Antara percaya tak percaya, namun itulah nyatanya. Zahwa masih dilanda kebingungan bagaimana bisa jika suaminya adalah dosennya sendiri, seorang dosen tampan yang digilai banyak mahasiswi di Kampusnya. Baginya ini masih bagaikan mimpi, pantas saja sahabatnya menawarkan penawaran yang tak masuk akal tadi ternyata ini jawabannya.
"Ehemm..apa kau menyesali pernikahan ini?" Sontak pertanyaan dari Arham membuat Zahwa tersadar dari lamunannya.
"Tidak pak, hanya saja ini seperti mimpi bagiku, sulit untuk dipercaya"
"saya tau kamu menerima pernikahan ini demi orang tuamu, begitu pula dengan saya. Tapi saya percaya jika ini mungkin jalan dari Allah yang harus kita terima, saya berjanji saya akan menjadi panutan untukmu, karna saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup saya" Ardan memberanikan diri meraih telapak tangan sang istri sembari menatap dalam mata Zahwa "Jadi mari kita bangub rumah tangga ini dengan keyakinan dan ridho darinya"
"Iya pak, saya juga akan belajar menjadi istri yang baik untuk Bapak. Tolong ajari saya, bimbing saya, dan tegur saya jika sengaja atau tidak saya melakukan kesalahan "
" Itu sudah menjadi tugas saya, karena sekarang saya suami kamu, imam kamu, dan pemimpin untuk keluarga kita kelak, jadi mari kita saling membuka diri dan menerima satu sama lain." Ucap Ardan Sambil membawa Zahwa kedalam pelukannya. Zahwa kaget akan tindakan Ardan, rasanya jantungnya sekan sedang maraton didalam sana, namun tak lama ia pun membalas pelukan suaminya itu.
"Maafkan saya jika sampai saat ini hati saya masih untuk orang lain, saya tau kamu orang baik, tapi sungguh hati saya masih belum sepenuhnya menerima ini" Batin Ardan
***
Kediaman Zahwa kini dipenuhi banyak tamu undangan, setelah tadi siang dilangsungkan akad nikah sekarang mereka melangsungkan resepsi yang sangat mewah, resepsi yang dihadiri kolega-kolega bisnis kedua keluarga besar itu ditambah teman-teman Zahwa dan juga juga Ardan, tidak lupa pula anak-nak yatim piatu tempat yayasan yang didirikan sang mama.
Semua tamu tampak menikmati acara, namun tidak dengan Zahwa sedari tadi ia hanya berdiri lesu dan tersenyum kala ada tamu undangan yang memberi ucapan selamat.
" Wa kamu kenapa? apa kamu lelah atau ada yang kamu fikirkan?" Tanya Ardan karna sedari tadi ia melihat wajah murung sang istri seakan ada yang ia fikirkan.
" Tidak mas, aku hanya kepikiran dengan kakakku, rasanya ada yang kurang karna dia tidak bisa datang dipernikahan kita padahal selama ini kami selalu bersama, jika aku bahagia maka dia adalah orang yang paling bahagia dengan kebahagiaanku mas" ya Zahwa telah mengganti panggilan keada suaminya itu setelah sepakat untuk saling menerima satu sama lain.
" Memangnya dimana kakakmu? kenapa dia tidak hadir dipernikahan kita?"
" Dia sekarang melanjutkan S2 nya di khairo, padahal dia sudah berjanji akan pulang, tapi malah tidak jadi karena sekarang dia disibukkan dengan skripsinya, karna dia ingin cepat lulus dan menemui laki-laki yang pernah menjanjikan pernikahan untuknya 2 tahun yang lalu."
" Khairo? janji menikah apa mungkin? tidak-tidak mungkin ini hanya kebetulan saja, kenapa bisa sama?" Batin Ardan.
" Mas kenapa kamu melamun?" Tanya Zahwa menyadarkan Ardan dari lamunan.
"Aku tidak papa, apa mas boleh tau siapa nama kakakmu?"
" Tentu mas, namanya kak Mar.."
" Zahwa!" panggilan dari orang itu membuat Zahwa tidak melanjutkan kata-katanya.
" Dimas? kamu datang? aku fikir kamu tidak jadi datang, bagaimana keadaan ibumu? apa baik-baik saja dan bagaimana dengan adikmu?" Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari Zahwa menyambut kedatangan temannya itu.
"Astaga Zahwa kenapa kau bertanya sebanyak itu? rasanya aku seperti orang yang sedang disidang saja" jawab Dimas sembari terkekeh melihat tingkah teman perempuannya itu.
" Ya aku kan khawatir pada Ibuk dan Juga Yani kau bilang krmaren mereka kecelakaan?"
" Mereka baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan kau tenanglah, lihat suamimu bahkan kau anggurkan karna kedatanganku." Zahwa mengikuti aarah mata temannya itu, bagaimana ia bisa lupa kalau disampingnya sekarang ada suaminya.
" Maaf mas aku melupakanmu" Ucap Zahwa merasa bersalah pada suaminya.
" Sudahlah tidak perlu merasa bersalah mas tidak masalah kau sedang khawatir pada keluarga temanmu bukan?" jawab Ardan sembari mengusap kepala istrinya yang dibalut kedung itu. Zahwa hanya membalas jawaban suaminya dengan senyuman yang mengembang dibibirnya, ia bersyukur memiliki suami yang begitu perhatian padanya.
"Ehem...rasanya aku merasa menjadi pengganggu ya disini?" pertanyaan dari Dimas membuat pasangan suami-istri itu teralihkan kembali padanya, membuat Zahwa menggelengkan kepala menandakan pemikiran Dimas itu tidak bennar "Haha...aku hanya becanda Zahwa, sekali lagi selamat untuk pernikahanmu semoga kau bahagia" senyum mengembang penuh dibibir lelaki itu namun tidak dengan raut wajahnya yang menggambarkan yang lain.
" Terima kasih Dimas, semoga kau juga bisa bahagia dan bisa mendapatkan hati perempuan yang selalu kau ceritakan padaku selama ini" Dimas hanya tersenyum sebagai jawaban atas pernyataan Zahwa, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya pada Aran. " Pak, saya titip Zahwa saya yakin Bapak bisa membahagiakannya, Dia teman terbaik saya dan saya hanya berharap dia bahagia, yasudah Pak, Zahwa saya turun dulu masih banyak tamu yang mau memberi ucapan.
" Dimas! jangan menyerah kau pasti bisa mendapatkannya." Sontak ucapan Zahwa membuat langkah kaki Dimas terhenti hanya senyuman yang ia tunjukkan temannya, " huff, bagaimana aku bisa Zahwa, mengejar wanita yang bahkann kini telah menjadi istri orang. Cukuplah perasaan ini hanya aku dan Allah yang tahu."Batin Dimas, Kemudian melanjutkan langkah meninggalkan pelaminan itu.
***
Acara demi acara terus belanjut, tidak terasa waktu sudah semakin malam dan para tamu undangan juga sudah berangsur pulang, sekarang hanya tersisa kedua keluarga besar itu menikmati waktu perkumpulan yang sangat jarang terjadi karna kesibukan masing-masing.
"Zahwa, Ardan istirahatlah! malam sudah makin larut kalian pasti lelah.
Zalwa sana ajak suamimu istirahat nak" perintah Linda pada sang putri.
" Iya bunda, ayo mas mari kita istirahat" Ajak Zahwa pada sang suami.
" Ayo! Ayah, Bunda, Ma, Pa, semuanya kami ke kamar dulu" pamit Ardan pada semua yang ada disana.
Ardan dan Zahwa berjalan beriringan menaiki tangga menuju kamar Zahwa yang ada dilantas atas, semua mata anggota keluarga tak luput dari keduanya terutama para orang tua yang merasa lega dan juga bahagia atas pernikahan anak-anak mereka.
" Semoga Ridho allah selalu menyertai mereka ya mbak" ucap Mama Zahwa
" Semoga saja Lin, aku hanya berharap semoga pernikahan mereka selalu membawa kebahagiaan untuk keluarga kita, terutama bagi mereka hingga hanya maut yang bisa memisahkan mereka" balas bunda Ardan sembari memeluk besannya itu.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dewi Fuzi
d jodoh kan kenapa bukan kakak nya aja kenapa harus adik nya kk nya aja msh jomblo
2021-03-31
0
Fauziah Faza
oh sakit j kekasih malah berjodoh dgn adik sendiri
2020-12-27
1
Aline
kakaknya berpendidikan, n mudah2n tidak egois menagih janji sama pria yg sudah beristri, apalgi istrinya itu adiknya sendiri😍😍😍
2020-11-25
0