"I-iya." jawab Damian sedikit gugup, dia mulai menetralkan pikirannya.
"Kenapa dari tadi kamu diam saja, apa memang terlihat aneh?" tanya Lukita yang merasa aneh dari cara tatapannya Damian pada dirinya.
"Tidak ada." Damian menyembunyikan rasa malunya pada Lukita.
Dibelakang ada Milano yang spontan tersenyum. " Semoga semua menjadi kenyataan bukan hanya kebohongan antara keduanya ." batin Milano mengharapkan semoga tuannya cepat memiliki pasangan setelah lamanya tuannya menduda.
"Kalau sudah siap semua, ayo kita berangkat sekarang." ajak Damian yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Sebenarnya kita mau pergi kemana? " tanya Lukita yang bingung sebenarnya mereka pergi kemana.
" Sudahlah, kamu menurut saja. Tidak usah banyak tanya. " ucap Damian yang langsung keluar dari tempat itu.
Mereka akhirnya masuk ke dalam mobil, selama diperjalanan kedua orang itu hanya terdiam tanpa ada pembicaraan antara mereka.
Milano yang ada didepan terlihat bingung kedua orang itu hanya terdiam.
Beberapa menit kemudian
Mereka sampai juga di rumah Damian, ekpresi Lukita hanya bengong setelah melihat didepannya ada rumah yang begitu besar.
"Ini rumah apa istana?" batin Lukita yang baru pertama kali melihat rumah sebesar ini ditambah lagi halaman yang begitu luas.
"Ayo kita turun." ajak Damian pada Lukita.
Akhirnya mereka turun dari mobil, ekpresi Lukita terlihat bingung.
"Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Lukita pada Damian.
"Kita mau temui kedua orangtuaku." Lukita langsung kaget dengan apa yang di ucapkan Damian.
"Untuk apa aku menemui keluargamu." Lukita sedikit memberontak tak terima dirinya menemui mereka.
"Mereka menganggap kita memiliki hubungan dan aku disuruh untuk menemui mereka dengan membawa diri kamu." Damian langsung menarik tangan Lukita dan menggenggam tangan Lukita.
"ngapain kamu pegang tanganku." ucap Lukita dengan nada marahnya.
"Agar menyakinkan mereka jika kita memiliki hubungan, kan sudah aku bilang kamu hanya kekasih bohongan." ucap Damian yang merencanakan dari awal.
Mau tidak mau dia harus menuruti perintah Damian, mereka akhirnya masuk keruang tamu yang sudah disambut beberapa pelayan didepan pintu.
"Selamat datang tuan." sapa salah satu pelayan, Damian dan Lukita masuk sampai posisi mereka ada diruang tengah.
"Mama." mama Soraya spontan terkejut dengan kedatangan Lukita.
"Sayang." sapa mama Soraya, mama Soraya langsung memeluk Lukita.
Badan Lukita langsung kaku ketika mama Soraya memeluk dirinya.
"Selamat datang sayang." jawab mama Soraya yang begitu kelihatan bahagia.
"Seharusnya Damian yang disambut." Damian protes pada mamanya.
"Diam kamu, ayo sayang ikut mama." Lukita langsung ditarik oleh mama Soraya.
Damian dibelakang hanya terdiam, melihat tingkah ibunya yang begitu menyambut gembira mereka berdua.
Lukita pun dipertemukan oleh tuan Hardian dan Keyla yang saat itu berada diruang keluarga.
"Papa , ini Lukita sudah sampai." ucap mama Soraya pada suaminya.
Tuan Hardian langsung menyapa Lukita. "Saya papanya Damaian." mereka saling berkenal.
"Nama saya Lukita om." jawab Lukita pada tuan Hardian.
"kok om, panggil saja papa." ucap mama Soraya yang mengingat Lukita untuk memanggil nama mereka dengan panggilan papa.
"Iya ma." jawab Lukita yang masih kaku.
"apa kamu sudah bekerja?" tanya tuan Hardian pada Lukita.
"Kebetulan Lukita kuliah pa, jurusan ekonomi." jawab Lukita pada tuan Hardian.
"Oh, kamu kuliah ya." jawab tuan Hardian dengan menganggukkan kepala.
"Hallo kak, perkenalkan namaku keyla." Keyla datang memperkenalkan diri.
"Halo juga, namaku Lukita." jawab Lukita dengan senyuman.
"Sepertinya kita seumuran kak." jawab Keyla yang merasa mereka seumuran.
"umur kakak baru 20 tahun." jawab Lukita pada Keyla.
"Ternyata benar, umur kita sama." keyla begitu senang memiliki teman seumuran dengannya.
Tuan Hardian melirik kearah istrinya. "Sepertinya putra kita pintar juga memilih daun muda." jawab tuan Hardian sambil membisikkan sesuatu pada istrinya.
"Pastinya pa, putra kita masih laku." balas mama Soraya dengan senyuman.
"Apa mama kira Damian ini barang." ucap Damian yang sudah berdiri dibelakang mereka.
"Memang, nyatanya umurmu sudah 31 baru punya kekasih." jawab mama Soraya yang berkata apa adanya.
Tuan Hardian sedikit tertawa mendengar apa ucapan dari istrinya.
"Kenapa papa tertawa." Damian menatap tajam kearah papanya.
"Jangan salahkan papamu jika kebenarannya memang begitu." mama Soraya mengingat putranya.
Lukita terdiam melihat Damian ribut dengan keluarganya. Entah apa yang sedang dia ributkan.
Mama Soraya mendekati Lukita yang sedang asyik mengobrol dengan putrinya.
"Ayo sayang, kita duduk." ajak mama Soraya yang begitu baik menyambut Lukita.
Mereka semua berkumpul diruang keluarga dengan beberapa minuman dan beberapa cemilan diatas meja.
"Ayo dimakan sayang." mama Soraya menawari beberapa menu cemilan di atas meja, Lukita membalas dengan anggukkan kepala.
"Terimakasih ma." jawab Lukita, yang membalas dengan senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments