Bab 6 - Kuasa Putri Mahkota Menyala

Menjelaskan perihal orang dewasa pada anak seusia Aya tidaklah mudah. Terlebih dengan problematika kelam di masa lalu dalam biduk rumah tangga Mayor Seno dengan Manda.

"Aya, pulang sekolah apa tidak lupa sesuatu? Main peluk Dokter Heni," ucap Mayor Seno yang sengaja mengalihkan perhatian Aya.

Selain itu, menegakkan kedisiplinan dan tatanan serta aturan dalam keluarga kecilnya itu sebuah harga mutlak dan tak bisa ditawar. Namun tak dapat dipungkiri terselip rasa cemburu tak kasat mata yang belum diakuinya karena Aya memanggil seorang wanita yang baru saja masuk dalam kehidupannya begitu cepat dengan sebutan "Bunda". Oh, rasanya tak rela secepat ini putri kesayangannya yang selalu menjadi pelipur lara hatinya selama ini mendadak beralih perhatian pada orang lain. Terlebih sosok itu seorang wanita dewasa.

Seketika otak cerdas Aya pun berpikir. Lalu ia pun menyengir dan tertawa riang.

"Ups," ucap Aya seraya menutup mulutnya sendiri dengan salah satu telapak tangannya.

"Maaf, Papa. Aya lupa," cengir Aya yang tampak lucu nan menggemaskan.

Lalu ia pun melepaskan pelukannya pada Dokter Heni dan berjalan ke tempat duduk Papanya. Tangan mungilnya terulur untuk salim. Aya mencium tangan Papanya penuh takzim. Yang dibalas elusan lembut di kepala Aya oleh Mayor Seno. Tak lupa Mayor Seno pun mencium pipi kanan dan kiri Aya penuh cinta.

Setelah itu Aya kembali pada Dokter Heni dan juga melakukan hal yang sama yakni mencium tangan Dokter Heni penuh takzim. Yang dibalas pelukan hangat oleh Dokter Heni.

"Aya boleh panggil Dokter Heni dengan sebutan Bunda. Karena mulai hari ini Dokter Heni akan tinggal di rumah kita sebagai Bundanya Aya," ucap Mayor Seno berusaha menjelaskan sesederhana mungkin pada putri bungsunya agar cepat mengerti.

"Jadi, Papa dan Bunda sudah menikah seperti Papa dan Mama Nara?" tanya Aya.

Nara yakni salah satu teman sekolah Aya di mana ayah kandungnya meninggal sudah lama dan baru-baru ini ibu kandung Nara menikah lagi. Mayor Seno kala itu diundang ke acara pernikahan tersebut dan hadir bersama Aya.

"Iya," jawab Mayor Seno singkat.

Tak lama bibir mungil Aya mengerucut.

"Kalau Papa dan Bunda sudah menikah kayak orang tua Nara, kok enggak undang-undang Aya? Kan Aya pengin pakai gaun cantik terus makan es krim dan puding,"

Mayor Seno memijat pelipisnya yang mendadak pusing mendengar celotehan serta pertanyaan putrinya yang memang selalu ingin tahu dan terbilang cerdas. Dokter Heni yang memahami situasi pun akhirnya bersuara dan mengambil alih.

"Aya, sayang. Maafkan Papa dan Bunda kalau enggak merayakan acara pernikahan seperti orang tua Nara. Lebih baik uang Papa ditabung buat sekolah Aya dan Kak Aldo sampai setinggi langit. Tapi kalau soal puding, nanti Bunda buatkan yang spesial buat Aya. Es krimnya kita beli dekat sini. Terus jadi puding dengan toping es krim yang enak. Aya mau?"

"Mau. Aya mau, Bunda. Mau !!" teriak Aya antusias seraya menganggukkan kepalanya dan memeluk Dokter Heni.

"Nah, ayo sekarang anak pinter harus ganti baju dulu sepulang sekolah. Bau acem nih," ledek Dokter Heni sengaja sambil menutup hidungnya setelah mengendus tubuh Aya. Walaupun Dokter Heni juga ingin menerapkan disiplin pada Aya setelah pulang sekolah apa saja yang wajib dilakukan.

Senyum terus terpancar di wajah Dokter Heni untuk seorang Aya. Bocah cantik nan spesial yang menarik perhatiannya sejak awal bertemu. Kini nama itu tanpa sadar mulai bertumbuh cinta di hatinya yang telah lama mendambakan kehadiran seorang anak.

"Ayo Bunda, ikut Aya ke kamar. Nanti Bunda bacakan dongeng buat Aya terus bobonya sama Aya ya. Aku pengin bobo dipeluk Bunda pokoknya," pinta Aya seraya menggandeng tangan Dokter Heni untuk berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

Dokter Heni pun memberi kode dengan mata pada Mayor Seno bahwa ia akan masuk ke kamar putrinya. Mayor Seno ikut berdiri. Dirinya tak mempermasalahkan hal itu. Ia juga ingin masuk ke dalam kamarnya sendiri guna istirahat. Pernikahan serba mendadak dengan Dokter Heni ditambah kejutan dari Aya yang ternyata telah mengenal istri barunya ini, seketika membuat kepalanya pusing dan butuh diistirahatkan sejenak.

Namun Aya melihat respon yang berbeda saat Papanya berdiri.

"Eitss, Papa mau ngapain? Ikut bobo sama Aya dan Bunda di kamar?"

Gubrakk...

Dokter Heni mendadak tersenyum tipis dan hatinya tertawa di dalam sana. Jangan ditanya raut wajah Mayor Seno saat ini seakan dituduh oleh putri bungsunya sendiri sebuah tuduhan yang tidak mungkin dilakukannya.

"Papa bobo di kamar sendiri. Kasur Papa kan besar. Kalau di kamar Aya kan kasurnya lebih kecil. Enggak cukup kalau buat bobo bertiga. Lagi pula Papa udah gede. Enggak wajib ditemenin sama Bunda kalau mau tidur. Kayak anak kecil saja," ucap Aya yang memang ceplas-ceplos.

Dokter Heni sampai menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangannya. Ia tertawa kecil namun dengan suara tertahan. Mayor Seno melihat hal itu lalu menatapnya tajam.

"Ayo, Bunda. Aku sudah ngantuk. Mau bobo siang," ucap Aya seraya menggandeng tangan Dokter Heni.

"Kamu masuk dulu di kamar ya, sayang. Bunda sebentar lagi menyusul. Oke?" ucap Dokter Heni.

"Oke, Bunda." Aya pun berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan riang gembira. Meninggalkan Dokter Heni dan Mayor Seno yang tengah berdiri di ruang tamu.

Dokter Heni pun membawa tasnya. Sebelum berjalan menuju ke kamar Aya, ia pun berbisik lirih dekat Mayor Seno.

"Sepertinya acara malam pertama kita tertunda dulu, komandan. Putri mahkota ingin dininabobokan dulu sama Bundanya. Mungkin ini hukuman buat komandan yang enggak mau tolongin istrinya bawain tentengan tasnya tadi di jalan. Langsung dijabah sama Tuhan, doa istri yang teraniaya."

Mayor Seno seketika menatapnya tajam. Ia sama sekali hanya bermaksud menggoda Dokter Heni perihal malam pertama, bukan menginginkannya. Ingin bersuara namun Dokter Heni keburu mendahuluinya.

"Jangan cemberut gitu dong. Oh ya, tolong komandan ninabobokan ular megalodon di bawah sana biar enggak berontak nanti malam. Lagi pula sepertinya palang merahku juga mau datang. Jadi puasa dulu ya, Pak Komandan yang tampannya se-kecamatan."

Seketika Mayor Seno semakin melotot tajam padanya. Dokter Heni hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan cepat untuk masuk ke dalam kamar Aya sebelum singa jantan mengamuk.

"Benar-benar sial! Kenapa Aya sampai lengket begitu sama dia? Dikasih lem apa sih? Padahal biasanya Aya paling susah dekat sama orang asing," batin Mayor Seno menggerutu sebal.

Bersambung...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Biasanya laki² yg gidain ...ini mlh bunda dokter yg gogain. ...😁

2025-02-15

1

Neno Arya

Neno Arya

ular megalodon apa anakonda nya mayor seno he he

2025-01-01

1

Neli Susanti

Neli Susanti

bunda dokter punya cinta yang ikhlas buat Aya komandan

2024-11-17

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Niat Menolong Jadi Petaka
2 Bab 2 - Luka Masa Lalu (Selingkuh)
3 Bab 3 - Siapkan Dirimu
4 Bab 4 - Puisi Untuk Ibu
5 Bab 5 - Bunda Dokter
6 Bab 6 - Kuasa Putri Mahkota Menyala
7 Bab 7 - Tamu di Larut Malam
8 Bab 8 - Anak Yang Menjadi Korban
9 Bab 9 - Bunda, Kenapa Nangis ?
10 Bab 10 - Pikiran Masing-Masing
11 Bab 11 - Empat Sehat Lima Sempurna
12 Bab 12 - Dunia Terasa Sempit
13 Bab 13 - Semakin Penasaran
14 Bab 14 - Cinta Pertama Dokter Heni
15 Bab 15 - Pertemuan Pertama
16 Bab 16 - Sebuah Penjelasan
17 Bab 17 - Foto Bersama
18 Bab 18 - Mengeluarkan Unek-unek
19 Bab 19 - Awal Mula
20 Bab 20 - Rekaman Rahasia
21 Bab 21 - Hak dan Kewajiban
22 Bab 22 - Pillow Talk
23 Bab 23 - Panas Hati dan Kedengkian
24 Bab 24 - Riuh di Pagi Hari
25 Bab 25 - Bertukar Pesan
26 Bab 26 - Perkara Jodoh
27 Bab 27 - Tentang Adik Bayi
28 Bab 28 - Tidur Bertiga
29 Bab 29 - Tersesat
30 Bab 30 - Cinta Luar Biasa
31 Bab 31 - Kejar Setoran
32 Bab 32 - Sebutan "Mandul"
33 Bab 33 - Penolakan
34 Bab 34 - Kecewa dan Amarah
35 Bab 35 - Pelantikan
36 Bab 36 - Mendadak Aneh
37 Bab 37 - Kedatangan Tamu
38 Bab 38 - Mantan Istri
39 Bab 39 - Terus Menyudutkan
40 Bab 40 - Pesona Mantan Suami
41 Bab 41 - Pamer Kemesraan
42 Bab 42 - Bunda Sakit ?
43 Bab 43 - Suara Isi Hati Aya
44 Bab 44 - Istri vs Mantan Istri
45 Bab 45 - Pingsan
46 Bab 46 - Rencana Manda
47 Bab 47 - Status Pernikahan ?
48 Bab 48 - Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Pernikahan
49 Bab 49 - Test Pack
50 Bab 50 - Adik Bayi Pesanan Aya
51 Bab 51 - Keceplosan
52 Bab 52 - Hasil Pemeriksaan
53 Bab 53 - Rencana Kejutan
54 Bab 54 - Akhir Pekan Tiba
55 Bab 55 - Trauma Masa Lalu Hadir Kembali
56 Bab 56 - Hitam Pekat Luka
57 Bab 57 - Kecelakaan
58 Bab 58 - Bunda Ke Mana ?
59 Bab 59 - Sepucuk Surat
60 Bab 60 - Penyesalan
61 Bab 61 - Aku Yang Salah (Seno)
62 Bab 62 - Kepergian Aldo
63 Bab 63 - Gelayut Mendung
64 Bab 64 - Aku mencintai Istriku (Seno)
65 Bab 65 - Pergi Dari Tapal Batas
66 Bab 66 - Perusak Kesenangan
67 Bab 67 - Tilik Bayi
68 Bab 68 - Putraku
69 Bab 69 - Bicara Dari Hati Ke Hati
70 Bab 70 - Jogja "Kota Penuh Kenangan"
71 Bab 71 - Makasih Bunda (Aldo)
72 Bab 72 - Berkat Doa dan Ketulusan Cinta
73 Bab 73 - Kenyataan Pahit
74 Bab 74 - Meminta Cerai
75 Bab 75 - Di Ujung Tanduk Perceraian
76 Bab 76 - Menangis Bersama
77 Bab 77 - Adu Mulut
78 Bab 78 - Perjuangan Sang Komandan
79 Bab 79 - Pelukan Hangat
80 Bab 80 - Mas Mau Ke Mana ?
81 Bab 81 - Membersihkan Aroma Mantan
82 Bab 82 - Cemburu Mode On
83 Bab 83 - Sudah Dimaafkan
84 Bab 84 - Wujud Cinta Sang Komandan
85 Bab 85 - Temani Aku Sehari Lagi (Dokter Heni)
86 Bab 86 - Pergi Ke Rumah Sakit
87 Bab 87 - Hasil Pemeriksaan Yang Mengejutkan (Manda)
88 Bab 88 - Benar-Benar Terpuruk
89 Bab 89 - Sebuah Firasat
90 Bab 90 - Karma
91 Bab 91 - Bersimbah Darah
92 Bab 92 - Bertemu Di Rutan
93 Bab 93 - Permohonan Maaf
94 Bab 94 - Bundanya Aya Is The Best
95 Bab 95 - Kunjungan Seseorang
96 Bab 96 - Hanya Cinta Yang Bisa
97 Bab 97 - Romantis Manis (Jatuh Cinta Itu Indah)
98 Bab 98 - Kejutan Manis
99 Bab 99 - Menuju Penghujung Kisah
100 Bab 100 - Takdir Cinta
101 Bonus Chapter (TAMAT)
102 JUST INFO
103 PROMO KARYA BARU
104 PROMO KARYA BARU
105 PROMO KARYA BARU
106 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1 - Niat Menolong Jadi Petaka
2
Bab 2 - Luka Masa Lalu (Selingkuh)
3
Bab 3 - Siapkan Dirimu
4
Bab 4 - Puisi Untuk Ibu
5
Bab 5 - Bunda Dokter
6
Bab 6 - Kuasa Putri Mahkota Menyala
7
Bab 7 - Tamu di Larut Malam
8
Bab 8 - Anak Yang Menjadi Korban
9
Bab 9 - Bunda, Kenapa Nangis ?
10
Bab 10 - Pikiran Masing-Masing
11
Bab 11 - Empat Sehat Lima Sempurna
12
Bab 12 - Dunia Terasa Sempit
13
Bab 13 - Semakin Penasaran
14
Bab 14 - Cinta Pertama Dokter Heni
15
Bab 15 - Pertemuan Pertama
16
Bab 16 - Sebuah Penjelasan
17
Bab 17 - Foto Bersama
18
Bab 18 - Mengeluarkan Unek-unek
19
Bab 19 - Awal Mula
20
Bab 20 - Rekaman Rahasia
21
Bab 21 - Hak dan Kewajiban
22
Bab 22 - Pillow Talk
23
Bab 23 - Panas Hati dan Kedengkian
24
Bab 24 - Riuh di Pagi Hari
25
Bab 25 - Bertukar Pesan
26
Bab 26 - Perkara Jodoh
27
Bab 27 - Tentang Adik Bayi
28
Bab 28 - Tidur Bertiga
29
Bab 29 - Tersesat
30
Bab 30 - Cinta Luar Biasa
31
Bab 31 - Kejar Setoran
32
Bab 32 - Sebutan "Mandul"
33
Bab 33 - Penolakan
34
Bab 34 - Kecewa dan Amarah
35
Bab 35 - Pelantikan
36
Bab 36 - Mendadak Aneh
37
Bab 37 - Kedatangan Tamu
38
Bab 38 - Mantan Istri
39
Bab 39 - Terus Menyudutkan
40
Bab 40 - Pesona Mantan Suami
41
Bab 41 - Pamer Kemesraan
42
Bab 42 - Bunda Sakit ?
43
Bab 43 - Suara Isi Hati Aya
44
Bab 44 - Istri vs Mantan Istri
45
Bab 45 - Pingsan
46
Bab 46 - Rencana Manda
47
Bab 47 - Status Pernikahan ?
48
Bab 48 - Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Pernikahan
49
Bab 49 - Test Pack
50
Bab 50 - Adik Bayi Pesanan Aya
51
Bab 51 - Keceplosan
52
Bab 52 - Hasil Pemeriksaan
53
Bab 53 - Rencana Kejutan
54
Bab 54 - Akhir Pekan Tiba
55
Bab 55 - Trauma Masa Lalu Hadir Kembali
56
Bab 56 - Hitam Pekat Luka
57
Bab 57 - Kecelakaan
58
Bab 58 - Bunda Ke Mana ?
59
Bab 59 - Sepucuk Surat
60
Bab 60 - Penyesalan
61
Bab 61 - Aku Yang Salah (Seno)
62
Bab 62 - Kepergian Aldo
63
Bab 63 - Gelayut Mendung
64
Bab 64 - Aku mencintai Istriku (Seno)
65
Bab 65 - Pergi Dari Tapal Batas
66
Bab 66 - Perusak Kesenangan
67
Bab 67 - Tilik Bayi
68
Bab 68 - Putraku
69
Bab 69 - Bicara Dari Hati Ke Hati
70
Bab 70 - Jogja "Kota Penuh Kenangan"
71
Bab 71 - Makasih Bunda (Aldo)
72
Bab 72 - Berkat Doa dan Ketulusan Cinta
73
Bab 73 - Kenyataan Pahit
74
Bab 74 - Meminta Cerai
75
Bab 75 - Di Ujung Tanduk Perceraian
76
Bab 76 - Menangis Bersama
77
Bab 77 - Adu Mulut
78
Bab 78 - Perjuangan Sang Komandan
79
Bab 79 - Pelukan Hangat
80
Bab 80 - Mas Mau Ke Mana ?
81
Bab 81 - Membersihkan Aroma Mantan
82
Bab 82 - Cemburu Mode On
83
Bab 83 - Sudah Dimaafkan
84
Bab 84 - Wujud Cinta Sang Komandan
85
Bab 85 - Temani Aku Sehari Lagi (Dokter Heni)
86
Bab 86 - Pergi Ke Rumah Sakit
87
Bab 87 - Hasil Pemeriksaan Yang Mengejutkan (Manda)
88
Bab 88 - Benar-Benar Terpuruk
89
Bab 89 - Sebuah Firasat
90
Bab 90 - Karma
91
Bab 91 - Bersimbah Darah
92
Bab 92 - Bertemu Di Rutan
93
Bab 93 - Permohonan Maaf
94
Bab 94 - Bundanya Aya Is The Best
95
Bab 95 - Kunjungan Seseorang
96
Bab 96 - Hanya Cinta Yang Bisa
97
Bab 97 - Romantis Manis (Jatuh Cinta Itu Indah)
98
Bab 98 - Kejutan Manis
99
Bab 99 - Menuju Penghujung Kisah
100
Bab 100 - Takdir Cinta
101
Bonus Chapter (TAMAT)
102
JUST INFO
103
PROMO KARYA BARU
104
PROMO KARYA BARU
105
PROMO KARYA BARU
106
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!