Eps 20

Kini Mayang dan Litta sedang berada di dalam mobil. Litta yang duduk bersandar di kursi kemudi menghela nafas.

Sedangkan Mayang kebingungan untuk menenangkan Azura yang sedari tadi menangis meminta mainan seperti milik Amira.

Mereka terpaksa pulang lebih awal dan tak jadi shoping karena Zura terus saja menangis.

"Sudah dong Zura, jangan nangis terus. Mama belum punya uang, nanti kalau Papa pulang kerja kamu minta sama papa saja ya sayang." Ucap Mayang berusaha menenangkan Azura.

Azura menggelengkan kepalanya sembari menangis tak karuan.

"Tidak mau, mau itu sekarang. Amira saja punya masa Azura gak punya." Jawab Azura sambil terus meronta.

"Nanti minta sama Om Rangga." Ucap Litta membantu menenangkan Azura. Azura tetap saja menggelengkan kepalanya.

"Tau begini tadi titipkan saja Azura, sama Mama, Mbak. Gagal total deh shopping aku sekarang." Ucap Litta yang di angguki oleh Mayang.

"Sudah untung jadwal kuliah ku di undur besok. Aku bela-belain pulang ke rumah untuk mengajak Mbak jalan-jalan malah gagal total. Mau merasakan jadi orang kota sehari saja susahnya minta ampun." Lanjut Litta kini mengomel dihadapan Mayang.

Dengan perasaan kesal akhirnya Litta menyalakan mesin mobilnya. Dia melajukan mobilnya keluar dari area parkir Mall.

Kini Litta tidak tahun akan pergi kemana. Sudah gagal shopping, masa iya sudah jauh-jauh ke kota malah langsung pulang tanpa membawa ара-ара.

"Mbak kita mau kemana ini?" Tanya Litta meminta saran kepada Mayang.

Mayang menggelengkan kepalanya sembari berusaha menenangkan Azura.

"Aku gak tau area kota Ta. Aku ngikut kamu saja, toh kamu yang sering bolak-balik ke kota, jadi kamu pasti tau kan tempat yang pas dan cocok untuk kita." Jawab Mayang lagi.

"Diam dong Azura. Kamu ngga capek apa nangis terus sedari tadi ha?" Ucap Mayang yang tidak sengaja membentak anaknya.

Bukannya takut atau diam, suara tangisan Azura justru malah semakin kencang saja.

"Mbak jangan di bentak dong. Malah tambah nangiskan Azuranya, sudah tahu Azura itu cengeng malah di buat tambah nangis." Omel Litta yang sebenarnya sudah lelah mendengar suara tangisnya Azura.

Sangking sibuknya berdebat, mereka sampai tak menyadari kemacetan yang menghadang mereka didepan sana.

Litta pun terpaksa harus menginjak rem secara mendadak karena mobil didepannya yang berhenti.

Ciiitttt....

"Aduh." Gumam Litta dan Mayang yang sama-sama memegangi dahi mereka.

"Bisa nyetir gak sih berhenti mendadak di tempat ramai seperti ini ." Ucap Litta yang sebal karna pengemudi depan tiba-tiba saja mengerem mendadak.

Mayang dan Litta celingukan menatap ke arah depan. Sepertinya didepan sana memang macet dan tidak bisa untuk terburu-buru.

"Ini sedang di lampu merah atau apa sih. Kok macet banget." Ucap Mayang yang baru kali ini merasakan sensasi macetnya di kota.

"Walaupun bukan lampu merah, kalau di kota ya selalu macet lah mbak. Jangan terlalu norak deh." Jawab Litta yang masih merasakan denyut di kepalanya, akibat suara tangisan Azura.

"Kita cari tempat makan saja. Sambil menunggu jalanan lancar, kepala ku juga udah mulai pusing." Lanjut Litta yang di angguki oleh Mayang.

Kini Litta memasuki area cafe yang baru saja buka dan terbilang cukup populer dianatara kalangan para remaja. Litta mencari tempat parkir yang pas.

Mayang celingukan seperti orang kebingungan.

"Astaga Litta, kamu membawa ku ke tempat seperti ini. Ini keren banget!!" Ucap Mayang yang melihat tampilan outdoor cafe dengan kagum.

"Ck mbak jangan malu-maluin dong." Jawab Litta yang malas menanggapi kenorakan Mayang.

Mayang hanya cengengesan saja mendengar penuturan Litta.

"Ya sudah yuk turun." Ajak Litta pada Mayang.

Litta, Mayang dan Azura berjalan memasuki area Cafe tersebut. Terbilang cukup populer dikalangan para remaja maupun dewasa, dan sudah memiliki cabang yang berada dimana-mana.

Litta mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman.

"Kita duduk di sana saja ya Mbak." Ajak Litta seraya menunjuk sebuah meja kosong.

Mayang menoleh ke tempat yang di tunjuk Litta. Dimana tempat itu juga cocok baginya, ada tempat bermain kecil untuk anak-anak seusia Azura.

"Mama Azura mau main disana." Ucap Azura pada Mayang.

Mayang mengangguk saat anaknya menunjuk tempat tersebut.

"Ya sudah kamu main disana dulu, nanti kalau makanannya sudah siap, Mama panggil." Jawab Mayang, Azura mengangguk dan langsung berlari meninggalkan Mama dan Tantenya.

Sementara disudut lain Cafe itu, Jia tengah mengobrol dengan seorang pendisain indor dan outdor Cafe tersebut.

"Bagaimana Bu Jia? Apakah Bu Jia menyukai desain outdoor taman yang kami rekomendasikan?" Tanya salah satu pendisain taman yang kini tengah berbincang dengan Jia.

Ya benar caffe tersebut ternyata milik Jia dan Jio, mereka berdua sudah membuka usaha Caffe saat Jia masih bekerja bersama dengan temannya dan cafe ini adalah salah satu cabang baru dikota itu.

Jia yang tertarik ingin memiliki cafe sendiri akhirnya mengajak Jio berkerja sama untuk membuka bisnis Cafe dan ternyata Jio setuju akan hal itu.

Memang semua biaya masih di tanggung oleh Papanya meski ada beberapa hal yang dibeli mengunakan uang milik Jia ataupun Jio.

Pak Alan hanya memberikan apa yang di minta oleh anaknya, selebihnya Pak Alan tidak ikut campur dengan apa yang di butuhkan oleh Jia dan Jio.

"Kapan bisa di mulainya untuk mendesain taman tersebut?" Tanya Jia memastikan.

"Kemungkinan 2 atau 3 hari lagi mbak." Jawab si pendisain.

"Mbak tenang saja. Saya akan memperkerjakan pekerja saya yang cekatan agar bisa lebih cepat selesai nanti." sambung si pendisain lainnya.

Jia menganggukkan kepala. "Tapi kalau nanti saya sedang berada di caffe cabang lain. Anda tidak perlu menunggu saya datang. Anda boleh langsung mulai bekerja saja." Ucap Jia.

"Ini DP untuk membeli beberapa bahan yang di perlukan, untuk gaji dan sisanya akan saya lunasi setelah semuanya selesai." Lanjut Jia seraya menyodorkan amplop coklat berisi uang.

"Kalau begitu kita sepakat dengan kerjasama kita. Senang bisa berkerja samanya dengan Bu Jia." ucap si pendesain seraya mengulurkan tangan.

Jia mengangguk dan tersenyum lalu meraih uluran tanggan pria itu.

"Kalau begitu kami permisi dahulu." Dua pria yang baru saja berkerja sama dengan Jia kini berlalu meninggalkan tempat itu.

Jia yang merasa lelah dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. Setelah membelikan mainan untuk Amira, Jia langsung berangkat kesini karena mendapat panggilan dari pria tadi yang sudah menunggu dicafe.

"Gak kerasa Cafe iseng kita ini, bisa jadi sangat besar ya Dik." Gumam Jia sembari mengingat perjuangan dirinya dan Jio yang ingin merintis bisnis cafe.

"Terimakasih Ma, Pa. Jia janji, Jia akan membuat caffe ini semakin besar begitu juga dengan yang lainnya." Lanjut Jia bergumam lagi.

Jia memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan napas panjang. Setelah rasa lelahnya berkurang ia bangkit dan berjalan menuju kasir.

"Mama dan putri saya sedang berada di ruangan saya. Tolong antarkan makanan untuk mereka seperti biasa ya." Ucap Jia pada seorang pelayan.

Setelah mengucapkan pesan itu, Jia berjalan berkeliling untuk memantau kondisi caffe yang cukup ramai.

Jia merasa iba saat melihat salah satu pelayan barunya terlihat kesulitan membawa pesanan.

"Biar saya bantu. Lain kali kalau kamu tidak sanggup bilang saja, jangan membawa pesanan terlalu banyak, saya takut kamu jatuh dan terluka atau melukai orang lain.' " Ucap Jia pada pelayan tersebut.

"Maaf Bu, biar saya saja. Saya tak mau merepotkan Ibu." Jawab pelayan itu sungkan.

"Tak apa, ini pesanan untuk meja nomor berapa?" Tanya Jia kepada pelayan tersebut.

"Meja nomor 26 Bu." Jawab itu sopan.

Jia mengangguk dan segera melangkan menuju meja nomor 26 sambil mengangkat nampan berisi pesanan pelanggan.

"Ini makanan yang anda pesan." Ucap Jia yang masih sibuk menaruh makanan di meja.

"Mbak Jia." panggil Litta, membuat Jia menoleh ke arah suara.

Jia menatap Litta dan Mayang secara bergantian. Namun, tiba-tiba saja Litta dan Mayang tertawa terbahak-bahak.

"Oh jadi ini pekerjaan kamu Mbak? Jadi babu di cafe ini? Kasihan sekali sih kamu. Oh aku tahu pasti kamu membelikan mainan anak mu tadi, bela-belain sampai gak makan setahun ya? Hmmm? Memalukan sekali. Bergaya sok kaya ternyata babu di cafe biasa." Ucap Litta meremehkan.

Kejadian itu tentu saja tak luput dari pandangan orang-orang sekitar. Beberapa pelayan menghampiri mereka tetapi di hentikan oleh Jia.

"Kenapa diam saja Mbak? Kenapa malu?" Lanjut Litta lagi.

Jia masih terdiam enggan menjawab. Tetapi dia menatap Litta dan Mayang dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Maaf, kalau anda hanya akan membuat keributan di sini, anda bisa pergi dari sini sekarang juga." Ucap Jia yang membuat Litta dan Mayang tertegun.

"Jangan sok deh Mbak. Kalau Mbak berani mengusir kita, kita pastikan Mbak akan di pecat oleh pemilik cafe ini." Ucapan Litta membuat Mayang menganggukkan kepalanya.

Byuuurrrr

Tiba-tiba saja segelas jus mendarat sempurna diwajah Litta.

"Terserah kalian saja, yang jelas. Tak akan ada yang benari memecatku disini, karena aku sendiri pemilik cafe ini. Kalau kamu gak tau apa-apa, jangan bersikap sok tau." Ucap Jia sembari melangkah pergi meninggalkan mereka yang terdiam kaku.

********

********

Terpopuler

Comments

Ibu Toipah

Ibu Toipah

bagus disiram saja saya geretan

2024-12-02

0

Ismi Yui

Ismi Yui

hahahah jia ternyata pemilik cafe yg sedang hits/Chuckle//Chuckle/

2024-11-11

0

Danny Muliawati

Danny Muliawati

haha mampus Lo itu anak klo salah asuh ga tau diri sok kaya

2024-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Bab 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Bab 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Bab 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Bab 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Bab 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Bab 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!