Maaf tak terucap

Humeera, gadis belia yang bulan depan baru akan menginjak usia 21 tahun tengah bermalas - malasan di atas tempat tidurnya. Jam makan malam sudah lama berlalu tetapi dia masih enggan untuk turun ke meja makan.

"Non...ini bibi bawakan makan malamnya," Seorang art paruh baya terpogoh membawakan sop dan potongan buah ke kamar Meera, gadis itu memang membatasi asupannya saat makan malam.

"Mamah Papah belum pulang Bi?,"

"Sudah diperjalanan pulang Non, Nyonya tadi menyuruh saya untuk membawakan Nona makan malam, beliau takut Nona sakit karena terlambat makan.

"Ikh kayak aku masih anak kecil aja sih Bi,"  Meera memutar bola matanya

"Itu berarti Non Meera tetaplah putri kesayangan Nyonya dan Tuan," ucap Bi Rayah

Bibi Rayah adalah pengasuh Meera dari bayi hingga sekarang. Bibi Rayah merupakan seorang janda tanpa anak, sehingga seluruh kasih sayangnya dia curahkan kepada Meera seorang. Begitupun dengan Humeera, dia begitu menyayangi Bi Riyah yang senantiasa menemani dia apalagi saat Mamah serta Papahnya sedang sibuk.

Meera merupakan mahasiswa semester lima jurusan Hukum di salah satu universitas terkemuka. Meera sangat berbakat dan dia salah satu Mahasiswa yang mendapatkan nilai - nilai terbaik di setiap semesternya. Otak Meera memang terkenal encer namun tidak dengan hatinya. Meera telah salah menjatuhkan hatinya pada seoarng pria breng sek seperti Ganapatih.

Meera tidak pernah merasakan jatuh cinta sepanjang hidupnya, hanya Papahnya yang selalu menjadi laki - laki yang memenuhi hidupnya selama ini. Namun pertemuan pertamanya dengan Gana sungguh membuat dia merasakan perasaan yang berbeda, dia yakin telah jatuh cinta pada pria yang baru pertama dia temui di acara ulang tahun Om Benny, paman dari Rima sahabat karibnya.

Berulang kali Rima mengingatkan Meera agar tidak terperosok  bersama Gana, namun gadis itu tetap keras kepala. Tanpa Meera sadari cintanya telah jauh membawanya pada petualangan yang penuh dosa, meski sejak awal Gana sudah mengatakan terus terang padanya jika lelaki matang itu tidak akan pernah mengenal kata cinta.

Pun ketika hubungan mereka sudah berjalan satu bulan, barulah mereka sama - sama tau bahwa Meera adalah keponakan dari Naami. Wanita yang digadang - gadang menjadi pendamping sang player. Meera masih tetap setia di sisi Gana, tak mampu untuk mengakhiri perasaan yang telah dia mulai dengan kesalahan.

"Non...aduh Non koq makannya sambil ngelamun gitu sih, sini Bibi suapin aja kalo gitu," Bi Rayah mengambil piring yang berisikan potongan buah dari tangan Meera.

"Bi...nantian aja dah makannya," Meera merengek

"Eh...nanti Tuan dan Nyonya keburu datang, bisa - bisa Bibi yang kena marah karena Non belum makan juga,"

"Ikhhh.....iya deh suapin Bibi aja yah," Meera akhirnya pasrah

"Lagian kenapa sih Non suka melamun akhir - akhir ini?,sedang putus cinta yah?,"

"Bibi kepo yah....,"

"Yah lagian siapa yang ngga kepo Non, sebelumnya Non sering senyum - senyum kayak orang lagi jatuh cinta, sekarang malah sering murung dan melamun." Jawab bibi

"Dihhhh...sok tau akh bibi," kilah Meera

"Ya taulah kan Bibi pernah muda Non,"

"Tuh kan jadi ngelamun lagi," Bibi kembali menyuapkan sepotong semangka kesukaan Nona mudanya

"Bi....gimana yah kalo kita jatuh cinta sama orang yang salah?," tiba - tiba saja pertanyaan itu meluncur dari bibir Meera setelah berhasil menelan semangkanya.

"Yah begitulah cinta Non, kadang berlabuh pada orang yag salah. Meski ingin berhenti juga ngga mudah yah Non untuk menyudahi perasaan itu,"

"Yah....Bibi malah curhat deh,"  ledek Meera

"Habisnya Non ngingetin saya ke masa lalu ," Ujar Bi Rayah

Bi Rayah menjanda karena dicampakkan begitu saja oleh suaminya. Meera sangat takut jika telah tiba waktunya. Waktu dimana Gana benar - benar meninggalkannya untuk menikahi tantenya Naami. Meski sebisa mungkin di hadapan Gana dia tidak pernah menunjukkan kecemburuannya, namun percayalah dia merasakan perih saat Gana bersama wanita lain.

"Tapi Non kan pinter, cantik, kaya raya jadi Non bisa punya banyak kesempatan untuk memilih bersama laki - laki manapun Non. Non pilihlah yang baik, yang cintanya lebih besar dari Non. Non jangan bodoh seperti Bibi"

"Bibi.....," Meera dapat merasakan ketulusan dari pengasuhnya itu

"Bibi saja tidak rela jika Non sedih begini, apalagi Tuan dan Nyonya. Pasti beliau tidak mau putri kesayangannya sampai disakiti oleh laki - laki manapun,"

"Heum, baiklah Bi," Meera menyudahi pembicaraan menyedihkan itu. Dia paham betul jika Bi Rayah pasti bisa ikut merasakan kesedihannya meski sekuat apapun dia menyembunyikan kisahnya dengan Gana.

"Humeera....Humeera....,"

Meera segera berlari keluar kamar saat mendengar panggilan dari Papahnya. Mamah dan Papahnya baru saja tiba di kediaman mereka.

"Papah.....,"

Gadis cantik itu berhambur ke pelukan sang Papah. Dikecupnya surai lembut putrinya oleh Sang Papah. Meera memang tumbuh dengan kasih sayang penuh kedua orang tuanya, dia tak pernah kekurangan apapun selama ini.

"Sudah makan?," tanya sang Mamah

"Lagi disuapin sama Bibi," saut Meera

"Loh koq disuapin?," kali ini Papahnya yang bertanya

"Habisnya ngga enak kalo maem sendiri Pah, siapa suruh Papah culik Mamahku kan Meera jadi sendiri dirumah"

"Mana ada Papah culik Mamahmu, Mamah aja yang terlalu takut kalo papah diculik.......ah ah ah...sakit sayang.....

Sang Papah tak melanjutkan ocehannya, karena pinggangnya telah dicubit habis - habisan oleh istrinya. Meera tak mampu menahan tawa saat Papahnya teraniaya.

"Ampun sayang...ampun.....," Mohon sang Papah

Yuura menghentikan cubitannya, diakhiri dengan berpelukan bertiga. Sementara Bibi Rayah menatap kegembiraan itu dengan suka cita mendalam di hatinya.

"Sayang, lanjutkan makanmu yah. Mamah dan Papah bersih - bersih dulu, nanti kami akan menemuimu kembali," titah Yuura, sepasang suami istri itu kemudian meninggalkan putrinya.

Sepeninggalan kedua orang tuanya, Meera kembali ke kamar. Dia meminta Bibi meninggalkannya dan berjanji akan menghabiskan makan malamnya.

Meera memang melanjutkan makan namun disertai dengan menulis deretan - deretan kalimat di buku diarynya.

Di salah satu lembaran diary itu, Meera menumpahkan ribuan kata maaf dan permohonan pengampunan kepada kedua orang tuanya. Meera sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat, namun kebodohan membuat dia tetap mempertahankan cintanya kepada Gana. Tubuhnya telah kotor namun cintanya tetaplah suci. Cinta thulus dari seorang gadis naif yang dengan tega dipermainkan oleh baji ngan bernama Gana.

"Mamah Papah....Maafkan Meera, Ampuni Meera," hanya di dalam sanubari tanpa mampu dia ucapkan langsung kepada kedua orang tuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!