Lima tahun telah berlalu Agatha pergi meninggalkan rumah suaminya. Dia bahkan sampai saat ini belum mendapatkan surat cerai dari suaminya.
Agatha hidup bertiga dengan kedua anak kembarnya yang masih kecil. Dengan segala upaya ia lakukan untuk bertahan hidup bersama kedua anaknya.
"Kenzo, Kenzie, bisakah kalian membantu mommy?"
Hari ini Agatha dengan semangat barunya menyewa sebuah rumah. Rumah yang cukup sederhana, namun masih nyaman untuk ditempati bersama si kembar.
"Memangnya mommy butuh bantuan apa? Angkat besi atau angkat tangan," seru kedua bocah berusia empat setengah tahun yang kini duduk di taman kanak-kanak.
"Ck, kalian ini ya! Mommy minta bantuan buat naruh mainan kalian itu ke dalam kardus. Masa habis bermain diberantakin kayak gitu, nggak ditaruh lagi ke dalam kardus," tegur Agatha.
Kedua bocah kembar itu cengengesan dengan berjongkok memunguti mainannya dan ditaruhnya kembali ke dalam kardus.
Sangat pengertian, selama ini si kembar menjadi penyemangat Agatha yang sering sedih dengan kehidupannya yang kekurangan.
"Mommy besok rencananya mau cari kerjaan di luar, kalian doain ya, mommy dapat pekerjaan. Kalian kan sekarang udah mulai sekolah, kalau mommy diam di rumah terus, siapa yang akan membiayai sekolah kalian?"
Awalnya si kembar melarang ibunya bekerja di luar, mereka hanya tidak ingin ibunya terlalu kecapekan, namun mereka tidak bisa memberikan pertolongan karena masih terlalu kecil dan belum bisa bekerja seperti orang dewasa.
"Tapi mommy kerjanya nggak jauh kan? Kalau kerjanya jauh mendingan jangan deh mom, biar kami saja yang bekerja, iya kan, Zo?"
"Iya, tentu saja aku sependapat denganmu. Mendingan mommy kerja di rumah saja, jualan bubur terus dijual depan rumah, atau kami bisa bantu jualan keliling."
Agatha salut dengan kedua anaknya yang begitu perhatian padanya, dia sangat bersyukur karena masih punya harapan hidup setelah mengalami kehidupan yang pahit bersama suaminya.
"Nak, kalau mommy kerja di rumah, mana ada yang beli? Lagian kalian mau bantu mommy jualan keliling, memangnya kalian tau jalanan yang ada di sini? Aneh-aneh saja. Mommy nggak perlu dibantuin kerja, asalkan kalian belajar dengan benar dan menjadi anak yang baik, mommy udah seneng banget. Nanti kalau mommy dapat pekerjaan di luar, kalian baik-baik di rumah ya? Jangan main di luar, setelah pulang sekolah harus segera pulang, nggak boleh main di luar."
Sebenarnya sangatlah tidak tega meninggalkan anak sekecil itu, tapi ia butuh biaya hidup.
Agatha sengaja menyekolahkan anaknya di dekat kontrakan dan sudah dititipkan pada gurunya. Dia tidak selalu ada buat menemani mereka karena harus bekerja serabutan.
"Kenapa mommy harus bekerja sih? Harusnya kalau kita punya Daddy, kita nggak harus hidup susah, dan mommy nggak perlu bekerja."
Selama ini si kembar tidak pernah mengetahui siapa Ayahnya. Agatha tidak pernah memberitahu mereka di mana Ayahnya berada.
Suaminya tidak pernah mengakui mereka sebagai anaknya, lantas untuk apa mengenalkan si kembar kepadanya.
"Sayang, memangnya harus ya, punya Daddy? Bukannya selama ini kalian hidup tanpa Daddy dan baik-baik saja. Adanya Daddy ataupun tidak, itu sama saja, jangan pernah mengeluh karena nggak ada Daddy."
Agatha tidak ingin anak-anaknya berlarut sedih mengharapkan Ayahnya kembali. Bagi Agatha, suaminya sudah mati dan tidak mungkin bakalan kembali, atau mungkin suaminya sekarang sudah bahagia dengan kehidupan barunya.
Tak ingin berdebat dengan ibunya, si kembar memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar rumah dan memilih untuk bermain di halaman.
"Kalian kalau main bola jangan sampai keluar, mommy mau jemur pakaian di belakang."
Dengan nada sedikit kencang, Agatha memberikan peringatan kepada kedua putranya.
Kedua anak itu tidak lagi nasehat dari ibunya, mereka memilih untuk mengambil bola dan berniat untuk bermain.
"Dasar aneh, semua punya Daddy, kenapa hanya kita yang nggak punya Daddy, apakah salah kalau kita berharap bisa punya Daddy?"
Brak ..
"Sialan!!"
Suara seseorang tengah mengumpat saat mobilnya yang hendak menepi terkena lemparan bola.
"Siapa yang sudah melempar bola?"
Suara seorang pria keluar dari dalam mobil dan mencaritahu dari mana asal bola yang sudah mengenai kaca mobil majikannya.
Kedua bocah kembar telah kehilangan bolanya, mereka yakin bolanya tengah menggelinding keluar halaman.
"Ya, kamu sih, kemana bolanya tadi! Kurang keras kalau nendang, harusnya sampai mengenai jidat orang."
Kenzie mengomeli kembarannya yang sudah menghilangkan bola mainannya.
Mereka berniat keluar pagar untuk mencari di mana keberadaan bola yang sudah terlempar keluar.
"Heh, rupanya ada anak kecil, pasti mereka Tuan. Tuan tunggulah sebentar, biar saya yang akan menegur mereka."
Seorang pria dewasa bergegas keluar dari mobilnya dengan tatapan yang dipenuhi oleh amarah menghampiri si kembar.
"Hei anak kecil! Apa yang sudah kau lakukan hum? Kenapa kau melemparkan bola ke mobil. Kalau kacanya pecah, memangnya kau mau ganti rugi!"
Seruan pria itu membuat si kembar melotot. "Hah, pria itu memarahi kita. Memangnya apa yang sudah kita lakukan? Kita kan nggak ngapa-ngapain dia. Ada-ada saja!"
Dengan beraninya Kenzo mendekati pria dewasa itu. Dia tidak ingin dimaki-maki oleh orang lain tanpa mengetahui letak kesalahannya.
"Heh Tuan, bisakah kau lebih sopan saat bicara sama anak kecil? Kalau kau tidak bisa sopan, kau mau dikasari juga! Lagian ya, siapa yang sudah mengganggu anda. Siapa juga yang sudah melempar bola ke mobil anda. Mobil kayak gitu aja kok, jangan mentang-mentang jadi orang dewasa jadi suka menindas anak kecil ya!"
Pria itu dibuat geram, kedua bocah itu bukannya takut, tapi malah melawannya.
"Dasar anak ingusan! Bayi segini udah pandai melawan orang tua. Mau jadi apa nanti."
Seorang pria tampan dengan memakai kacamata hitam keluar dari dalam mobil. Dia ikut geram saat sang bodyguard tak bisa menegur anak kecil dan malah menciptakan perdebatan.
"Willy, apa yang kau lakukan? Mengurus anak sekecil itu saja kau tidak bisa!"
Pria yang bernama Willy itu menoleh dengan mukanya datar.
"Tuan, anak ini terlalu berani melawan. Sudah salah, tapi nggak mau disalahkan. Saya yakin sekali orang tuanya tidak bisa mendidiknya dengan baik, makanya anak-anaknya berani melawan orang lain."
Pria itu menatap dingin pada si kembar. Dia mendekati si kembar dan berjongkok di depannya. Padahal dia memang kurang suka pada anak kecil, dan kini ia berjongkok di depan si kembar.
"Siapa nama kalian?"
"Aku Kenzo dan ini kembaranku Kenzie," jawab Kenzo dengan menggandeng kembarannya.
Pria itu manggut-manggut dengan menatapnya dalam-dalam. "Jadi kalian ini kembar ya? Terus kalian ngapain bermain di luar halaman. Kalau ada orang jahat gimana?"
"Aku mau mencari bolaku yang terlempar keluar, tapi pria busuk ini malah mencaciku, katanya sudah melempar mobilnya. Tolong katakan padanya Tuan, kami tidak ada niatan untuk melempar bola ke mobil Tuan, kalau mobil Tuan tidak ingin lecet, sebaiknya tinggalkan tempat ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
C2nunik987
sikembar pasti cerdas dan arogant kyk Daddy nya 😂😂😂
2024-08-24
0
Ani Ani
pandai betul Anak Anak ITU bercakap
2024-07-26
0