Eps 16

Beberapa menit kemudian, Rangga dan Manda sudah menyelesaikan makan mereka.

"Sekarang kamu mau membicarakan apa dengan ku Mas?" Tanya Manda dan membuat Rangga kembali gugup.

"Emmm sayang, ini kan aku sedang proses perceraian dengan Jia. Dan setelah aku sah bercerai dengan Jia, kamu meminta ku untuk segera melangsungkan pernikahan kita." Ucap Rangga perlahan dan di angguki oleh Manda walau dengan perasaan biasa saja.

"Emm kamu juga sudah tahu apa yang terjadi bukan?" Tanya Rangga yang membuat Manda jengkel.

"Buruan dong Mas. Mau berbicara apa? Jangan bertele-tele seperti ini dong." Ucap Manda yang sudah jengkel dengan Rangga.

"Gini ehem. Kalau seandainya aku gagal mendapatkan mobil yang dipakai Litta. Dan Litta meminta mobil pada ku lalu aku belikan. Apa kamu juga akan meminta mobil juga pada ku?" Tanya Rangga dengan ragu dan gugup.

Manda terdiam sejenak mendengar ucapan Rangga, lalu dia menggelengkan kepala yang membuat Rangga tertegun.

Entah harus bahagia atau merasa aneh kalau Manda tidak meminta hal yang sama dengan Litta.

"Aku tahu Litta itu adik perempuan mu satu-satunya. Jadi, aku gak masalah kalau dia minta mobil dari kamu." Ucapan Manda membuat Rangga tersenyum.

"Makasih sayang kamu sudah mau mengerti akan kondisi ku saat ini. Aku jadi lega mendengar jawaban mu ." Ucap Rangga.

Manda menganggukkan kepalanya dan Manda menatap Rangga lalu tersenyum.

"Kamu jangan terlalu senang dahulu. Aku memang tidak meminta mu untuk membelikan aku mobil kalau hanya untuk bergaya saja." Ucapan Manda kini membuat Rangga bingung.

Rangga mengerutkan keningnya heran.

"Maksudnya?" Tanya Rangga dengan singkat.

Manda tersenyum sebelum menjawabnya.

"Aku minta setelah kamu bercerai dengan Jia, kamu harus langsung menikahi ku dengan mahar yang aku inginkan." Jawab Manda, namun jawabannya berhasil membuat Rangga tersenyum.

"Oh kalau masalah itu sudah pasti sayang. Setelah aku berpisah dari Jia, aku akan menikahi mu dan akan menjadikan kamu ratu satu-satunya di hati ku." Ucap Rangga yang sedikit memberi gombalan. Tapi tak membuat Manda terpengaruh sama sekali.

Manda pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya ia senang dengan jawaban Rangga.

"Bodoh, padahal aku belum selesai dengan ucapan ku dan mau minta mahar apa." Batin Manda dengan senyuman licik.

Rangga yang belum paham dengan ucapan Manda pun hanya memberikan senyuman lega ke arah Manda.

Melihat Rangga yang masih tersenyum, Manda beranjak pergi sebentar dari Rangga. Dan beberapa menit kemudian Manda kembali dengan membawa lima lembar kertas dan pena kehadapan Rangga.

"Sebagai perjanjian kita. Silahkan kamu tanda tangan di sini." Ucap Manda seraya menyerahkan kertas yang sudah dia tempeli materai kepada Rangga.

Rangga yang melihat kertas kosong bermaterai dan pena di depannya pun terheran.

"Ini untuk apa sayang?" Tanya Rangga yang masih belum mengerti akan maksud Manda.

"Kan sudah aku bilang kalau ini untuk surat perjanjian kita Mas. Berhubung kita bertemu sekarang, jadi kamu tanda tangan dulu biara nanti setelah pulang dari sini aku bisa langsung mencatat isi perjanjiannya. Masa iya aku harus catat sekarang disini ? Pasti akan membuang banyak waktu."

Jawaban Manda masih membuat Rangga terdiam.

"Kamu tidak mau? Ya sudah kalau begitu aku akan meminta mobil saja kalau Litta di belikan mobil sama kamu." Ucap Manda lagi saat dia melihat Rangga terlihat ragu.

"Eh iya iya sini biar aku tanda tangan." Ucap Rangga dan dengan cepat mengambil kertas dan pena tersebut.

Manda tersenyum melihat Rangga yang menandatangani 5 kertas kosong tersebut.

Setelah menandatangani kertas itu. Rangga memberikannya kembali kepada Manda.

Manda menerimanya dengan senang hati.

"Oke. Aku sengaja menyiapkan lebih banyak kertas, karena aku takut kalau nanti aku salah nulis. Jadi kalau salah aku bisa menulisnya lagi di kertas yang lain." Ucapan Manda membuat Rangga mengangguk tanpa rasa curiga.

"Dasar pria bodoh." Batin Manda menghina Rangga seraya tersenyum meremehkan.

Rangga bernafas lega sekarang, masalah satu sudah selesai karena mengira Manda bisa di ajak kompromi.

"Huuhhh." Rangga menghela napas berat lalu menyenderkan punggungnya di sandaran Kursi.

Manda yang menatap Rangga pun pura-pura iba melihatnya.

"Kamu sabar ya Mas, mungkin memang jalan hidup mu seperti ini." Ucapan Manda membuat Rangga mengangguk.

"Sebentar lagi, kamu tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi Rangga." Batin Manda dengan senyuman samar.

***

Pagi hari di kediaman keluarga Jia, semua sedang sarapan bersama tanpa terkecuali.

"Hari ini kamu jadi ke rumah Rangga, Jio?" Tanya Pak Alan pada anak bungsunya.

Jio hanya menganggukkan saja karena dia tengah mengunyah makanannya saat ini.

"Papa ikut ya." Ucapan Pak Alan membuat Jia dan Bu Dinda terkejut.

Jio menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab ucapan Papanya.

"Papa hari ini gak ke kantor?" Tanya Jio seraya menoleh ke arah Papanya.

Pak Alan menggelengkan kepalanya, dia tidak akan fokus berkerja kalau masalah anaknya belum benar-benar selesai.

"Papa udah minta cuti dan menyuruh Pak Bondan untuk menghandle perusahaan hari ini." Ucapan Pak Alan kini membuat Bu Dinda menatap kearahnya.

Pasalnya Pak Alan belum membicarakan tentang itu padanya.

"Maaf Ma, Papa belum sempat membicarakan hal ini sama Bunda. Papa hanya tidak bisa fokus kalau masalah Jia belum benar-benar selesai. Takutnya kalau Papa salah fokus dan gegabah mengambil keputusan malah akan membuat rugi perusahaan." Ucap Pak Alan saat mendapati tatapan penuh tanya dari Bu Dinda.

Bu Dinda pun hanya bisa menghela nafas dengan pelan.

"Terserah Papa saja, apapun yang menurut Papa terbaik buat perusahaan dan masalah anak kita saja." Ucap Bu Dinda pasrah.

Jia hanya terdiam dan enggan bicara, dia malu pada keluarganya karena mereka semua ikut memikirkan masalahnya dan membuat orang tua serta adiknya kerepotan.

Jia menunduk enggan menatap satu persatu wajah keluarganya. Dan Hal tersebut tak luput dari pandangan Jio.

Lagi dan lagi Jio merasa bersalah karena menatap wajah Kakaknya yang terlihat sendu. Dia merasa iba dengan apa yang kini tengah menimpa rumah tangga sang Kakak.

Suami yang tidak tanggung jawab pada Kakak dan keponakannya, mertua yang sering menghina dan menyepelekan Kakaknya. Hingga iparnya yang ikut mengucilkan Kakak perempuannya itu.

Jio berfikir sepertinya dia menyesal karena sudah menyetujui keputusan yang di ambil kakaknya dulu. Dimana Jia yang enggan membuka identitasnya dan memilih menyembunyikan kebenaran dari satusnya.

Kini Jio beralih menatap ke arah Amira. Gadis kecil yang cantik seperti ibunya. Tetapi takdir membuat gadis tersebut harus dewasa sebelum waktunya.

Baru berumur 5 tahun tetapi dia harus mengalami hal yang sangat tidak di peruntukan untuk anak seusianya.

Di tatapnya Amira yang sedang makan dengan lahap membuat hati Jio semakin terenyuh.

"Amira mau nambah makanannya lagi?" Tanya Jio yang membuat fokus Amira kini beralih ke arah Jio.

Menatap Jio sebentar lalu dia menatap ke arah sang Bunda. Jia yang paham pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

Melihat respon sang Bunda Amira kembali menoleh ke arah Omnya itu.

Amira mengangguk dan tersenyum, betapa cantiknya kini Amira yang tersenyum bahagia di hadapan Jio.

"Om ambilin ya. Mau yang mana ?" Tanya Jio memberi beberapa lauk untuk Amira.

"Aku mau telur dan ayam gorengnya saja Om." Jawab Amira yang menatap beberapa lauk di hadapannya.

Jio mengangguk dan dengan segera mengambilkan apa yang Amira minta.

Perbincangan Mereka berdua tak luput dari pandangan pak Alan dan Bu Dinda yang tersenyum tapi merasakan apa yang Jio rasakan.

"Di makan ya." Ucap Jio sembari mengusap lembut rambut keponakannya.

Amira mengangguk lagi.

"Amira kalau di rumah nenek gak pernah dikasih lauk seperti ini Om. Paling hanya di kasih lauk tempe satu, itu pun kalau tidak di minta oleh Zura. Padahal Zura makanannya selalu enak-enak." Ucapan Amira yang tiba-tiba membuat Jia kembali memejamkan matanya.

"Kenapa tidak minta sama Bunda?" Kini Bu Dinda yang bertanya kepada Amira.

Amira menggelengkan kepalanya sambil mengunyah makanannya.

"Bunda sering ikut kerja dengan Bu Wati, jadi Bunda jarang ada di rumah kalau siang hari. Lalu kalau Bunda pulang Amira gak tega minta sama Bunda . Karena tahu Bunda pasti lelah untuk mendapatkan uang. Kalau minta sama Ayah pasti selalu di bentak, kalau tidak di bentak pasti Ayah marah sambil bilang makan saja terus yang kamu pikirin. Amira juga takut sama Nenek. Amira takut kalau nenek menyuruh Amira untuk meminta-minta di jalan raya. Ucapan Amira yang polos, kini berhasil membuat air mata Jia terjatuh.

Padahal kalau Amira mau, tanpa Jia bekerja ikut Bu Wati pun Jia mampu membelikan apa pun yang di minta Amira.

Jia membayangkan betapa sakitnya Amira saat melihat Zura makan dengan lauk enak. Dan dirinya hanya di kasih tempe satu buah saja.

Pak Alan, Bu Dinda dan Jio yang mendengarnya pun terkejut. Mereka bahkan merasa sangat gagal dalam menjaga kelurga.

Mereka tidak tau banyak tentang apa yang terjadi pada kedua perempuan cantik itu.

********

********

Terpopuler

Comments

Lusi Andriani

Lusi Andriani

yang tolol itu jia nya udah tau anaknya dikucilkan dan dirundung oleh keluarga mertua masih diam aja sekarang nyesel

2024-12-20

0

𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥

𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥

𝐛𝐞𝐠𝐨 𝐣𝐠 𝐬𝐢 𝐣𝐢𝐚

2024-11-22

1

Ismi Yui

Ismi Yui

sungguh terlalu.....
bodoh

2024-11-11

0

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Bab 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Bab 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Bab 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Bab 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Bab 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Bab 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!