punya," kesal ibu Ranya.
"Huft... Ibu tau sendirikan, kalau cari calon istri itu ngak segampang cari sayur dipasar. Zayyan ngak mau salah pilih yang nantinya bisa merusak kehidupan Zayyan," seru laki-laki itu.
"Ya sudah, ibu kasih waktu kamu untuk mencari calon istri. Tapi ingat itu ngak lama. Sampai batas waktu yang sudah ditentukan dan kamu belum mendapatkannya, maka bersiap-siaplah untuk ibu jodohkan," jawab wanita paruh baya itu.
"Huh. Apa jangan-jangan yang mereka katakan tentang mu itu benar, kalau kamu gay," gerutu ibu ranya dengan suara pelan namun masih bisa didengarkan oleh orang-orang.
Mata Zayyan melotot ketika mendengar ucapan dari ibunya itu. "Astaga ibu."
Sedangkan orang yang mendengarkan perdebatan ibu dan anak itu tertawa dengan sangat keras apalagi saat ibu ranya mengatakan anak nya gay.
❀❀❀
"Zizi." Nana langsung memanggil Zizi ketika melihat gadis itu sedang menunggunya di loby.
Zizi menoleh, lalu segera berdiri. "Hay, Na."
"Hay. Tristan belum datang ya ?" Tanya Nana saat tidak melihat kehadiran dari sahabat laki-laki mereka.
Zizi menggeleng pelan. Namun tak lama setelah itu orang yang mereka bicarakan datang.
"Hay Queen... Hay Princess," sapa Tristan pada kedua sahabatnya itu.
Persahabatan mereka memang memiliki nama panggilan lain. Terkesan unik dan kekanakan, tapi mereka tidak peduli itu. Tristan memanggil Nana dengan panggilan Queen. Sementara Princess adalah nama panggilan untuk Zizi. Untuk Tristan sendiri, kedua gadis cantik itu memanggilnya Prince.
"Hay Prince," sapa kedua wanita itu. Tak tahu kenapa, mereka bertiga langsung tertawa setelah saling menyapa.
Tristan menghentikan tawanya. "Udah, berhenti ketawanya. Bentar lagi acaranya akan dimulai, sebaiknya kita segera masuk," ucap Tristan.
"Ya udah ayo, kita masuk."
Kali ini, materi seminar akan dijelaskan langsung oleh Nana. Acara berjalan dengan lancar sesuai rencana. Bagaimana tidak, pembawaan Nana yang baik membuat semua mudah mengerti.
Bahkan gadis itu berulang kali membuat orang-orang takjub dengan nya. Mewarisi kecerdasan dari sang ayah bahkan membuat gadis itu lulus sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya saat itu.
"Huft... Akhirnya acara selesai juga." Zizi menghela nafas leganya.
"Iya, untung saja kita punya gadis cerdas ini," timpal Tristan. "Btw, gimana kalau kita makan siang bareng di tempat biasa ? Ya hitung-hitung sebagai tanda syukur untuk kesuksesan acara kita," ucap Tristan.
Kedua gadis itu tampak berfikir sejenak sebelum menjawab, "Ide bagus ! Oke gue setuju," jawab Nana.
"Tapi lo yang bayar ya," timpal Zizi pada Tristan.
"Lah, kenapa malah gue yang bayar ?" Tanya Tristan mengerutkan dahinya.
"Ish, lo gimana sih. Kan lo yang ngajak jadi lo juga yang harus bayar," jawab Zizi.
Sementara Nana hanya tersenyum melihat perdebatan antara kedua sahabatnya. Ini bukan kali pertamanya mereka memperdebatkan hal sepele. Jadi Nana sudah terbiasa mendengarnya.
"Tom and Jerry mulai beraksi," seru Nana. "Gue tuh sebenarnya heran deh sama kalian berdua. Hoby banget debat bahkan hanya untuk masalah yang sebenarnya ngak penting," tambah gadis itu.
Zizi dan Tristan terdiam. Mereka akui apa yang dikatakan oleh Nana itu memang benar adanya. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Berdebat adalah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dari mereka.
Nana menghela nafasnya. "Ya udah, jadi pergi atau ngak ni ? Kalau ngak gue mau cabut," kesal Nana sembari meninggalkan kedua sahabatnya itu.
"Eh, lo mau kemana sih ? Tunggu dulu," seru Tristan. "Ya udah deh, gue yang bayar kali ini," sambungnya.
"Gitu kek dari tadi, kan ngak perlu harus debat dulu. Ya udah, ayo pergi guys," ucap Zizi langsung melangkah mendahului Nana dan Tristan yang menggelengkan kepalanya karena tingkah gadis itu.
"Giliran makan gratis aja, lo semangatnya 45," gerutu Tristan.
Saat ini mereka telah sampai di restoran yang mereka tuju. Seperti biasa, mereka langsung memesan makanan. Keheningan terjadi untuk sementara karena mereka bertiga tengah asik menikmati makanan mereka masing-masing.
"Oh iya, habis ini kalian mau kemana ? Langsung pulang atau ke Rumah Sakit ?" Tanya Tristan.
"Gue kayaknya mau ke Rumah Sakit dulu deh. Soalnya mau cek rekam medis pasien yang mau operasi besok," jawab Nana.
"Gue juga mau ke Rumah Sakit. Ada pasien yang minta jadwal chek up kehamilannya bentar lagi," jawab Zizi.
Nana mengangguk. "Terus lo sendiri gimana, Prince ?" Tanya Nana.
"Oh gue langsung pulang aja deh, ada urusan soalnya," jawab Tristan.
"Urusan apaaan ?" Tanya Zizi.
"Biasa, mau ajak cewek gue kencan," jawab Tristan sembari menaik turunkan alisnya.
Mendengar itu membuat Zizi berdecak. " Ck... Kayak punya pacar aja lo," sindir Zizi. "Udah jomblo ya jomblo aja, ngak usah banyak gaya," tambahnya.
Mendengar itu, tentu saja Tristan tidak terima. "Terus apa bedanya sama lo ? Lo kan juga jomblo. Jadi sama-sama jomblo ngak usah saling menghina," ucap Tristan tidak terima.
Sementara Nana hanya menggelengkan kepalanya. "Mulai lagi deh."
Tristan dan Zizi masih setia dengan perdebatan-perdebatan tidak jelas mereka itu. Tanpa mereka sadari-
To Be Continue...
Hallo Gengs !!!
Hari ini author update lagi ya. Jangan lupa untuk tetap dukung karya author dengan cara Vote, Like dan Koment ya.
Terima kasih
Kerinci, Jambi 11 Agust 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yani
Tristan sama Azizah jodod deh 😊
2022-12-18
0
Adey
ya thor lana bertele" gk ketemu" mereka
2021-04-14
1
Array Alin Damanik
itu lah indah nya persahabatan
2020-11-27
0