Eps.5

"Dilihat dari model dan merk kayaknya ini baju mahal, deh, apa nggak sayang dipakai sama aku yang orang kampung ini," batin Neta sambil membentangkan setelan kasual yang dibeli dan dipilihkan secara langsung oleh Tuan muda Arsen.

Neta melihat pakaian kasual yang diberikan padanya itu seperti tak layak untuk ia pakai, sebab dilihat dari merk'nya. Itu adalah pakaian mahal yang harganya cukup menguras kantong. Bahkan gajinya dari mengajar anak sekolah dasar selama satu tahun saja tidak cukup jika dikumpulkan untuk membeli baju itu.

Setelah mengganti seragamnya dengan pakaian yang dibawakan oleh Arsen, Arneta keluar dari ruang UKS.

Ia menatap canggung pria tampan yang sedang bersandar pada tembok sambil menatap layar ponselnya, pria itu selalu mengenakan hoodienya sebagai penutup kepala. Pria itu menoleh saat kaki Arneta melangkah dari pintu.

"Ayo aku antar kamu pulang!" Arsen menarik tangan Arneta.

"Ta-tapi, bukannya kamu masih ada kelas, ya. A-aku bisa pulang sendiri, ko."

Tolak Neta dengan nada terbata. Ini pertama kalinya Neta merasakan ada hal aneh saat mengobrol dengan seorang pria. Padahal biasanya ia selalu bersikap dingin dan cuek.

"Jangan cerewet, aku akan mengantarmu pulang." Arsen menarik tangan Neta lembut.

"Eh! Tapi motor aku gimana?"

"Serahkan kuncinya padaku, aku akan menyuruh orang untuk mengantarnya ke rumah mu," timpal Arsen.

"Sebenarnya nggak perlu sampai merepotkanmu seperti ini, kan. Aku bisa...."

Belum sempat Neta melanjutkan, Arsen langsung memotong kalimatnya, "diam!"

"Aku nggak menerima penolakan," imbuh Arsen dengan tegas dan terus menarik tangan Neta.

Gadis itu merasakan kehangatan dari genggaman tangan pria yang baru ia temui itu.

Tanpa Neta sadari mereka kini sudah tiba di tempat Arsen memarkirkan mobilnya. Apalah daya gadis itu sama sekali tak bisa menolak niat baik Tuan muda Arsen.

Neta tak segan lagi, bahkan ia memberikan kunci motornya pada Arsen.

Kemudian pria itu langsung menelpon seseorang dan tak berselang lama datanglah pria berjas dengan memakai kaca mata.

Tanpa sepatah katapun Arsen langsung memberikan kunci itu kepada pria yang sedang berdiri di luar mobil. Pria berkaca mata itu juga tak mengatakan sepatah kata pun, ia hanya membungkukkan badan saat mobil Arsen mulai meninggalkan tempat tersebut, mereka berdua seperti sudah memahami situasi.

"Orang ini mendominasi banget, sih, aku sampai nggak bisa berkata-kata, loh, terus dia kayaknya dihormati banget sama orang-orang. Kenapa orang seperti dia bisa peduli banget sama aku yang hanya seorang gadis kampung?" batin Arneta penuh tanya.

Hening selama perjalanan.

Beberapa saat kemudian mereka tiba di rumah Neta.

Neta langsung turun dari mobil setelah mobilnya berhenti di halaman depan rumahnya. Ia tak ingin terlalu merepotkan pria yang bernama Arsen itu.

Apalagi sepertinya dia orang besar dan banyak penggemar. Begitulah pikir gadis lugu itu.

"Terima kasih banyak, Tuan muda," ucap Neta sambil membungkukkan badannya seperti apa yang dilakukan pria berkaca mata tadi.

Arsen terkekeh melihatnya.

"Apa begitu cara seorang gadis pintar berterima kasih?"

Arsen memiringkan kepala.

"Apa? Aku hanya seorang anak pembantu, aku tidak punya banyak uang ... apa lagi yang kamu butuhkan dariku yang hanya orang kampung ini?" tanya Arneta serius.

"Hm, rupanya gadis yang katanya terpandai di sekolah tidak tau cara berterima kasih, ya," ucap Arsen dengan seringai licik di sudut bibirnya.

"Eh, kenapa senyumnya menakutkan," batin Neta sambil bergidik ngeri.

"Aku tidak punya apa-apa, aku akan kembalikan baju ini setelah dicuci, kamu tenang saja. Tapi maaf aku tidak bisa menggantinya dengan yang baru, aku benar-benar tidak ada uang. Bahkan aku di sekolah aja nggak pernah jajan, mana mampu aku membeli baju semahal ini, tolong jangan mempersulit hidupku ya. Hidupku selama imi udah benar-benar sulit," jelas Neta dengan raut wajah cemas.

Arsen keluar dari mobilnya, ia mendekati Neta kemudian menyentil jidatnya.

"Aw!" Neta mengelus jidatnya yang agak sakit itu.

"Dasar b0doh, apa isi kepalamu ini, hah? Kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya ingin kamu membuatkanku minuman jahe. Kamu lupa aku tadi masuk ke kolam demi menolongmu. Jangan terlalu banyak berpikir gadis b0doh," terang Arsen.

"Astaga, bukankah dia orang kaya, bukannya dia punya uang lebih untuk dihamburkan ... apa nggak salah minta minuman jahe sama orang kampung kayak gini, nggak takut keracunan apa?" Batin Neta heran.

"Kenapa malah melamun? Apa kamu keberatan? Hm?" tanya Arsen sambil mendekatkan wajahnya pada Neta.

Neta menjauhkan wajahnya yang sudah memanas dari hadapan Arsen.

"Cuma minuman jahe ya, bisa ko, ayo masuk aku bakal bikinin kamu minuman jahe," ajak Neta sambil menarik tangan Arsen.

Pria itu senang bukan main saat si gadis menarik tangannya.

Neta masuk ke dalam rumah bersama dengan Arsen.

"Dari tadi aku cuma mau minum wedang jahe. Kamu saja yang terlalu banyak berpikir," ucap Arsen.

"Ya maaf, silakan duduk. Beginilah keadaan rumahku, tunggu di sini aku bikinin kamu wedang jahe."

Arneta hanya bisa garuk kepala sambil tersenyum kikuk menghadapi situasi yang sangat canggung itu.

Gadis itu bergegas ke dapur dan langsung membuat minuman yang diinginkan oleh Arsen. Ia juga menyeduh untuk dirinya sendiri.

"Aku sudah lama ingin tahu bagaimana keadaan rumahmu sekarang, ternyata jauh lebih buruk dari terakhir kali kita bertemu, Arneta. Apa kamu tidak mengingatku sama sekali," batin Arsen sambil prihatin melihat keadaan Arneta saat ini. Netranya menelisik setiap sudut yang ada di rumah sederhana itu.

.

"Sejak kapan Tuan muda pandai menggoda seperti itu," batin Juan sambil tersenyum penuh arti, sedari tadi ia melihat dan mendengar dari kejauhan apa yang sedang dilakukan oleh Tuan mudanya.

Bahkan ia mendorong motor Neta saat memasuki halaman agar mereka berdua tidak terganggu dengan kedatangannya. Setelah itu Juan menunggu Tuan mudanya di dalam mobil.

Setelah berbasa-basi lebih dari enam jam, Arneta merasa telah mengenal Arsen sejak lama. Namun, dia tidak ingat, kapan dan di mana ia pernah bertemu dengan pria itu.

"Maaf ... bukannya mau mengusir, tapi kamu di sini sudah hampir enam jam, sebentar lagi orang tuaku juga pulang," celetuk Arneta canggung.

"Emangnya kenapa kalau orang tuamu pulang, aku malah akan memperkenalkan diri secara langsung," timpal Arsen.

Arneta menarik paksa tangan Arsen dan mendorong pria itu keluar dari rumahnya.

"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri pada orang tuaku, mungkin bisa lain kali ... aku juga ngga enak sama tetangga, maaf ya," tukas Neta, kemudian ia menutup pintu dengan paksa.

"Nggak bener, kalau bicara terlalu lama sama orang ini bisa-bisa kena penyakit jantung aku," batin Neta sembari bersandar pada pintu.

.

.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Arneta mengusir tuan muda krn gak aman buat jantungnya yg sll berdebar2 dkt tuan muda tampan....

2024-09-02

0

M Nurhalimah

M Nurhalimah

bisa bisa d gerebeg warga ya nanti km d nikahin sama warga dengan tuan muda

2024-07-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!