Setan vs Iblis

"Pas sekali sayang," Naami memandangi cincin yang baru saja tersemat di jarinya

"Bagaimana kamu bisa menebak ukurannya dengan benar sayang?," kali ini Naami memperlihatkan jemarinya pada sang calon tunangan.

Gana tersenyum tipis, dia juga tak mengira bahwa cincin yang dia tunjuk secara acak itu ternyata pas di jari Naami.

"Sekarang kita pilih cincin untukmu yah?," Naami bergelut manja

Mata semua karyawan dan pengunjung toko perhiasan ternama itu tertuju pada mereka berdua. Bak ratu dan raja, keduanya memang memiliki visual yang memukau. Naami bahkan merasa begitu bangga tatkala bisik - bisik halus hinggap ke telinganya, beberapa diantara mereka bergosip tentang hubungannya dengan Gana. Tentu banyak orang yang terkaget - kaget dengan hubungan mereka yang tiba - tiba akan bertunangan. Inilah yang dia mau...menjadi pusat perhatian.

Berbeda halnya dengan Gana, pria itu nampak tetap tenang dan dingin. Sungguh dia tak peduli apapun pikiran orang lain tentang kehidupan pribadinya. Alih - alih merasa bangga layaknya Naami, dia malah kurang berminat dengan hubungan yang mendalam seperti ini. Jika saja bukan karena menghindari konflik dengan keluarganya sendiri, tentu Gana akan lebih memilih untuk melajang sumur hidupnya. Apa itu komitmen???

"Bagaimana dengan ini sayang?,"

"Loe pilihkan saja, gue ngga ngerti." jawab Gana

"Ikhhhh tunangan aku emang penurut."

"Ckkk CALON...gue belom jadi tunangan siapapun. Dan satu lagi....gue bukan tipe lelaki penurut, so jangan pernah berharap gue bakal berubah kemayu." Suara Gana sangat rendah penuh penekanan

Naami sempet berdecak mendengar kalimat yang keluar dari bibir Gana, tapi itu hanya sebentar sebab senyum paling manis kembali bertengger di wajah jelitanya. Jiwanya kian tertantang untuk menaklukkan pria dingin tersebut, belum lagi dia membayangkan betapa membanggakannya saat dia berhasil membuat kaum hawa saingannya patah hati dengan berita pertunangan mereka.

"Kenapa loe senyum - senyum sendiri?," ternyata Gana menoleh Naami

"Ngga ada, yuk pilih cincinnya sayang. Habis ini kita mampir ke apartementmu yah? aku capek banget."

Percayalah...Naami tampak begitu menggoda. Kaki jenjangnya yang mulus terekspos sempurna karena dia hanya memakai dress pendek. Mata lak nat Bara tentu paham barang bagus bukan? dia juga sangat paham isi kepala dari perempuan yang tengah mengeluh capek itu.

"Ke apartemen? boleh...asal loe bisa pilihkan cincin ukuran yang pas untuk gue. Dengan sekali pilih tentunya." Gana tersenyum penuh arti

Naami juga menanggapinya dengan senyum menantang.

Mata Naami memilih beberapa cincin yang digadang - gadang bernilai fantastis dengan hati - hati. Klik....tatapannya berhenti pada satu cincin tanpa permata, designe dan pahatannya nampak elegant.

"Itu mba..." Naami menunjuk cincin yang dia maksud

Pelayan bersarung tangan mengambil cincin yang Naami maksud, lalu menyerahkannya pada Gana. Gana menerima dan mulai mencobanya.

"Pass sayang, aku tau ukuran jarimu. Bahkan aku bisa mengira semua ukuran yang melekat di tubuhmu," Naami berbisik sensual, dan bahkan dengan berani dia sengaja menempelkan sedikit dadanya di lengan Gana.

Gana menatap intens wanita yang tingginya tak sampai bahunya tersebut. Gila.....dia sengaja menantang Gana.

Keduanya telah selesai melakukan pembayaran, dan kini melenggang keluar dari toko perhiasan tersebut. Semua orang yang melihatnya pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih yang tengah bahagia, lihatlah bagaimana Naami bergelayut manja tanpa mau melepas Gana sedikitpun. Apalagi saat Naami sadar beberapa orang telah merekam dan menjepret kebersamaan mereka berdua. Sementara Gana yang memakai kaca mata hitam tak menolak sedikitpun perlakuan Naami, tepatnya tak peduli.

Sebelum memasuki mobilnya, Gana memeriksa ponselnya yang dia rasa bergetar beberapa kali. Notifikasi dari Meera. Gana memeriksa pesan dari mainan kecilnya.

Om, aku ngadem di apartement yah. Tugasku banyak banget huffff....eh kaosnya Meera pinjem bentar yah.

Pesan singkat disertai dengan foto Meera memakai kaos kedodoran milik Gana, beserta dengan beberapa buku serta laptop di atas ranjang. Ranjang yang sama tempat mereka berbagi peluh.

"Ckkkk sialan, Si Nemo ngapain ke apartement di saat kayak gini sih?" Gana meremat rambutnya sendiri. Bingung karena dia juga menjanjikan Naami untuk kesana sekarang.

"Sayang, ada masalah?" Naami yang sudah terlebih dahulu duduk di mobil kembali keluar saat memperhatikan raut tak beres di wajah Gana.

"Yah...gue lupa kalo ada mbak yang bersih - bersih dateng ke apatement hari ini." kilah Gana sembari masuk ke dalam kemudi.

"Apa masalahnya?,"

"Masalah karena mbak itu adalah orang suruhan Mami gue. Loe ngga mau kan Mami beranggapan buruk tentang loe?" Gana menurunkan kaca matanya dan menatap Naami dengan ekspresi meyakinkan.

"Ya ayo kalo loe emang ngga masalah, gue sih seneng -seneng aja." tambah Gana seolah yakin untuk tetap membawa Naami ke apartemen.

"Eh jangan dong sayang.....aku ngga mau Tante mikir macem - macem tentang aku nanti."

"Emang di otak loe beneran ngga mikir macem - macem?," goda Gana

"Yah ngga gitu juga sayang. Aku ngga mau rencana besar keluarga kita ternodai oleh skandal nakal kita. Apalagi kedua keluarga kita penganut budaya kuno. Berbeda dengan kita yang sudah modern dan mengenal dunia luar."

Gotchaaa...Gana menyeringai saat umpannya dimakan oleh Naami. Dia tau benar siapa Naami, perempuan yang selalu ingin tampak sempurna di depan khalayak. Dan dengan branding diri yang seperti itulah keluarga Bibisana memilihkan dia untuk Gana. Pasti Naami akan memilih untuk tetap terlihat BAIK.

"Heum baiklah, terserah loe aja."

"Tapi sayang ngga kecewa kan?,"

"Ngga, masih banyak waktu. Kenapa harus terburu - buru?," jawab Gana

"Sungguh pengertian." balas Naami, kali ini tangannya terulur mengelus rahang lelaki tersebut. Matanya sayu dan badannya perlahan condong mengikuti nalurinya.

Tak ayal Gana juga meladeninya dengan baik. Bibir mereka menyatu, dengan lihai keduanya saling membelit. Tangan Naami bergirlya ke kepala belakang Gana, mencoba menggoda dengan meremat dan mengelus secara bergantian. Gana tak kalah buas, dia tak ragu untuk mengelus pa ha Naami yang terekspose. Letupan gairah memenuhi keduanya. sebelum akhirnya mereka saling melepaskan tautannya.

"Kalau ngga bisa ke apartementmu, kau bisa mengajakku ke tempat yang kau mau bukan?"

"Breng sekkk...." Gana mendesis mendengar tantangan Naami. Perempuan itu sungguh tak habis akal untuk menggodanya. Disaat dia berusaha untuk menggagalkan panggilan setan di jiwanya, malah sekarang dia digoda oleh iblis betina. Ckkkk...sial atau untung sih sebenarnya???

********************

Dear Readers,

Setelah lama karya ini hiatus, aku mencoba untuk membangkitkannya kembali.

Semoga kalian suka yah...

Please kasi komen yang membangun, itu sangat berharga untuk author.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!