Terciduk Calon Mertua

Malam semakin larut tapi Kay belum juga tidur, ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul 23.22 malam. Kay mendengus pelan dari tadi ia hanya bermain game dan sekarang Kay tak bisa menahan lagi rasa kantuknya.

"Gimana mau bisa tidur kalo gue tidurnya di kursi! Bisa pegel-pegel nih badan!" gumam Kay.

pandangannya tertuju kepada gadis cantik yang sekarang tengah tidur pulas, tanpa sadar Kay terus memandangi Sayla, seulas senyuman tipis mengembang di wajahnya. "Gadis labil SMA kayak lo, kenapa bisa secantik dan seseksi ini?" katanya pelan.

Matanya yang semakin berat ingin tidur tapi tak mau tidur di kursi, ia pun memutuskan naik keranjang Sayla secara perlahan agar tak membangunkannya. Kay menarik selimut yang Sayla pakai untuk berbagi dengannya, refleks tangannya memeluk perut Sayla menjadikannya layaknya sebuah bantal guling.

---

Sinar matahari menyelusup masuk lewat celah-celah jendela membangunkan gadis cantik itu. Dengan pandangannya yang masih buram samar-samar Sayla melihat seseorang tidur disampingnya, Sayla mengucek matanya perlahan dan seketika matanya membulat.

"KYAAAAAA!! DASAR MESUM!" Sayla menendang Kay hingga terjatuh ke lantai.

Kay meringis kesakitan. "Lo kenapa nendang gue?!" tanyanya sambil memegangi pinggangnya yang sakit.

Sayla merubah posisinya menjadi terduduk. "Nyokap gue nyuruh lo nginep disini buat jagain gue! Bukan berbuat mesum tau gak!" bentak Sayla.

"Kapan gue berbuat mesum sama lo? Yang gue lakuin itu buat jagain lo, gue gak mau lo kedinginan jadi gue terpaksa meluk lo!"

"Halah modus, lo!"

"Buat apa gue modusin lo? Lagian apa yang gue dapet sih meluk cewek tepos kek lo?" lagi-lagi Kay berbohong sebenarnya dia merasa nyaman memeluk Sayla.

"Apa lo bilang?" Sayla nekat turun dari ranjangnya, ia hendak berdiri untuk menjambak rambut Kay.

Tapi saat kakinya telah menapak dilantai, fisiknya masih lemah alhasil ia akan terjatuh, untungnya Kay dengan sigap menahan tubuh Sayla. Namun karna posisi menahannya yang salah, membuat Kaylo ikut terjatuh menghantam lantai dengan posisi Kay dibawah dan Sayla diatasnya.

Klontang!!

Tihang infus itupun ikut terjatuh kesebelah mereka, kepala Kay membentur lantai cukup keras, lagi lagi dia meringis kesakitan.

Sayla yang masih syok hanya bisa memeluk leher Kay sambil membenamkan wajahnya di dada bidang pria ini. Saat telah sadar dengan posisinya, Sayla mendongak menatap wajah Kay yang masih memejamkan matanya menahan sakit.

*A*duh gimana nih? gara gara kecerobohan gue jadi gini kan! Itu kepalanya pasti sakit banget.

Kay membuka matanya perlahan, dan menatap Sayla yang juga menatapnya, pandangan Kay beralih ke dada Sayla yang menempel di dadanya kancing piyamanya terbuka menambah pemandangan yang begitu indah baginya. Ternyata di hari kesialan tersimpan keistimewaan.

Ceklek...

Tiba-tiba pintu terbuka dan dua orang masuk kedalam bersamaan mereka berdua membulatkan matanya melihat posisi tak wajar Kay dan Sayla. Bagaimana mereka bisa berpikir positif jika posisi Kay tergeletak dilantai dan Sayla diatasnya dengan baju piyama yang dua kancing atasnya terbuka menampakan dadanya yang jelas terlihat.

Sontak Kay dan Sayla kaget, mereka berdua melihat kearah pintu secara bersamaan.

"MAMA!!!" ucap mereka berdua serentak.

Sayla bangun dibantu Kay, setelah Sayla terduduk di ranjangnya mereka kembali menatap orangtuanya dengan canggung.

Elaine dan Lona memandang keduanya sambil tersenyum yang merekah bangga dengan perkembangan kedekatan anak mereka.

"Minggu depan kalian nikah!" ucap Lona.

"Mama gila ya? Say masih SMA, Ma!" kesal Sayla, mamanya ini memang telah gila menikahkannya secepat itu.

"Aku gak bisa nikah secepat itu." ujar Kay menolak keputusan mamanya.

Elaine menatapnya tajam. "Kau harus menikah! Umurmu telah cukup untuk berumah tangga! Sampai kapan kau mau bersenang-senang seperti itu, Kaylo Albert Lyman!" tegas Elaine