Deo tersenyum saat melihat Giska yang berjalan mendekati tempat duduknya. Pantai ini adalah tempat favorit mereka dan disinilah cinta mereka pertama bersemi.
"Hallo sayang. Maaf ya aku terlambat. Soalnya tadi pas mau jalan baru sadar kalau bensinnya hampir habis. Jadi antri bensin dulu."
Giska tersenyum. "Nggak masalah. Aku juga baru 5 menit yang lalu sampai." Giska sebenarnya berbohong. Ia sudah berada di pantai ini sejak 2 jam yang lalu. Ia ingin mengenang tempat ini karena menjadi tempat yang sangat menyenangkan dalam hidupnya. Menerima cinta pertama dalam hidupnya.
Deo meraih tangan Giska dan menggenggamnya erat. "Ada apa? Aku dapat melihat kalau kamu seperti memikul beban yang sangat berat. Apakah masih tentang sakit ayahmu?"
Giska menggeleng. Ia tak tahu harus memulai dari mana untuk mengatakan pada Deo tentang pernikahannya.
"Hei.....ada apa?" Deo memegang dagu kekasihnya itu dan memaksa Giska untuk menatapnya. Keduanya sedang duduk di bawah pohon, di sebuah bangku yang memang disiapkan hampir di sepanjang pantai ini.
"Deo, aku bahagia denganmu selama 8 bulan ini. Kita tak pernah bertengkar, kamu selalu membuat aku bahagia. Aku mencintai kamu, Deo. Dan tak ada niat dalam diriku untuk menyakiti kamu."
"Sayang, kamu bicara apa sih?" Deo menggenggam kedua tangan Giska. Dikecupnya punggung tangan gadis itu secara bergantian.
Giska berusaha menahan air matanya. "Deo, aku...aku...., kamu tahu kan ayah adalah segalanya bagiku. Apalagi setelah ibu meninggal. Dan aku ingin membuat ayah bahagia di sisa akhir hidupnya."
"Aku tahu, sayang. Itu yang membuat aku bangga padamu."
"Ayah....ayah....begitu ingin aku menikah."
"Ya, sudah. Ayo sekarang kita temui ayahmu. Aku kan sudah bilang kalau aku siap menikah denganmu."
Air mata Giska jatuh. "Ayah menjodohkan aku dengan orang lain."
"Apa?"
"Ayah menjodohkan aku dengan anak dari bos nya."
Deo melepaskan tangannya yang memegang tangan Giska. Cowok itu berdiri sambil mengacak rambutnya kasar. "Gis, aku mencintai kamu. Kamu mencintai aku. Bagaimana kamu menikah dengan orang lain? Apakah karena dia anak dari bos ayahmu? Apakah karena mereka keluarga yang lebih kaya dariku?"
"Bukan seperti itu, Deo. Ayahku punya hutang Budi pada keluarga Almando. Sebenarnya anak tuan Almando juga tak mau dengan perjodohan ini. Kami berdua sama-sama terjebak dengan situasi keadaan orang tua kami yang sakit. Tapi aku janji padamu, Deo. Aku tidak akan pernah membiarkan Alka menyentuhku. Kami kemarin sudah bicara. Kami hanya akan menikah satu atau dua tahun. Setelah itu kami akan bercerai. Bisa saja pernikahan kami tak sampai satu tahun mengingat kondisi ayahku." Giska memegang tangan Deo. "Aku bersumpah padamu, hati ini, tubuh ini, hanya milikmu. Aku tak akan pernah memberikannya pada Alka."
Deo menatap Giska. "Hatiku hancur, Gis. Aku tak bisa sekalipun pernikahan kalian hanya sandiwara belaka."
"Deo, aku melakukan semua ini demi ayahku."
Deo menumpahkan emosinya dengan memukul pohon yang ada di depannya. Kedua tangannya bahkan sampai terluka.
"Deo....Deo...berhenti!" Giska memeluk Deo. Ia tahu betapa sakitnya tangan cowok itu. Keduanya saling berpelukan sambil menangis bersama.
"Kamu memang bukan cinta pertama ku. Namun bersama mu, aku merasakan bagaimana mencintai dengan sepenuh hati. Makanya aku nekat mengejar mu walaupun waktu itu kamu selalu menolak ku. Aku punya impian untuk menjadikanmu sebagai istriku." Deo menghapus air matanya.
Giska memegang pipi cowok itu. "Deo, maukah kamu menungguku? Lagi pula pernikahan kami akan dilaksanakan secara rahasia. Tidak ada yang tahu aku akan menikah kecuali kamu. Bahkan April sendiri tak ku beritahu."
Deo menatap mata indah Giska. "Sayang, aku tak tahu harus bicara apa. Rasanya hatiku sakit sekali. Namun aku akan berusaha menunggumu."
Giska memeluk Deo. Hatinya pun ikut terluka.
"Maafkan aku, Deo. Maaf karena harus menyakitimu."
*************
Hari ini adalah acara lamaran dari keluarga Almando kepada keluarga Giska.
Giska dapat melihat bagaimana kedua kakak Alka menatap sinis ke arahnya. Mungkin karena rumah Giska yang sederhana hampir saja tak bisa menampung kedatangan keluarga inti mereka.
"Alka, pasangkan cincin ini ke jari Giska. Ini adalah cincin yang sama yang papa pakai untuk melamar mamamu."
Alka menatap cincin dengan batu permata berwarna merah. Batu Ruby yang sangat mahal. Kedua kakak Alka bahkan menatap iri saat cincin mahal itu melingkar di jari manis Giska.
"Semoga kalian dijauhkan dari segala niat jahat orang-orang yang ingin menggagalkan pernikahan ini. Aku sangat yakin kalau mendiang istriku dan mendiang mamanya Giska saat ini tersenyum dari surga karena harapan mereka akhirnya terwujud." kata Geo Almando.
Mereka pun makan malam bersama.
"Giska, benar kamu yang memasak semua ini?" tanya Geo saat memasukan suapan pertama di mulutnya.
"Iya, tuan. Aku yang memasaknya. Tadi ayah juga bantu-bantu menyiapkan bumbunya agar cepat selesai." kata Giska.
"Masakan mu enak, nak. Sebagai perempuan, setinggi apapun pendidikannya, ia harus menjadi koki handal di tengah keluarganya. Dan mulai sekarang, jangan panggil aku dengan sebutan tuan. Panggil papa karena 2 Minggu lagi kita akan menjadi satu keluarga. Kamu akan menjadi menantu perempuan di rumahku. Aku bahkan tak sabar menunggu hari itu."
Giska hanya mengangguk. Helena Almando dan Yurika Almando hanya saling berpandangan. Mereka tahu bahwa ayah mereka sedang menyinggung mereka yang memang tak bisa memasak walaupun sudah menikah. Helena menikah dengan Jacky yang sekarang menjadi direktur di perusahaan Almando. Sedangkan Yurika menikah dengan Donal, pria asal Philipina. Lelaki itu menjabat sebagai kepala bagian pemasaran. Sebenarnya ia yang lalu ada di bagian keuangan namun ia terbukti melakukan korupsi sehingga tuan Geo Almando memindahkannya di bagian pemasaran.
Selesai acara makan malam, keluarga Almando pamit untuk pulang.
"Alka, boleh kita bicara?" bisik Giska saat cowok itu pamit untuk pulang.
Alka mengangguk. Setelah papa dan keluarga kakaknya pergi, Giska mengajak Alka duduk di pondok kecil yang ada di depan rumahnya.
"Ada apa?" tanya Alka sambil melirik jam tangannya.
"Kamu ada janji dengan seseorang?"
"Ya. Tapi dia bisa menunggu."
"Kalau kita menikah, kamu berjanji kan tidak akan menyentuh aku?"
"Terus, anak yang diminta papaku bagaimana?"
"Bilang saja aku tak bisa hamil. Sehingga papamu bisa menginginkan mu menceraikan aku. Yang pentingkan jika sudah menikah maka kamu akan mendapatkan apa yang menjadi hak mu?"
"Begitulah yang papaku janjikan."
"Lagi pula, usia ayahku menurut perkiraan dokter tak akan lama. Bisa saja sebelum setahun ayahku sudah meninggal." Giska tertunduk. Saat berbicara tentang ayahnya, ia pasti akan merasa sangat sedih.
"Kita lihat saja bagaimana nantinya. Aku juga tak mungkin jatuh cinta padamu. Kamu terlalu kecil untukku. Karena sebenarnya aku lebih suka wanita yang lebih tua dariku. Mungkin karena aku sangat mengagumi sosok mamaku. Pokoknya kita menikah saja. Kita sudah tahu bahwa baik ayahmu, maupun papaku, mereka berdua sakit. Mungkin pernikahan kita akan membuat mereka bahagia di ujung kehidupan mereka."
"Terima kasih, Alka. Kamu tahu kalau aku sangat mencintai Deo dan dia sudah bersedia untuk menunggu sampai kita bercerai."
"Baiklah. Sekarang, aku sudah boleh pergi?"
"Iya."
Giska menatap kepergian Alka dengan hati yang sedikit tenang.
Sementara itu di dalam rumah, Delon cepat-cepat menyembunyikan sapu tangannya yang ia pakai untuk menutupi mulutnya saat batuk karena ada darah di sana.
********
Apakah pernikahan mereka akan menjadi sandiwara saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Eka ELissa
ya untuk saat ini kmu bilng GK bkln cinta mo bocil mcem Giska giliran lma klmaan kmu bkln bucin akut Al....
2024-07-19
2
gia nasgia
kita lihat saja jangan sampai kamu terjebak dgn permainan kamu berdua 😂
2024-07-15
1
Yandri Tefi
kita liat saja selanjutnya karna hati manusia tidak ada yang tau
2024-07-14
1