Bab 2. Bertemu Bocah Kembar

Lima tahun telah berlalu Agatha pergi meninggalkan rumah suaminya. Dia bahkan sampai saat ini belum mendapatkan surat cerai dari suaminya.

Agatha hidup bertiga dengan kedua anak kembarnya yang masih kecil. Dengan segala upaya ia lakukan untuk bertahan hidup bersama kedua anaknya.

"Kenzo, Kenzie, bisakah kalian membantu mommy?"

Hari ini Agatha dengan semangat barunya menyewa sebuah rumah. Rumah yang cukup sederhana, namun masih nyaman untuk ditempati bersama si kembar.

"Memangnya mommy butuh bantuan apa? Angkat besi atau angkat tangan," seru kedua bocah berusia empat setengah tahun yang kini duduk di taman kanak-kanak.

"Ck, kalian ini ya! Mommy minta bantuan buat naruh mainan kalian itu ke dalam kardus. Masa habis bermain diberantakin kayak gitu, nggak ditaruh lagi ke dalam kardus," tegur Agatha.

Kedua bocah kembar itu cengengesan dengan berjongkok memunguti mainannya dan ditaruhnya kembali ke dalam kardus.

Sangat pengertian, selama ini si kembar menjadi penyemangat Agatha yang sering sedih dengan kehidupannya yang kekurangan.

"Mommy besok rencananya mau cari kerjaan di luar, kalian doain ya, mommy dapat pekerjaan. Kalian kan sekarang udah mulai sekolah, kalau mommy diam di rumah terus, siapa yang akan membiayai sekolah kalian?"

Awalnya si kembar melarang ibunya bekerja di luar, mereka hanya tidak ingin ibunya terlalu kecapekan, namun mereka tidak bisa memberikan pertolongan karena masih terlalu kecil dan belum bisa bekerja seperti orang dewasa.

"Tapi mommy kerjanya nggak jauh kan? Kalau kerjanya jauh mendingan jangan deh mom, biar kami saja yang bekerja, iya kan, Zo?"

"Iya, tentu saja aku sependapat denganmu. Mendingan mommy kerja di rumah saja, jualan bubur terus dijual depan rumah, atau kami bisa bantu jualan keliling."

Agatha salut dengan kedua anaknya yang begitu perhatian padanya, dia sangat bersyukur karena masih punya harapan hidup setelah mengalami kehidupan yang pahit bersama suaminya.

"Nak, kalau mommy kerja di rumah, mana ada yang beli? Lagian kalian mau bantu mommy jualan keliling, memangnya kalian tau jalanan yang ada di sini? Aneh-aneh saja.  Mommy nggak perlu dibantuin kerja, asalkan kalian belajar dengan benar dan menjadi anak yang baik, mommy udah seneng banget. Nanti kalau mommy dapat pekerjaan di luar, kalian baik-baik di rumah ya? Jangan main di luar, setelah pulang sekolah harus segera pulang, nggak boleh main di luar."

Sebenarnya sangatlah tidak tega meninggalkan anak sekecil itu, tapi ia butuh biaya hidup.

Agatha sengaja menyekolahkan anaknya di dekat kontrakan dan sudah dititipkan pada gurunya. Dia tidak selalu ada buat menemani mereka karena harus bekerja serabutan.

"Kenapa mommy harus bekerja sih? Harusnya kalau kita punya Daddy, kita nggak harus hidup susah, dan mommy nggak perlu bekerja."

Selama ini si kembar tidak pernah mengetahui siapa Ayahnya. Agatha tidak pernah memberitahu mereka di mana Ayahnya berada.

Suaminya tidak pernah mengakui mereka sebagai anaknya, lantas untuk apa mengenalkan si kembar kepadanya.

"Sayang, memangnya harus ya, punya Daddy? Bukannya selama ini kalian hidup tanpa Daddy dan baik-baik saja. Adanya Daddy ataupun tidak, itu sama saja, jangan pernah mengeluh karena nggak ada Daddy."

Agatha tidak ingin anak-anaknya berlarut sedih mengharapkan Ayahnya kembali. Bagi Agatha, suaminya sudah mati dan tidak mungkin bakalan kembali, atau mungkin suaminya sekarang sudah bahagia dengan kehidupan barunya.

Tak ingin berdebat dengan ibunya, si kembar memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar rumah dan memilih untuk bermain di halaman.

"Kalian kalau main bola jangan sampai keluar, mommy mau jemur pakaian di belakang."

Dengan nada sedikit kencang, Agatha memberikan peringatan kepada kedua putranya.

Kedua anak itu tidak lagi nasehat dari ibunya, mereka memilih untuk mengambil bola dan berniat untuk bermain.

"Dasar aneh, semua punya Daddy, kenapa hanya kita yang nggak punya Daddy, apakah salah kalau kita berharap bisa punya Daddy?"

Brak ..

"Sialan!!"

Suara seseorang tengah mengumpat saat mobilnya yang hendak menepi terkena lemparan bola.

"Siapa yang sudah melempar bola?"

Suara seorang pria keluar dari dalam mobil dan mencaritahu dari mana asal bola yang sudah mengenai kaca mobil majikannya.

Kedua bocah kembar telah kehilangan bolanya, mereka yakin bolanya tengah menggelinding keluar halaman.

"Ya, kamu sih, kemana bolanya tadi! Kurang keras kalau nendang, harusnya sampai mengenai jidat orang."

Kenzie mengomeli kembarannya yang sudah menghilangkan bola mainannya.

Mereka berniat keluar pagar untuk mencari di mana keberadaan bola yang sudah terlempar keluar.

"Heh, rupanya ada anak kecil, pasti mereka Tuan. Tuan tunggulah sebentar, biar saya yang akan menegur mereka."

Seorang pria dewasa bergegas keluar dari mobilnya dengan tatapan yang dipenuhi oleh amarah menghampiri si kembar.

"Hei anak kecil! Apa yang sudah kau lakukan hum? Kenapa kau melemparkan bola ke mobil. Kalau kacanya pecah, memangnya kau mau ganti rugi!"

Seruan pria itu membuat si kembar melotot. "Hah, pria itu memarahi kita. Memangnya apa yang sudah kita lakukan? Kita kan nggak ngapa-ngapain dia. Ada-ada saja!"

Dengan beraninya Kenzo mendekati pria dewasa itu. Dia tidak ingin dimaki-maki oleh orang lain tanpa mengetahui letak kesalahannya.

"Heh Tuan, bisakah kau lebih sopan saat bicara sama anak kecil? Kalau kau tidak bisa sopan, kau mau dikasari juga! Lagian ya, siapa yang sudah mengganggu anda. Siapa juga yang sudah melempar bola ke mobil anda. Mobil kayak gitu aja kok, jangan mentang-mentang jadi orang dewasa jadi suka menindas anak kecil ya!"

Pria itu dibuat geram, kedua bocah itu bukannya takut, tapi malah melawannya.

"Dasar anak ingusan! Bayi segini udah pandai melawan orang tua. Mau jadi apa nanti."

Seorang pria tampan dengan memakai kacamata hitam keluar dari dalam mobil. Dia ikut geram saat sang bodyguard tak bisa menegur anak kecil dan malah menciptakan perdebatan.

"Willy, apa yang kau lakukan? Mengurus anak sekecil itu saja kau tidak bisa!"

Pria yang bernama Willy itu menoleh dengan mukanya datar.

"Tuan, anak ini terlalu berani melawan. Sudah salah, tapi nggak mau disalahkan. Saya yakin sekali orang tuanya tidak bisa mendidiknya dengan baik, makanya anak-anaknya berani melawan orang lain."

Pria itu menatap dingin pada si kembar. Dia mendekati si kembar dan berjongkok di depannya. Padahal dia memang kurang suka pada anak kecil, dan kini ia berjongkok di depan si kembar.

"Siapa nama kalian?"

"Aku Kenzo dan ini kembaranku Kenzie," jawab Kenzo dengan menggandeng kembarannya.

Pria itu manggut-manggut dengan menatapnya dalam-dalam. "Jadi kalian ini kembar ya? Terus kalian ngapain bermain di luar halaman. Kalau ada orang jahat gimana?"

"Aku mau mencari bolaku yang terlempar keluar, tapi pria busuk ini malah mencaciku, katanya sudah melempar mobilnya. Tolong katakan padanya Tuan, kami tidak ada niatan untuk melempar bola ke mobil Tuan, kalau mobil Tuan tidak ingin lecet, sebaiknya tinggalkan tempat ini."

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

sikembar pasti cerdas dan arogant kyk Daddy nya 😂😂😂

2024-08-24

0

Ani Ani

Ani Ani

pandai betul Anak Anak ITU bercakap

2024-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pergilah dari Sini
2 Bab 2. Bertemu Bocah Kembar
3 Bab 3. Rencana Cari Ayah Baru
4 Bab 4. Bertemu Mantan Suami
5 Bab 5. Kebodohanmu Menyengsarakan Dirimu Sendiri
6 Bab 6. Kembali Bertemu Si Kembar
7 Bab 7. Perhatian dari si Kembar
8 Bab 8. Memangnya Kau Siapa, Berani Mengusirku
9 Bab 9. Atau Aku Sendiri yang Akan Mencaritahu Kebenarannya
10 Bab 10. Entah Sampai Kapan Penderitaan ini Akan Berakhir
11 Bab 11. Hati yang Pedih
12 Bab 12. Kado Ulang Tahun
13 Bab 13. Dia Pacarku
14 Bab 14. Kehadiran Soraya
15 Bab 15. Cepat Tandatangani Surat Cerainya
16 Bab 16. Suami Macam Apa
17 Bab 17. Andai Saja Kita Punya Daddy
18 Bab 18. Undangan Untuk Om Baik Hati
19 Bab 19. Kartu Kredit Untuk Agatha
20 Bab 20. Ulang Tahun si Kembar
21 Bab 21. Kami Minta Daddy
22 Bab 22. Bodohnya Kelewatan
23 Bab 23. Siapa Ayah si Kembar?
24 Bab 24. Aku Bahkan Bisa Membuatmu Masuk Rumah Sakit Jiwa
25 Bab 25. Kebersamaan Louis Dengan Si Kembar
26 Bab 26. Apakah itu Aku?
27 Bab 27. Macam Jelangkung
28 Bab 28. Kau Tak Pernah Berubah
29 Bab 29. Positif Subur
30 Bab 30. Louis Jatuh Sakit
31 Bab 31. Jangan Sakiti Mommyku
32 Bab 32. Menangis di Alam Kubur
33 Bab 33. Perdebatan Anak dan Bapak
34 Bab 34. Aku Akan Pergi Jika Kau Ikut Bersamaku
35 Bab 35. Om Adalah Daddy Kalian
36 Bab 36. Benar-benar Dibuat Gila
37 Bab 37. Ingin Menghindar
38 Bab 38. Sakit Tak Berdarah
39 Bab 39. Kami Nggak Butuh Penghianatan
40 Bab 40. Orang Tua tak Pengertian
41 Bab 41. Kami Berpikir Untuk Memaafkan
42 Bab 42. Datang Ke Panti
43 Bab 43. Dia Orang Tuamu
44 Bab 44. Gagal Memadu Cinta
45 Bab 45. Atau Daddy Punya Wanita Lain?
46 Bab 46. Hanya Bisa Pasrah
47 Bab 47. Diremehkan
48 Bab 48. Jangan Marahi Mommy
49 Bab 49. Aku tidak Akan Memaafkan Kalian
50 Bab 50. Ingat Hukum Karma
51 Bab 51. Aku Selalu Ada Buat Kamu
52 Bab 52. Tamu Tak Diundang
53 Bab 53. Kalian tidak Adil
54 Bab 54. Saling Memaafkan
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Pergilah dari Sini
2
Bab 2. Bertemu Bocah Kembar
3
Bab 3. Rencana Cari Ayah Baru
4
Bab 4. Bertemu Mantan Suami
5
Bab 5. Kebodohanmu Menyengsarakan Dirimu Sendiri
6
Bab 6. Kembali Bertemu Si Kembar
7
Bab 7. Perhatian dari si Kembar
8
Bab 8. Memangnya Kau Siapa, Berani Mengusirku
9
Bab 9. Atau Aku Sendiri yang Akan Mencaritahu Kebenarannya
10
Bab 10. Entah Sampai Kapan Penderitaan ini Akan Berakhir
11
Bab 11. Hati yang Pedih
12
Bab 12. Kado Ulang Tahun
13
Bab 13. Dia Pacarku
14
Bab 14. Kehadiran Soraya
15
Bab 15. Cepat Tandatangani Surat Cerainya
16
Bab 16. Suami Macam Apa
17
Bab 17. Andai Saja Kita Punya Daddy
18
Bab 18. Undangan Untuk Om Baik Hati
19
Bab 19. Kartu Kredit Untuk Agatha
20
Bab 20. Ulang Tahun si Kembar
21
Bab 21. Kami Minta Daddy
22
Bab 22. Bodohnya Kelewatan
23
Bab 23. Siapa Ayah si Kembar?
24
Bab 24. Aku Bahkan Bisa Membuatmu Masuk Rumah Sakit Jiwa
25
Bab 25. Kebersamaan Louis Dengan Si Kembar
26
Bab 26. Apakah itu Aku?
27
Bab 27. Macam Jelangkung
28
Bab 28. Kau Tak Pernah Berubah
29
Bab 29. Positif Subur
30
Bab 30. Louis Jatuh Sakit
31
Bab 31. Jangan Sakiti Mommyku
32
Bab 32. Menangis di Alam Kubur
33
Bab 33. Perdebatan Anak dan Bapak
34
Bab 34. Aku Akan Pergi Jika Kau Ikut Bersamaku
35
Bab 35. Om Adalah Daddy Kalian
36
Bab 36. Benar-benar Dibuat Gila
37
Bab 37. Ingin Menghindar
38
Bab 38. Sakit Tak Berdarah
39
Bab 39. Kami Nggak Butuh Penghianatan
40
Bab 40. Orang Tua tak Pengertian
41
Bab 41. Kami Berpikir Untuk Memaafkan
42
Bab 42. Datang Ke Panti
43
Bab 43. Dia Orang Tuamu
44
Bab 44. Gagal Memadu Cinta
45
Bab 45. Atau Daddy Punya Wanita Lain?
46
Bab 46. Hanya Bisa Pasrah
47
Bab 47. Diremehkan
48
Bab 48. Jangan Marahi Mommy
49
Bab 49. Aku tidak Akan Memaafkan Kalian
50
Bab 50. Ingat Hukum Karma
51
Bab 51. Aku Selalu Ada Buat Kamu
52
Bab 52. Tamu Tak Diundang
53
Bab 53. Kalian tidak Adil
54
Bab 54. Saling Memaafkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!