Eps 11

Rangga pun mengangguk mengerti.

"Dasar bodoh." Batin Manda yang melihat Rangga mengangguk mempercayai ucapannya.

Beberapa menit kemudian, Mayang dan Litta datang membawa minuman dan beberapa camilan untuk suguhannya.

"Ini Pak, Bu, Nak silahkan di minum dan di makan. Adanya cuma ada seperti ini." Ucap Bu Arum yang berusaha sopan.

"Iya Bu terima kasih." Jawab Bu Dinda lembut.

"Assalamualaikum." Ucap Jia yang baru saja sampai di rumah.

"Waalaikumsalam." Hanya Pak Alan, Bu Dinda dan Jio lah yang menjawab salam dari Jia.

"Eh Papa, Mama. Kapan kalian datang?" Tanya Jia yang berpura-pura tidak mengetahui kedatangan keluarganya.

"Sudah setengah jam yang lalu Nak." Jawab Pak Alan seraya tersenyum.

"Oma, Opa, Om Jio." Sapa Amira seraya melangkah menghampiri mereka bertiga.

"Oma, kata Bunda hari ini Amira mau pulang ke rumah Oma ya?" Pertanya Amira sontak membuat semuanya terkejut.

Mendengar ucapan Amira, Rangga pun segera melangkah menghampiri Amira. Rangga bersimpuh untuk mensejajarkan posisinya dengan Amira.

Ia hendak meraih tangan Amira, tapi Amira dengan cepat menghindari Ayahnya.

"Amira takut sama Ayah Om, Ayah gak pernah sayang sama Amira." Ucap Amira dalam pelukan Jio.

"Gak usah berlagak seperti itu, Mas. Anak mu bahkan sudah sangat tidak mengenal mu." Ucap Jia yang membuat Rangga menoleh ke arahnya.

Rangga berdiri lalu menghampiri Jia dengan tatapan sendu.

"Apa yang di ucapkan Amira itu pasti gak benar kan Jia? Kamu dan Amira tidak akan pulang ke rumah mu kan?" Ucap Rangga penuh tanya.

"Bukankah itu yang kamu mau?" Bukannya menjawab Jia justru bertanya balik.

"Ada apa Nak? Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk kembali kepada orang tuamu lagi?" Tanya Bu Arum yang berpura-pura baik.

Jia menoleh ke arah Maya dengan tatapan penuh tanya.

"Bukankah itu yang Mama inginkan tadi? Mama meminta Mas Rangga menceraikan aku kan? Dan ini jawabannya. Aku menyuruh keluarga ku datang kemari untuk menjemput ku. Dan aku juga sudah menggugat cerai Mas Rangga." Jawab Jia santai, ia sama sekali tidak takut akan Ibu mertua dan suaminya.

"Sudahlah Mas, kamu tidak usah berpura-pura. Kamu senangkan? Kamu akan terbebas dari aku?" Tanya Jia lagi yang kini menatap tajam Rangga.

"Kamu bilang apa sih Jia? Aku sama sekali tidak senang dengan ini semua. Keputusan kamu ini sangat tiba-tiba dan membuat aku syok saja. Kamu pasti sedang bercanda kan?" Jawab Rangga yang masih berpura-pura memelas.

"Bercanda? Lihat 3 orang yang duduk di kursi itu siapa? Buat apa mereka jauh-jauh kemari hanya untuk bertemu aku, kalau aku sedang bercanda?" Jawab Jia.

Setelah mendengar jawaban Jia, Rangga mulai kebingungan akan maksud semuanya. Kenapa jadi dirinya yang seakan-akan mengemis pada Jia. Seharusnya kan kebalikannya.

"Heh Jia. Tidak usah belagu kamu ya." Ucapan Bu Arum berhasil membuat semua orang menghadap ke arahnya.

"Asal kamu tahu, anak ku itu pekerja kantoran dan dia lebih kaya dari pada kamu. Kamu di sini itu cuma menumpang, tidak punya kerjaan, anak keluarga miskin pula. Dan sekarang kamu mau berdrama dengan menggugat anak ku? Cih uang dari mana kamu untuk melakukan itu semua ?" Bu Arum yang menganggap remeh Jia membuat hati kedua orang tua Jia sakit.

"Palingan dia jual diri Ma." Jawab Litta dengan entengnya.

Mendengar ucapan Litta, Jia sudah tidak mampu menahan amarahnya lagi. Dengan cepat Jia melangkah menghampiri Litta dan..

Plakkk!!

Jia menampar Litta dan membuat semuanya terkejut.

"Jaga ucapan mu, aku TIDAK SERENDAH DIRIMU." Jawaban Jia mampu membuat semuanya tercengang terutama Litta.

Plakkk!!

Kini giliran Jia yang di tampar Bu Arum tak kalah keras sampai membuat pipinya memerah.

"Aku tidak terima atas ucapan mu pada anak ku. Dia gadis berkelas dengan pendidikan tinggi. Jadi dia sangat berbeda dengan mu." Jawab Bu Arum dengan lantang.

"Jika dia berpendidikan tinggi, seharusnya dia paham dan pintar untuk menjaga perkataannya. Bukan malah berbicara seolah tidak pernah di sekolah kan saja." Kini Bu Dinda angkat bicara setelah sedari tadi diam.

"Bu Arum. Memang benar apa yang di katakan oleh Amira. Kedatangan kami kemari bukan semata-mata hanya mampir. Tapi kami mau meminta Jia kembali dari Rangga." Lanjut Bu Dinda.

"Ambil, ambil saja putri mu. Saya sudah tidak butuh putri mu untuk tinggal di sini." Jawab Bu Arum yang masih meninggikan suaranya.

Setelah teriakan Bu Arum semua terdiam.

Dengan air mata yang mengalir membasahi pipi, Jia melangkah menuju kamar Amira, dengan cepat ia mengambil 2 koper milikinya dan Amira lalu membawanya keluar.

Rangga yang melihat itu pun gelagapan, ternyata benar Jia sudah menyiapkan semuanya.

"Jia, aku mohon jangan pergi." Ucap Rangga seraya menahan tangan Jia.

Jia yang masih di selimuti emosi, dengan cepat menepis tangan Rangga.

"Biarkan saja dia pergi Rangga. Rumah mereka pasti lebih kecil dari rumah kita. Itu pasti akan semakin sempit, kalau Jia tinggal satu rumah dengan keluarganya." Ucapan Bu Arum membuat Jia dan Rangga menoleh ke arahnya.

Setelah menoleh ke arah Bu Arum, Jia menatap Rangga dengan wajah memerah dan air mata yang masih mengalir.

Jia menghela napas dalam untuk menetralkan rasa sakitnya.

"Talak aku sekarang juga sesuai ucapan mu tadi, Mas." Jia sama sekali tak menghiraukan ucapan mertuanya.

Sontak Rangga membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Jia.

"Belagu banget sih Mbak. Lebih baik, Mbak pertahankan saja hubungan Mbak sama Mas Rangga dan tetap tinggal di rumah ini. Rumah berantakan dan banyak cucian di dapur. Lakukan sana." Ucap Litta tanpa ragu, membuat keluarga Jia semakin geram di buatnya.

"Talak aku sekarang juga mas." Tanpa mendengar ucapan Litta, Jia tetap meminta di talak oleh Rangga.

Rangga menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak ingin menalak Jia saat ini.

"Mas, bukankah kamu sudah berjanji sama aku untuk segera menalak Jia agar kita bisa menikah? Kenapa sekarang kamu malah tidak mau?" Tanya Manda yang malah memperkeruh keadaan.

Rangga menoleh kearah Manda. Lalu kembali menoleh ke arah Jia.

Jia masih menatap Rangga dengan wajah merahnya dan air mata yang mengalir semakin deras.

"Aku..

"5 tahun aku hidup bersama mu, uang nafkah gak kamu kasih, aku menuruti semua apa yang kamu dan Mama mu mau. Aku yang menanggung semua biaya hidup mereka. Mulai uang dapur, uang listrik bahkan uang kebersihan dan uang keamanan kompleks pun itu menjadi tanggung jawab ku. Tetapi sialnya tidak ada yang pernah menghargai ku sama sekali. Bukan kata terimakasih yang aku dapatkan malah penghinaan yang selalu kalian lontarkan. Awalnya aku memang tidak mempermasalahkan itu semua, kalian tidak menghargai ku masih aku terima. Tapi, jika sudah menyangkut anak ku, aku tidak bisa menerima itu semua." Ucap Jia menceritakan keburukan mereka.

Rangga dan keluarganya hanya bisa diam saja mendengar ucapan Jia yang memang itu faktanya.

"Kamu membedakan Zura dan Amira, kamu yang lebih peduli pada Zura dari pada Amira anak kandung mu sendiri. Apa aku bisa terima dengan itu semua? Tentu saja jawabannya TIDAK." Lanjutnya dengan menekankan kata Tidak.

"Aku yang membiayai semua kehidupan keluarga mu, tapi kenapa malah aku yang di anggap benalu. Dan aku juga harus menjadi korban perselingkuhan mu, sampai kamu berani berzina dengan wanita itu." Ucapan Jia, membuat Rangga melotot menatap tajam Ke arah Jia.

PLAKK....

Rangga menampar Jia dihadapan Keluarga Jia bahkan di hadapan anaknya sendiri.

"Jaga mulut mu, jika tidak mempunyai bukti jangan pernah sembarangan bicara." Ucap Rangga seraya berteriak membentak Jia.

Jio yang melihat itu pun segera bangkit dan menerjang Rangga dengan cepat.

Bughh!!!

Jio menghadiahi Rangga bogem mentah tepat dipipinya, sampai ujung bibir Rangga mengeluarkan bercak merah.

"Kalau Kakak ku kamu anggap tidak punya bukti. Maka aku yang akan membungkam mu dengan semua bukti yang sekarang ada ditanganku." Ucap Jio tak kalah emosi.

"Sampai jumpa di persidangan minggu depan bapak Rangga yang terhormat." Lanjut Jio yang segera menarik lembut tangan sang Kakak.

Kepergian Jio dan Jia, segera di ikuti oleh Bu Dinda dan Pak Alan yang menggendong cucu kesayangannya.

"Saya sebagai keluarga Jia, saya sengaja diam tanpa ikut campur. Karena saya mendidik anak saya untuk berani kalau dia memang tidak bersalah. Bukan seperti anda yang selalu ikut campur dengan kehidupan putra dan putri anda Bu Arum. Dan saya bangga karena Jia sudah membuktikannya pada saya hari ini. Permisi." Ucap Pak Alan sebelum benar-benar keluar dari rumah keluarga Rangga.

********

********

Terpopuler

Comments

Mikhayla Ay

Mikhayla Ay

uhh Jio kenapa cuma 1 pukulan saja ,, kalo perlu si litta juga kau sleding

2024-12-11

0

Anifa Anifa

Anifa Anifa

drama, lebay banget

2024-12-12

0

ruswandi jayanegara

ruswandi jayanegara

bapak sm emak nya zia tolol anak sm cucu di aniaya suami nya malah diem aja

2024-09-19

2

lihat semua
Episodes
1 Eps 1
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Bab 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Bab 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Bab 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Eps 1
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Bab 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Bab 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Bab 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!