Lukita pun kembali ketempat duduknya, sedangkan Damian terdiam menatap lukita dengan tajam.
"Ternyata kamu hebat juga, tapi kamu harus lihat apa yang kamu perbuat disekitar tempat kita berada." Lukita pun menyadari apa perkataan pria itu tentang dirinya.
Situasi benar-benar berantakkan karena ulah dirinya sendiri.
"Tak mungkin aku yang harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi. Selain kamu bersedia dengan penawaranku tadi." Damian. Mulai merencanakan sesuatu untuk Lukita.
Keadaan Lukita makin tak aman, apalagi hampir setengah ruangan rusak karena ulahnya. "Aduh, kenapa aku tidak sadar." Lukita mulai terlihat cemas, dalam pikiran pasti ganti ruginya tidaklah murah.
"Bagaimana?" tanya Damian yang diam-diam dalam hatinya sedikit lega, ada cela untuk mengancam wanita itu. Apalagi sifatnya yang keras kepala makin memperlihatkan dia sulit untuk diperintah.
"Bagaimana apanya?" tanya balik Lukita pada Damian.
"Apa aku harus jelaskan untuk kedua kalinya, seperti yang aku bilang dari awal. Kalau kamu menolak lebih baik kamu tanggung jawab sendiri dengan apa yang terjadi di tempat ini. Aku yakin kerugiannya yang kamu tanggung sangatlah besar." Damian mulai memancing Lukita, kini pun dia mulai kebingungan.
"Kenapa hari ini aku sial begini." batin Lukita yang pusing dengan pria didepannya.
"Aku hitung sampai tiga. Satu, dua, tig-." Tiba-tiba saja Lukita langsung menjawab.
"Iya-iya." jawab Lukita yang terpaksa memilih pilihan itu. Apalagi jika dia tidak memilih maka dia harus menganti kerugian yang cukup besar. Lukita harus memilih pilihan itu dengan terpaksa, reaksi Damian sedikit senyuman yang dia tutupi dengan tangannya.
"Ingat keputusan kita dari awal, kamu hanya menjadi kekasih bohongan. Dan mulai sekarang kamu harus menuruti apa perintah saya." ucap Damian yang menatap kearah Lukita.
Lukita pun merasa tak peduli dengan apa yang pria itu ucapkan. "Males gue dengar ocehannya." batin Lukita.
"Sekarang ikut aku keluar sekarang." perintah Damian, Damian pun melirik kearah asistennya.
"Kerjakan." jawab Damian yang memberikan arahan pada asistennya.
"Baik tuan." pria itu langsung lari menghampiri salah satu pelayan dari restoran itu.
Sedangkan Damian dan Lukita berjalan kearah luar restoran. Lukita hanya bisa pasrah kalau sudah begini.
"Kenapa sih aku harus berurusan dengan pria ini lagi, mau hidup tenang malah makin ribet begini." keluh Lukita dalam hati, posisi Mereka sudah ada didalam mobil.
"Sekarang kamu harus ikut aku sekarang, sebelum itu akan ku bawa kamu ke salon." jawab Damian.
"Ke salon, untuk apa kita kesana? " tanya Lukita yang kaget kenapa dia harus ke salon.
" Lebih baik kamu menurut saja, jangan banyak protes kamu. " ucap Damian yang masih menunggu kedatangan asistennya.
Beberapa menit kemudian Milano datang dan posisi dia ada didepan.
" Sekarang kita pergi ke salon." perintah Damian pada asistennya.
"Baik tuan." Akhirnya mereka menuju tempat itu, ekpresi Lukita terlihat sangat kesal. Kenapa dia diajak pergi ke salon.
Akhirnya mereka sampai di salon, beberapa pelayan menyambut mereka.
"Selamat datang tuan." sapa pelayan itu pada Damian.
"Milano."
"Iya tuan." jawab Milano, yanh berdiri disamping tuannya.
"Kamu urus semua, aku tidak mau satu jam harus selesai." perintah Damian pada Milano.
"Baik tuan." jawab Milano, Milano langsung menghampiri Lukita.
"Mari nona ikuti saya." Milano menunjukkan keruangan yang dimana dia akan di rias dengan beberapa baju yang akan dia pakai.
Posisi Damian duduk sembari membaca majalah yang tersedia disana, sedangkan Lukita di rias oleh beberapa pelayan yang ada di salon.
Di tempat lain
Lukita baru saja selesai di rias posisi dia sudah memakai dress polos berwarna hitam.
"Ternyata aku cantik juga." batin Lukita yang kaget dengan penampilan bedanya.
Lukita langsung keluar dari ruangan itu, Damian masih menunggu diruang tunggu bersama Asistennya.
Terdengar suara langkah kaki didepan Damian, Damian langsung melirik kearah depan.
Damian di kagetkan oleh Lukita yang sudah berpenampilan berbeda. " Cantik." gumam Damian, tidak sengaja ucapannya di dengar oleh asistennya, Milano pun membalas dengan senyuman.
"Sepertinya tuan tertarik dengan nona Lukita." batin Milano yang baru pertama kali ini tuannya mengucapkan cantik pada seorang wanita.
Lukita pun merasa risih, karena dia tak biasa memakai baju dress. Hampir sering dia memakai celana panjang.
Lukita maju kedepan mendekati Damian, ekpresi Damian terdiam melihat perubahan wajah dari Lukita. Damian terus memperhatikan wajah Lukita, sampai-sampai Lukita merasa risih dengan cara pandang Damian pada dirinya.
"Hey." Lukita melambaikan tangan kearah Damian yang terdiam dari tadi.
Sontak saja Damian langsung tersadar , wajah Damian tampak memerah sepertinya kepiting rebus, dia pun merasa sedikit gugup dan malu pada lukita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments