Eps 14

"Nak, setelah semua masalah mu selesai. Apa kamu siap untuk mengambil alih perusahaan Papa?" Tanya Pak Alan tiba-tiba.

Kini mereka bertiga sedang duduk di sebuah gazebo di taman belakang rumah Pak Alan.

Jia tengah menatap anaknya yang sedang asik bermain pun menjawab.

"Kalau aku tidak segera mengambil alih perusahaan Papa, bagaimana aku bisa mencukupi kebutuhan Amira Pa." Ucap Jia yang secara tidak langsung menerima permintaan Papanya.

Pak Alan dan Bu Dinda tersenyum mendengar ucapan Jia yang sudah siap untuk menggantikan posisi Papanya.

"Tapi aku tidak mau langsung di lepas begitu saja. Aku minta waktu Papa selama satu sampai dua tahun untuk memantau ku dalam pekerjaan. Takutnya kalau aku langsung di lepas perusahaan malah jadi amburadul." Ucap Jia lagi yang dengan senang hati di angguki oleh Pak Alan.

"Alhamdulillah Nak kalau kamu sudah mau menggantikan Papa mu. Selama ini Mama berharap bahwa masa tua Mama dan Papa bisa santai dan tenang melihat anak-anak Mama semuanya sukses." Ucap Bu Dinda.

"Maafin Jia ya Ma, Pa. Maaf kalau selama ini Jia membuat Mama dan Papa kecewa." Ucap Jia tulus dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kenapa kamu bicara seperti itu Nak?" Tanya Bu Dinda pada Jia.

"Jia... Jia.. sudah gagal mempertahankan rumah tangga Jia Ma." Jawab Jia yang kini mulai berderai air mata.

"Tidak sayang. Kamu tidak salah, mungkin Tuhan memang menginginkan Papa untuk merawatmu lagi." Jawab Pak Alan yang tidak ingin Jia terus menyalahkan dirinya sendiri.

Jia mendekati kedua orangtuanya, lalu memeluk Bu Dinda diiringi isak tangis.

"Apa aku punya dosa yang tidak aku sadari ya Ma? Sampai Tuhan membalasnya dengan cara seperti ini." Ucap Jia di sela-sela tangisannya.

"Tapi tak apa. Yang penting anakku jangan sampai merasakan hal yang sama." Lanjutnya lagi.

"Mama.." panggil Amira yang baru saja melangkah mendekati Jia. Anak kecil itu melihat Jia tengah menangis di pelukan Omanya.

Jia menoleh dengan mata sembabnya, dengan bergegas menghapus air mata yang masih tersisa.

"Mama kenapa menangis?" Tanya Amira dengan tatapan sendu.

Jia menggelengkan kepala seraya menarik tangan Amira dengan lembut lalu meluknya.

"Bunda gak menangis, Sayang. Mata Bunda cuma kelilipan, iya kan Oma?" Jawab Jia berpura-pura bertanya dengan Bu Dinda

Mau tidak mau bu Bu Dinda pun menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Jia.

"Bunda bohong ya?. Apa Bunda menangis karena Ayah?" Ucapan Amira membuat semua orang disana terkejut.

Jia mengerutkan keningnya dengan heran karena pertanyaan dari Amira.

"Sayang!!" Jia membelai lembut rambut panjang Amira.

"Bunda, Amira juga pernah nangis karena Ayah. Amira pernah nangis saat Ayah lebih sayang sama Zura. Jadi Amira tau kalau Bunda nangis karena Ayah lebih sayang sama Tante itu dari pada sama Bunda." Ucap Amira dengan polosnya.

Jia lagi-lagi dibuat tertegun setelah mendengar ucapan Amira.

"Amira tunggu di sini sama Opa dan Oma ya. Mama mau ketoilet sebentar." Pamit Jia pada Amira.

Tanpa menunggu jawaban dari sang anak, Jia dengan cepat bangkit dan langsung berlari kecil meninggalkan mereka bertiga.

Pak Alan dan Bu Dinda yang mendengar ucapan Amira pun menatapnya iba.

"Ma, samperin Jia sana. Biar Papa yang di sini sama Amira." Ucap Pak Alan.

Bu Dinda dengan cepat beranjak, melangkahkan kaki untuk menyusul langkah Jia.

"Jia." Ucap Bu Dinda seraya mengetuk pintu kamar Jia.

Jia kembali beranjak dan segera membuka pintu kamar. Bu Dinda melangkah masuk dan kembali memeluk Jia.

Lagi-lagi air mata Jia luruh di pelukan Bu Dinda.

"Anak ku ternyata sudah banyak merasakan rasa sakit dari Ayahnya, Bun. Aku harus bagaimana, aku takut kalau dia akan trauma kalau bertemu kembali dengan Ayahnya." Ucap Jia di sela isak tangisannya.

Bu Dinda hanya bisa diam, ia tak tau harus menjawab apa karena itu menyangkut rumah tangga anaknya.

Jia mengurai pelukannya. Ia menatap lekat wajah Bu Dinda.

"Ma. Menurut Mama, gimana kalau aku mengajak Amira ke psikolog?" Ucapan Jia sebenarnya membuat hati Bu Dinda merasa sakit.

Bu Dinda menghela napas panjang lalu menghembuskannya pelan.

"Nak, kalau itu memang yang terbaik untuk kesehatan mental Amira. Sebelum Amira terlanjur membenci sosok seorang Ayah, lebih baik kamu segera melakukannya ." Jawab Bu Dinda yang merasa sakit saat mengucapkan kalimatnya.

Nia menundukkan pandangannya, kini ia enggan untuk menatap Mamanya.

"Seharusnya hanya aku yang mengalami dampak dari sifat buruk Mas Rangga. Aku sampai lupa kalau ada anak kecil yang juga merasakan sakit hati melebihi rasa sakitku. Selama ini aku terlalu fokus memikirkan rasa sakitku tanpa melihat rasa sakit yang juga dirasakan oleh Amira." Jia bergumam. Namun masih dapat di dengar oleh Bu Dinda.

Bu Dinda hanya bisa mengusap lembut punggung Jia. Berharap hal itu akan bisa sedikit menguatkan putrinya.

"Sebentar lagi, kamu akan bebas darinya. Mama harap jika suatu saat nanti kamu memilih untuk kembali berumah tangga, jangan memilih lelaki yang hanya mencintai kamu saja. Tapi pilihlah lelaki yang mampu mencintai anak mu melebihi rasa sayangnya terhadapmu." Ucap Bu Dinda lembut.

"Aku bahkan sudah tak memikirkan untuk menjalin rumah tangga lagi Ma." Jawab Jia.

***

"Kenapa tuh muka? Murung banget." Ucap Wandi yang melihat Rangga baru saja sampai di kantor.

"Aku lagi ada masalah Di." Jawab Rangga lemah.

Wandi yang mendengarnya pun dengan cepat melangkah mendekati rekan kerjanya itu.

"Kenapa lagi? Soal bini? Atau kamu ketahuan selingkuh?" Tanya Wandi berturut-turut, membuat Rangga menatap Wandi heran.

"Kamu cenayang ya?" Bukannya menjawab Rangga malah bertanya balik dengan tatapan heran.

"Hahaha kita sudah lama kenal, Rangga. Dan akhir-akhir ini kamu selalu curhat masalah istri dan selingkuhan mu itu. Bahkan kalau istri sah mu menggugat cerai kamu, aku sudah tidak terkejut lagi. Karna apa yang di lakukan istri mu itu sudah benar dan sangat tepat." Jawaban Wandi terdengar santai. Namun, bak sebuah tamparan keras bagi Rangga.

"Kenapa? Kamu bilang kalau kamu ketahuan selingkuh kamu tak akan membiarkan istri mu menggugat mu, tapi kamu yang akan menalak istri mu di depan selingkuhan mu. Terus kenapa sekarang kamu malah murung hmm?" Lanjut Wandi yang masih tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Rangga.

Rangga menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar.

Setelah itu dia mengusap kasar wajahnya sendiri. "Masalah bukan aku yang ketahuan selingkuh, bukan juga masalah aku yang di gugat cerai." Jawab Rangga lirih.

"Lalu?" Tanya Wandi penasaran.

"Aku lupa kalau mobil yang selama ini di pakai Adik ku, Jia yang beli dan belum sempat aku balik nama atas nama ku. Dan sekarang keluarga ku menuntut ku untuk segera membalik nama mobil tersebut." Ucapan Rangga membuat Wandi terkejut.

Wandi menggelengkan kepalanya pelan. Benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran keluarga Rangga.

"Lalu kamu takut kalau mobil itu akan di ambil lagi oleh Jia?" Tanya Wandi memastikan.

Dan yang lebih membuat Wandi terkejut, dengan santainya Rangga justru menganggukkan kepalanya.

"Gila kamu ya!! Itu kan haknya Jia kenapa kamu harus takut. Mobil itu memang punya Jia dan kamu yang salah. Terima resiko lah." Ucap Wandi yang sudah kehilangan akal menghadapi sikap Rangga.

"Masalahnya kalau aku tidak mendapatkan mobil itu. Litta pasti akan meminta mobil padaku, dan kalau Litta aku belikan mobil otomatis Manda juga pasti mau. Belum lagi Manda meminta ku untuk segera menikahinya. Mana ada aku uang sebanyak itu." Jawab Rangga dengan jujur mengeluarkan unek-uneknya.

"Ya kamu minta sama Ibu mu lah. Bukannya kamu bilang beberapa uang mu disimpan oleh Ibu mu. Kamu minta saja Ibu mu untuk membelikan Litta mobil." Ucap Wandi mengompori Rangga.

"Mama ku selalu banyak alasan kalau aku bertanya tentang uang." Jawab Rangga singkat.

Wandi tersenyum mendengar jawaban Rangga.

"Sekarang kamu sudah tahu kan? Istri atau Ibu mu yang salah? Seharusnya kamu sudan bisa menilainya." Ucapan Wandi justru malah membuat Rangga kebingungan.

Rangga menatap Wandi dengan tatapan bertanya.

"Maksud kamu apa? Jadi Mama ku yang salah gitu? Dia orang yang sudah melahirkan aku, dia juga yang sudah membesarkan aku. Apa yang dia lakukan itu selalu benar di mata ku. Jadi aku tidak akan menyalahkan Mama ku." Jawab Rangga yang tidak terima saat Wandi menyalahkan Ibunya secara tidak langsung.

"Rangga, kamu itu terlalu mendewakan Ibu mu. Kamu boleh berbakti. Tapi lihat kondisi, kamu masih bujang atau sudah memiliki anak istri." Ucap Wandi yang juga ikut jengkel.

"Tapi terserah sih, itu kan hidup mu. Toh bicara sama kamu pasti akan tetap salah." Lanjut Wandi yang langsung melenggang pergi meninggalkan Rangga dari pada dia harus baku hantam dengan Rangga.

********

********

Terpopuler

Comments

𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥

𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥

𝐫𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐤𝐨𝐤 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐤𝐨𝐤 𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠


𝐞𝐡 𝐭𝐩 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐨𝐤 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐚𝐪 𝐩𝐫𝐧𝐡 𝐧𝐞𝐦𝐮 𝐲𝐠 𝐤𝐲𝐤 𝐠𝐢𝐭𝐮 🤣🤣🤣🤣

2024-11-22

0

Hariyanti Katu

Hariyanti Katu

rangga polos apa bego ya😄

2024-11-05

1

Nicky Nick

Nicky Nick

bodohnya kamu ngga...

2024-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Bab 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Bab 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Bab 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Bab 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Bab 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Bab 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!