Setelah tiba di rumah keluarga besar Pak Bagas Permana, Pak Bisma dan istrinya langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Keluarga Pak Bisma langsung disambut hangat oleh tuan rumahnya langsung, karena mereka adalah tamu spesial keluarga Daffin.
Pak Bisma dan pak Bagas adalah sahabat sejak kecil dan menjadi rekan bisnisnya saat ini. Pak Bagas memang jauh lebih kaya dari Pak Bisma, namun Pak Bagas tidak pernah sombong dan selalu membantu keluarga Pak Bisma saat mereka sedang kesulitan.
Dulu dua keluarga itu akan menjodohkan Alena dengan Daffin dan bahkan hampir berhasil, namun karena sebab masalah diantara Alena dan Daffin mereka harus berpisah dan Daffin harus menikah dengan wanita pilihannya sendiri.
"Wah Pak Bisma kau membuatku khawatir, kami sudah menunggumu sejak tadi.!" Sapa Pak Bagas sambil merangkul dan memeluk pak Bisma. Begitu pula dengan istri-istri mereka yaitu bu Dewi dan bu Agis.
"Dimana anak gadis?" tanya bu Agis saat melihat ternyata Alena tidak datang bersama mereka.
"Biasa lah katanya Alena ingin membawa mobil sendiri, karena dia belum pandai mengemudi jadi akan sedikit terlambat," jawab bu Dewi disertai senyuman.
"Alena baik-baik saja kan??" tanya bu Agis dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Alena memang anak yang sangat baik prilakunya, orangtua Daffin sangat menyayangi Alena dan sudah sangat menanti Alena untuk menjadi menantu mereka. Namun karena Daffin yang keras kepala dia rela meninggalkan Alena demi mantan kekasihnya yang kembali memasuki hidup Daffin, yaitu Serly calon pengantin wanitanya saat ini.
Tiga tahun yang lalu, Alena memang masih duduk di bangku kelas 2 SMA, sedangkan Daffin sudah berumur 22 tahun dan bekerja menjadi Manager termuda di perusahaan ayahnya. Serly adalah mantan pacarnya saat SMA dan kembali datang memasuki kehidupan Daffin lagi saat Daffin sudah bersama Alena. Karena mereka sama-sama sudah dewasa, Daffin pun memilih Serly untuk menjadi pendamping hidupnya.
"Ya Alena baik-baik saja, sekarang Alena sudah sedikit dewasa dia pasti bisa merelakan Daffin," jawab bu Dewi sambil menepuk bahu bu Agis.
"Maafkan putraku ya sudah menyakiti hati putrimu, aku sebenarnya ingin Alena saja yang menjadi menantuku, aku tidak setuju dengan pernikahan ini, tapi..."
"ssuutttt..!! Jangan berkata seperti itu," timpal bu Dewi memotong pembicaraan bu Agis.
"Anak-anak punya pilihannya sendiri kita akan menyakiti hatinya jika mementingkan keinginan kita saja. Biarkan mereka memilih pasangan hidupnya sendiri pilihan Daffin pasti yang terbaik untuk hidupnya. Percayalah Alena baik-baik saja dia sudah 3 tahun di Singapura pasti hatinya sudah kuat untuk melupakan Daffin." Sambungnya lagi meyakinkan bu Agis yang terlihat sangat mengkhawatirkan Alena.
Bu Agis langsung mengangguki kata-kata bu Dewi, dia lalu menyeka air mata yang hampir menetes dari sudut matanya.
Saat sedang berbincang-bincang, Alena pun tiba bersama dengan Sania. Semua orang tau hubungan antara Alena dan Daffin, para tamu menatap Alena dengan tatapan kasian dan khawatir dengan apa yang Alena rasakan. Namun Alena menyapa semua orang dengan senyum merekah dari bibirnya membuat para tamu tercengang dengan sikap Alena.
"Bukannya itu Alena calon menantu keluarga Pak Bagas tapi gagal," gumam salah satu tamu kepada temannya.
"Ya benar, sudah lama aku tidak melihatnya, sekarang sudah semakin cantik ya," balas tamu lainnya kagum melihat kecantikan Alena.
"Dia terlihat bahagia sepertinya sudah mendapatkan pengganti dan melupakan putra pak Bagas."
"Jika aku jadi Alena tentu saja aku tidak akan sedih berkepanjangan," bisik para tamu,
Dafka yang merasa risih dengan gosip yang menusuk telinganya pun langsung menghampiri mereka yang bermulut besar.
"Kalian bisa tidak jika tidak membicarakan orang lain!" gertak Dafka sambil menatap sinis kepada para tamu. Dafka adalah putra kedua dari keluarga Permana, adik dari Daffin Permana. Semua tamu langsung terdiam takut, karena Dafka terkenal dengan sifat pemarahnya dan suka berbuat seenak hatinya.
Para tamu pun langsung menyapa Alena dengan senyum yang sangat ramah. Alena sedikitpun tidak terlihat sedih walau sedang menghadiri pernikahan mantan kekasihnya. Dalam hatinya dia sedang berperang melawan rasa sedihnya dan menunjukan sikap ceria agar tidak terlihat lemah dimata Daffin.
"Paman dan Bibi apa kabar??" sapa Alena sambil mencium tangan Pak Bagas dan Bu Agis bergantian.
"Baik, Alena. Kamu apa kabar sayang?" balas bu Agis sambil memeluk dan mencium kening Alena.
"Seperti yang bibi lihat, Alena sangat baik-baik saja." jawab Alena sambil membentangkan kedua tangannya disertai senyuman.
"Syukurlah bibi sangat mengkhawatirkanmu sayang," balas bu Agis sambil mengusap ujung kepala Alena.
Mereka dua keluarga pun saling tertawa dan bercanda ria. Sangat jelas di mata para tamu bahwa dua keluarga itu sangat bahagia di hari pernikahan ini.
"Paman, dimana Daffin??" Dengan enggan tiba-tiba saja Alena menanyakan Daffin yang sejak tadi memang belum terlihat.
"Mmm, sepertinya Daffin masih bersiap-siap di kamarnya," jawab pak Bagas sambil melihat kearah tangga.
Alena pun hanya membalas senyuman dan langsung berjalan menuju tangga. Kali ini senyuman Alena terlihat jelas sedikit memaksa hingga kedua orangtua Daffin pun menyadarinya.
"Pah Alena..?" gumam bu Agis sambil menggenggam erat lengan suaminya.
Namun tangan bu Dewi segera menggenggam tangan bu Agis. Dia lalu mengganggukan kepalanya memberi tanda bahwa Alena akan baik-baik saja.
Alena berjalan menaiki anak tangga dan langsung menuju kamar Daffin. Saat di ujung tangga dia melihat kamar Daffin terlihat sedikit terbuka dan Alena pun menghampirinya. Alena sedikit mengintip kedalam dan dia langsung terkejut ternyata di dalam Daffin sedang duduk sendiri di depan cermin.
Jantung Alena berdegup kencang saat melihat Daffin. Padahal dia sudah menguatkan hatinya untuk bertemu Daffin dan memberikan ucapan selamat untuk pernikahannya.
"Alena tarik napas dalam-dalam dan santai, fiuhhh." Alena mengatur napasnya dan berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah merasa dirinya sudah tenang, Alena pun dengan sedikit ragu langsung mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.
Tokkk tokkkk
"Boleh tidak aku masuk.??" tanya Alena dari balik pintu.
"Masuk saja.!!" Jawab Daffin tanpa menoleh kesumber suara.
Alena pun masuk kedalam kamar, terlihat Daffin sedang sibuk kesulitan mengancingkan lengan bajunya tanpa menoleh Alena. Alena pun tersenyum dan langsung menghampiri Daffin yang masih belum juga menatapnya.
"Mas Daffin sudah semakin tua, tapi bahkan mengancing lengan baju pun tidak becus.!" Omel Alena sambil membantu mengancingkan lengan baju Daffin.
Deghh...
Jantung Daffin langsung berdegup kencang saat melihat Alena tiba-tiba menghampirinya dan bahkan membantunya mengancingkan lengan baju. Daffin membulatkan kedua matanya ketika melihat Alena sangat dekat dari pandangannya. Tanpa berkedip dia menatap wajah Alena yang semakin tambah cantik ingin rasanya dia menyentuh pipi mulus Alena.
"Sudah tiga tahun ya kamu semakin cantik," pikir Daffin dalam lamunannya dan tidak terasa bibirnya mulai tersenyum.
"Sudah selesai," Sontak ucapan Alena membuat Daffin terkejut dari lamunannya.
"Ohh terimakasih, aku pikir kamu tidak akan pulang dari Singapura," ucap Daffin dengan suara yang sangat rendah.
"Mas Daffin ku mau menikah tentu saja aku harus datang untuk memberi selamat kepada mas Daffin dan kakak ipar," jawab Alena sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
Daffin terdiam tidak membalas perkataan Alena, dia hanya menatap kedua manik mata Alena, begitupun Alena dia memandangan sangat dalam kedua mata Daffin. Mereka berdua saling tatap tidak mengeluarkan sepatah katapun membuat keadaan menjadi hening.
Setelah tersadar bahwa Alena terus menatap mata Daffin, dia pun langsung melebarkan senyumnya dan langsung mengucapkan selamat untuk pernikahannya.
"Mas Daffin selamat ya atas pernikahanya, semoga rumah tangganya langgeng sampai kakek nenek dan cepat diberi momongan. Doakan juga Alena semoga cepat dapat jodoh.!" Ucap Alena dengan senyuman yang sangat tulus.
Daffin masih terdiam tanpa ekspresi, dia masih dalam keadaan menatap kedua mata Alena membuat Alena merasa sangat canggung. Alena menjadi salah tingkah karena terus ditatap oleh Daffin.
"Mas Daffin jawab apa gitu, Alena capek loh dari tadi ngomong tapi Mas Daffin nya diam aja.!" Omel Alena sambil memanyunkan bibirnya.
"Heh dasar gadis kecil sok kuat kamu capek tersenyumkan? senyummu itu palsu," Gumam Daffin dalam hati.
"Ya ya makasih atas ucapan selamatnya," Balas Daffin sambil mengelus ujung kepala Alena disertai senyuman.
Alena pun hanya membalasnya dengan senyumannya. Setelah sadar bahwa tidak ada pengantin wanita, Alena pun melihat sekitar kamar untuk mencari pengantin wanitanya.
"Dimana Kak Serli apa belum datang??" tanya Alena penasaran.
"Hmm, kau masih berpura-pura memanggilnya kakak, mungkin..... dia tidak akan datang," batin Daffin.
Daffin lagi-lagi terdiam, dia mulai menunjukan ekspresi sombongnya dihadapan Alena. Alena hanya mengkerutkan keningnya saat Daffin tiba-tiba saja merubah ekspresi datarnya.
"Daffin ini sudah waktunya acara dimulai, kenapa pengantinmu belum tiba juga?" teriak Alvin yang tiba-tiba saja datang membuka pintu.
Alvin adalah kerabat sekaligus sahabatnya Daffin, dia adalah wakil Direktur Personalia di perusahaan ayahnya Daffin.
"Alena keluar.!!" bentak Daffin tiba-tiba saja mengusir Alena.
❤ Daffin Permana
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Note: Dilarang Promosi, kecuali tinggalkan..
*Like.
*Komentar sewajarnya tentang isi cerita.
*Rate 5 🌟
*Vote
Buat para readers tercinta jangan lupa juga tinggalkan jejak seperti diatas ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-03-01
0
MUKAYAH SUGINO
Serly kabur
2021-02-05
0
einara
Alena tegar .. tapi bohong
2021-01-28
3