Bab 15 - Pertemuan Pertama

Di dalam pesawat milik TNI AU dari Lombok menuju Jakarta, Dokter Heni bertemu pertama kali dengan Seno yang sedang terluka. Tangan cekatannya sebagai dokter langsung memberikan pertolongan segera pada Seno.

"Nah, sudah oke sekarang. Gimana, apa sudah terasa lebih baik?" tanya Dokter Heni setelah membalut kaki Seno yang berdarah sekaligus lengan Seno yang mengalami patah tulang. Walaupun pada nantinya ketika sudah tiba di Jakarta, Seno tetap akan dirawat dan diperiksa lebih lanjut di rumah sakit.

"Terima kasih. Sudah agak mendingan, Dok."

"Sama-sama. Itu sudah tugas saya sebagai dokter untuk membantu pasien. Semoga lekas sembuh dan bisa bertugas kembali, Ndan."

Heni asal menebak saja sehingga memanggil Seno dengan sebutan komandan. Ia menganggap bahwa Seno komandan prajurit angkatan darat yang saat itu bersama mereka. Dilihat dari segi usia dan pakaian dinas serta atribut yang dikenakan oleh laki-laki itu sehingga Dokter Heni berpikiran hal tersebut.

"Saya belum jadi komandan, Dok." Seno pun menjawabnya.

"Sebentar lagi dia jadi komandan, Dok. Dia duda lapuk, Dok. Lagi cari istri solehah spek bidadari ya kayak dokter beginilah. Sudah pintar mengobati, cantik, baik hati pula." Salah satu rekan Seno ikut menimpali dengan berteriak dan berlanjut mereka terkekeh bersama.

Seketika suasana riuh di dalam pesawat terdengar. Selepas mereka tegang dengan latihan gabungan, Seno dan Dokter Heni menjadi hiburan tersendiri untuk para prajurit lainnya di dalam pesawat.

"Nama dokter siapa?" tanya Seno tiba-tiba. Sebab Dokter Heni saat ini sedang tidak memakai jas dokter.

"Oh iya, kita belum berkenalan. Maaf," ucap Dokter Heni tulus meminta maaf seraya mengusap pipinya karena masih tersisa jejak air matanya akibat menangisi kepergian cinta pertamanya yang baru saja berpulang pada Sang Pencipta.

"Perkenalkan saya Heni Widyastuti. Panggil saja Heni," ucap Dokter Heni memperkenalkan diri.

"Seno," ucapnya.

Dokter Heni hanya memberikan senyum tipisnya pada Seno. Lalu hening pun tercipta di antara keduanya. Hanya suara gemuruh pesawat yang tengah mengudara serta sayup-sayup perbincangan para prajurit lainnya yang terdengar.

"Dari informasi komandan, dokter mau ke Jakarta karena ingin melayat. Siapa yang meninggal?" tanya Seno.

Deg...

Dokter Heni membasahi bibirnya terlebih dahulu sebelum menjawabnya.

"Kakak saya meninggal dunia di Jakarta. Pemakamannya jam sepuluh pagi" jawab Dokter Heni seraya berusaha membuang rasa gugupnya jauh-jauh seakan takut ketahuan berbohong mengenai status.

Sejujurnya ia tidak ada maksud membohongi Seno maupun para prajurit di sana supaya dirinya bisa diangkut dalam pesawat milik TNI. Prasetyo Pambudi walaupun menyandang status sebagai cinta pertama sekaligus mantan tunangannya, tetapi ia juga menganggapnya sebagai kakak. Karena usia Prasetyo Pambudi lebih tua daripada dirinya.

Terlebih ia tak dekat dengan Seno dan para prajurit lainnya. Mereka semua baru pertama kali bertemu dan mengenal. Yang dipikirannya hanya ingin segera tiba di Jakarta untuk menguatkan Bening dan melihat prosesi pemakaman cinta pertamanya tersebut. Tak ada hal lain yang tengah dipikirkannya kala itu dalam benak Dokter Heni.

Lagi pula jika ditelaah lebih lanjut apa yang dilakukan Dokter Heni juga tidak merugikan siapa pun mengenai perihal mengatakan pada orang lain bahwa Prasetyo Pambudi adalah kakaknya.

Akhirnya dari cerita singkat Dokter Heni padanya, Seno pun paham kala itu bahwa mendiang wakapolri Jenderal Prasetyo Pambudi adalah kakak Dokter Heni. Yang ada di pikiran Seno tentu saja kakak yang dimaksud adalah sebagai kakak kandung.

"Saya turut berduka atas kepergian kakak Dokter Heni. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah," ucap Seno tulus.

"Terima kasih," jawab Dokter Heni lirih.

Setelah hampir dua jam perjalanan, pesawat TNI AU yang membawanya ke Jakarta pun mendarat dengan selamat. Setelah mengucapkan banyak terima kasih pada rombongan gabungan TNI tersebut, Dokter Heni berlari dengan segera menuju pintu keluar. Seno yang sudah turun dari pesawat dan berada di atas kursi roda, sempat melihat sejenak wajah cemas bercampur kesedihan mendalam Dokter Heni yang tengah berlari seakan mengejar waktu.

☘️☘️

Seno dan Riko telah kembali ke rumah dinas usai berbicara empat mata. Aya sedang tidur siang. Sedangkan Aldo tengah membereskan baju di kamar. Dikarenakan sore hari Aldo akan kembali ke Magelang.

Riko, Seno, dan Dokter Heni saat ini tengah duduk di ruang tamu.

"Dok, yang sabar-sabar ya hadepin Seno. Dia baik dan aslinya jinak kok. Cuma memang agak bebal dan gemesin kayak kita ini lagi diuji nel3n cabai dalam jumlah banyak," ledek Riko seraya tertawa.

Seno seketika memandang Riko dengan tatapan tajam seakan mata Seno ingin menembakkan laser bertubi-tubi pada Riko.

"Cie, ada yang enggak suka nih. Ehem-ehem..." goda Riko.

Dokter Heni hanya memberikan senyum tipisnya. Lalu, Seno pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sejak tadi Seno sudah melihat gestur tubuh Dokter Heni yang sedikit grogi saat mereka duduk bertiga. Dalam benaknya ia sengaja memberikan ruang untuk Riko dan Dokter Heni duduk berdua. Bisa saja istrinya itu ada sesuatu hal yang dibicarakan dalam benak Seno. Ia percaya bahwa Riko bukan pengkhianat seperti Gani.

Kini tinggallah Dokter Heni dan Riko di ruang tamu.

"Ehem," dehem Riko memecah keheningan.

"Dok, Mbak Bening dan Mas Arjuna terus cari Anda. Katanya kontak dokter sudah enggak bisa dihubungi. Apa dokter sengaja pergi dan mengganti nomor ponsel?" tanya Riko secara lugas.

"Iya, Mas. Maaf, saya memang sengaja pergi jauh dan akhirnya terdampar ke tapal batas ini dan sekarang malah jadi istri sahabat Mas Riko yang kayak es di kutub itu. Hehe..." jawab Dokter Heni seraya terkekeh sendiri.

"Mbak Bening enggak lama lagi akan lahiran," ucap Riko tiba-tiba.

"Hah, lahiran lagi?"

Sontak Dokter Heni terkejut mendengar jika Bening tak lama lagi akan melahirkan kembali.

"Iya, Dok. Adiknya si kembar. Sepertinya Mbak Bening dan Mas Arjuna mau mewujudkan permintaan mendiang komandan yang pengin punya banyak cucu," jawab Riko.

"Kira-kira kapan Bening akan lahiran?"

"Sepertinya sebulan lagi. Apa Dokter Heni mau ke Jakarta jenguk Mbak Bening?"

"Penginnya begitu. Cuma sekarang sudah ada suami. Jadi tunggu acc Mas Seno boleh apa enggak ke sana," jawab Dokter Heni lirih.

Walau bagaimana pun kondisi rumah tangganya dengan Seno yang penuh keunikan ini, ia ingin tetap menghargai dan menghormati suaminya tersebut. Sebagai seorang istri wajib meminta izin dari suami ketika kita hendak melangkahkan kaki keluar rumah. Terlebih dirinya akan pergi jauh ke Jakarta walaupun dengan niat baik ingin menjenguk Bening lahiran nantinya. Tetap izin dari Seno berarti untuknya.

Tiba-tiba keduanya terlonjak mendengar sahutan seseorang di belakangnya.

"Boleh. Asal sama aku perginya," sahut Mayor Seno dengan suara khasnya yang dingin nan tegas.

Deg...

"Jadi, dari tadi dia dengerin pembicaraanku dengan Riko dari jauh." Dokter Heni mendengus sebal dalam hatinya.

"Mulai anuu nih, Kang Kulkas dingin. Haha..." batin Riko tertawa keras.

Bersambung...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

nah lhoo .mulai falling in love sm dr Heni kan.....mknya jgn jutek², mas Seno ....😄

2025-02-18

1

guntur 1609

guntur 1609

oh brti yg ditolong Heni si Seno rupanya. yg di pesawat. emang jodoh gak makan krmana

2025-01-30

2

Neno Arya

Neno Arya

lama2 jg manusia kulkas ini bakal bucin Sama Dr heni

2025-01-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Niat Menolong Jadi Petaka
2 Bab 2 - Luka Masa Lalu (Selingkuh)
3 Bab 3 - Siapkan Dirimu
4 Bab 4 - Puisi Untuk Ibu
5 Bab 5 - Bunda Dokter
6 Bab 6 - Kuasa Putri Mahkota Menyala
7 Bab 7 - Tamu di Larut Malam
8 Bab 8 - Anak Yang Menjadi Korban
9 Bab 9 - Bunda, Kenapa Nangis ?
10 Bab 10 - Pikiran Masing-Masing
11 Bab 11 - Empat Sehat Lima Sempurna
12 Bab 12 - Dunia Terasa Sempit
13 Bab 13 - Semakin Penasaran
14 Bab 14 - Cinta Pertama Dokter Heni
15 Bab 15 - Pertemuan Pertama
16 Bab 16 - Sebuah Penjelasan
17 Bab 17 - Foto Bersama
18 Bab 18 - Mengeluarkan Unek-unek
19 Bab 19 - Awal Mula
20 Bab 20 - Rekaman Rahasia
21 Bab 21 - Hak dan Kewajiban
22 Bab 22 - Pillow Talk
23 Bab 23 - Panas Hati dan Kedengkian
24 Bab 24 - Riuh di Pagi Hari
25 Bab 25 - Bertukar Pesan
26 Bab 26 - Perkara Jodoh
27 Bab 27 - Tentang Adik Bayi
28 Bab 28 - Tidur Bertiga
29 Bab 29 - Tersesat
30 Bab 30 - Cinta Luar Biasa
31 Bab 31 - Kejar Setoran
32 Bab 32 - Sebutan "Mandul"
33 Bab 33 - Penolakan
34 Bab 34 - Kecewa dan Amarah
35 Bab 35 - Pelantikan
36 Bab 36 - Mendadak Aneh
37 Bab 37 - Kedatangan Tamu
38 Bab 38 - Mantan Istri
39 Bab 39 - Terus Menyudutkan
40 Bab 40 - Pesona Mantan Suami
41 Bab 41 - Pamer Kemesraan
42 Bab 42 - Bunda Sakit ?
43 Bab 43 - Suara Isi Hati Aya
44 Bab 44 - Istri vs Mantan Istri
45 Bab 45 - Pingsan
46 Bab 46 - Rencana Manda
47 Bab 47 - Status Pernikahan ?
48 Bab 48 - Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Pernikahan
49 Bab 49 - Test Pack
50 Bab 50 - Adik Bayi Pesanan Aya
51 Bab 51 - Keceplosan
52 Bab 52 - Hasil Pemeriksaan
53 Bab 53 - Rencana Kejutan
54 Bab 54 - Akhir Pekan Tiba
55 Bab 55 - Trauma Masa Lalu Hadir Kembali
56 Bab 56 - Hitam Pekat Luka
57 Bab 57 - Kecelakaan
58 Bab 58 - Bunda Ke Mana ?
59 Bab 59 - Sepucuk Surat
60 Bab 60 - Penyesalan
61 Bab 61 - Aku Yang Salah (Seno)
62 Bab 62 - Kepergian Aldo
63 Bab 63 - Gelayut Mendung
64 Bab 64 - Aku mencintai Istriku (Seno)
65 Bab 65 - Pergi Dari Tapal Batas
66 Bab 66 - Perusak Kesenangan
67 Bab 67 - Tilik Bayi
68 Bab 68 - Putraku
69 Bab 69 - Bicara Dari Hati Ke Hati
70 Bab 70 - Jogja "Kota Penuh Kenangan"
71 Bab 71 - Makasih Bunda (Aldo)
72 Bab 72 - Berkat Doa dan Ketulusan Cinta
73 Bab 73 - Kenyataan Pahit
74 Bab 74 - Meminta Cerai
75 Bab 75 - Di Ujung Tanduk Perceraian
76 Bab 76 - Menangis Bersama
77 Bab 77 - Adu Mulut
78 Bab 78 - Perjuangan Sang Komandan
79 Bab 79 - Pelukan Hangat
80 Bab 80 - Mas Mau Ke Mana ?
81 Bab 81 - Membersihkan Aroma Mantan
82 Bab 82 - Cemburu Mode On
83 Bab 83 - Sudah Dimaafkan
84 Bab 84 - Wujud Cinta Sang Komandan
85 Bab 85 - Temani Aku Sehari Lagi (Dokter Heni)
86 Bab 86 - Pergi Ke Rumah Sakit
87 Bab 87 - Hasil Pemeriksaan Yang Mengejutkan (Manda)
88 Bab 88 - Benar-Benar Terpuruk
89 Bab 89 - Sebuah Firasat
90 Bab 90 - Karma
91 Bab 91 - Bersimbah Darah
92 Bab 92 - Bertemu Di Rutan
93 Bab 93 - Permohonan Maaf
94 Bab 94 - Bundanya Aya Is The Best
95 Bab 95 - Kunjungan Seseorang
96 Bab 96 - Hanya Cinta Yang Bisa
97 Bab 97 - Romantis Manis (Jatuh Cinta Itu Indah)
98 Bab 98 - Kejutan Manis
99 Bab 99 - Menuju Penghujung Kisah
100 Bab 100 - Takdir Cinta
101 Bonus Chapter (TAMAT)
102 JUST INFO
103 PROMO KARYA BARU
104 PROMO KARYA BARU
105 PROMO KARYA BARU
106 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1 - Niat Menolong Jadi Petaka
2
Bab 2 - Luka Masa Lalu (Selingkuh)
3
Bab 3 - Siapkan Dirimu
4
Bab 4 - Puisi Untuk Ibu
5
Bab 5 - Bunda Dokter
6
Bab 6 - Kuasa Putri Mahkota Menyala
7
Bab 7 - Tamu di Larut Malam
8
Bab 8 - Anak Yang Menjadi Korban
9
Bab 9 - Bunda, Kenapa Nangis ?
10
Bab 10 - Pikiran Masing-Masing
11
Bab 11 - Empat Sehat Lima Sempurna
12
Bab 12 - Dunia Terasa Sempit
13
Bab 13 - Semakin Penasaran
14
Bab 14 - Cinta Pertama Dokter Heni
15
Bab 15 - Pertemuan Pertama
16
Bab 16 - Sebuah Penjelasan
17
Bab 17 - Foto Bersama
18
Bab 18 - Mengeluarkan Unek-unek
19
Bab 19 - Awal Mula
20
Bab 20 - Rekaman Rahasia
21
Bab 21 - Hak dan Kewajiban
22
Bab 22 - Pillow Talk
23
Bab 23 - Panas Hati dan Kedengkian
24
Bab 24 - Riuh di Pagi Hari
25
Bab 25 - Bertukar Pesan
26
Bab 26 - Perkara Jodoh
27
Bab 27 - Tentang Adik Bayi
28
Bab 28 - Tidur Bertiga
29
Bab 29 - Tersesat
30
Bab 30 - Cinta Luar Biasa
31
Bab 31 - Kejar Setoran
32
Bab 32 - Sebutan "Mandul"
33
Bab 33 - Penolakan
34
Bab 34 - Kecewa dan Amarah
35
Bab 35 - Pelantikan
36
Bab 36 - Mendadak Aneh
37
Bab 37 - Kedatangan Tamu
38
Bab 38 - Mantan Istri
39
Bab 39 - Terus Menyudutkan
40
Bab 40 - Pesona Mantan Suami
41
Bab 41 - Pamer Kemesraan
42
Bab 42 - Bunda Sakit ?
43
Bab 43 - Suara Isi Hati Aya
44
Bab 44 - Istri vs Mantan Istri
45
Bab 45 - Pingsan
46
Bab 46 - Rencana Manda
47
Bab 47 - Status Pernikahan ?
48
Bab 48 - Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Pernikahan
49
Bab 49 - Test Pack
50
Bab 50 - Adik Bayi Pesanan Aya
51
Bab 51 - Keceplosan
52
Bab 52 - Hasil Pemeriksaan
53
Bab 53 - Rencana Kejutan
54
Bab 54 - Akhir Pekan Tiba
55
Bab 55 - Trauma Masa Lalu Hadir Kembali
56
Bab 56 - Hitam Pekat Luka
57
Bab 57 - Kecelakaan
58
Bab 58 - Bunda Ke Mana ?
59
Bab 59 - Sepucuk Surat
60
Bab 60 - Penyesalan
61
Bab 61 - Aku Yang Salah (Seno)
62
Bab 62 - Kepergian Aldo
63
Bab 63 - Gelayut Mendung
64
Bab 64 - Aku mencintai Istriku (Seno)
65
Bab 65 - Pergi Dari Tapal Batas
66
Bab 66 - Perusak Kesenangan
67
Bab 67 - Tilik Bayi
68
Bab 68 - Putraku
69
Bab 69 - Bicara Dari Hati Ke Hati
70
Bab 70 - Jogja "Kota Penuh Kenangan"
71
Bab 71 - Makasih Bunda (Aldo)
72
Bab 72 - Berkat Doa dan Ketulusan Cinta
73
Bab 73 - Kenyataan Pahit
74
Bab 74 - Meminta Cerai
75
Bab 75 - Di Ujung Tanduk Perceraian
76
Bab 76 - Menangis Bersama
77
Bab 77 - Adu Mulut
78
Bab 78 - Perjuangan Sang Komandan
79
Bab 79 - Pelukan Hangat
80
Bab 80 - Mas Mau Ke Mana ?
81
Bab 81 - Membersihkan Aroma Mantan
82
Bab 82 - Cemburu Mode On
83
Bab 83 - Sudah Dimaafkan
84
Bab 84 - Wujud Cinta Sang Komandan
85
Bab 85 - Temani Aku Sehari Lagi (Dokter Heni)
86
Bab 86 - Pergi Ke Rumah Sakit
87
Bab 87 - Hasil Pemeriksaan Yang Mengejutkan (Manda)
88
Bab 88 - Benar-Benar Terpuruk
89
Bab 89 - Sebuah Firasat
90
Bab 90 - Karma
91
Bab 91 - Bersimbah Darah
92
Bab 92 - Bertemu Di Rutan
93
Bab 93 - Permohonan Maaf
94
Bab 94 - Bundanya Aya Is The Best
95
Bab 95 - Kunjungan Seseorang
96
Bab 96 - Hanya Cinta Yang Bisa
97
Bab 97 - Romantis Manis (Jatuh Cinta Itu Indah)
98
Bab 98 - Kejutan Manis
99
Bab 99 - Menuju Penghujung Kisah
100
Bab 100 - Takdir Cinta
101
Bonus Chapter (TAMAT)
102
JUST INFO
103
PROMO KARYA BARU
104
PROMO KARYA BARU
105
PROMO KARYA BARU
106
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!