Aku bosan, apa lagi yang harus aku kerjakan setelah ini, aku memang tidak bisa berdiam diri di rumah, aku harus bekerja. Ya ... Besok aku harus kembali ke kantor, selain aku bingung di rumah di kantor pasti pekerjaanku banyak, jika tidak begitu pasti di kerjakan oleh staf lain kasihan mereka.
Erica mencoba mencari hal yang dapat ia kerjakan sekarang , dia bolak balik keluar masuk kamar hanya untuk memastikan sesuatu .
"Haruskah aku masuk ke ruang kerjanya , tapi ... dia akan marah jika tahu "
Erica terdiam hanya tinggal selangkah lagi dia akan melihat ruang kerja yang selama ini menjadi tempat tidur Henry .
"tidak bisa, aku sangat penasaran ... "
Erica melangkah dan kini di hadapanya terlihat ruangan yang tersembunyi di antara kamar tidur yang di pisahkan kamar mandi dan ruang ganti , ruang kerja itu sangat rapi tak ada satu dokumen atau apapun itu di meja hanya ada 1 laptop disana , lalu ada sofa panjang yang selama ini di pakai Henry tidur. Erica mencoba untuk duduk disana .
"Sofa ini tidak senyaman tempat tidurnya , aku jadi merasa bersalah membuatnya tidur di tempat seperti ini setiap malam"
Erica mengambil vacum lalu dengan cepat dia mem vacum lantai dan mengelap semua yang ada disana tak terkecuali ada satu foto yang di letakan di rak buku , Erica mengambilnya, ada foto keluarga disana , Henry dan kedua orang tuanya .
Setelah di ingat-ingat Erica belum bertemu dengan ayahnya sejak hari pernikahan itu. Erica mengembalikan foto itu ke tempat semula , saat sedang menunduk tanpa sengaja Erica melihat foto Theresa yang sudah di sobek oleh Henry foto itu di buang begitu saja di tempat sampah.
"sebenarnya mereka pasangan yang serasi , kasihan Henry "
Erica tak membuang sampah di dalam ruang kerja itu, dia membiarkannya karena tak ingin ketahuan oleh Henry jika dia baru saja membersihkan ruanganya .
Baru jam 6 sore tapi Henry sudah bersiap untuk pulang, dia membereskan meja kerjanya lalu memasukan laptopnya ke dalam tas ,
Ben menghampirnya untuk makan malam bersama salah satu klien .
"kau sudah siap ?" tanya Benny
"hm, aku akan segera pulang "
"pulang ?? kau lupa hari ini ada makan malam dengan klien ?"
"hari ini ?" Henry mengernyitkan keningnya
"kau sendiri yang menentukan harinya kan ?" ujar Ben mulai meninggikan suaranya.
"bisa kau revisi jadwalnya?" pinta Henry
"tidak , mereka sudah tiba di sana "
Sayang sekali padahal Henry ingin segera pulang untuk memastikan keadaan Erica , tadi pagi saat berangkat kerja, Henry tidak melihat Erica di rumah, dia berpikir jika Erica sedang berjalan pagi di komplek untuk mendapat angin segar , jadi malam ini dia harus melihatnya .
"Hen !!" panggil Ben
"hm"
"kenapa melamun , ayoo..."
Henry mengikuti Ben yang sudah berjalan lebih dulu , mau tidak mau dia harus menghadiri makan malam yang sudah dia janjikan pada klien .
Sepanjang makan malam Henry tidak tenang dia ingin menghubungi Erica namun tidak tahu harus bagaimana ,
Beberapa kali dia menatap ponselnya dengan nama Erica di sana , dia tinggal menekan panggilan saja jika ingin mengetahui keadaannya sayangnya harga dirinya tidak merelakan dia melakukan itu .
Syukurlah Henry tiba di rumah jam 8 malam, lebih cepat sejam dari jadwal yang sudah di buatnya, Henry langsung meninggalkan restoran bahkan ketika klien mengajaknya untuk mengunjungi bar dia menolak dengan tegas, dia harus memastikan kondisi Erica.
Henry segera masuk ke dalam rumah namun rumah dalam ke adaan kosong , Henry mencari Erica di kamar tapi tak menemukanya , mau tidak mau dia pun menghubungi Erica .
Drttt .. Drrrttt
Suara getaran membuat Henry melihat ke arah meja di depan tv , dia pun mengambilnya ponsel tersebut.
"kemana dia ? kenapa tidak membawa ponselnya ?"
Henry mulai cemas , kemudian dia mendengar ada suara di halaman depan , dia segera keluar rumah , melihat Erica di halaman sedang bermain bersama seekor kucing . Henry menarik nafas lega tanpa menghampiri Erica.
Sepertinya Henry sudah di rumah , tumben sekali dia jam segini sudah pulang , apa dia sudah makan ? tunggu... kenapa aku harus mengkhawatirkan hal itu ? dia pasti sudah makan seperti biasanya kan ? sudahlah ...
Setelah memberi makan kucing yang dia temui tanpa sengaja tadi pagi , Erica segera masuk ke rumah , Henry sedang duduk di sofa depan tv , dia nampak sibuk dengan laptopnya . Erica pun membiarkannya dia mencuci tanganya lalu pergi ke kamar .
Erica memeriksa ponselnya yang baru saja dia ambil dari meja, tanpa bicara sepatah katapun pada Henry.
Ck apa yang aku harapkan? ahh sial !
Henry berharap jika saja Erica akan menanyakan sesuatu padanya atau apapun itu setidaknya mereka bicara, tapi Erica tak mengatakan apa-apa dan langsung pergi ke kamar seolah dia tak terlihat .
Henry beranjak dari tempat duduknya menuju kulkas untuk mengambil minuman dingin, biasanya dia tidak pernah memperhatikan isi kulkasnya tapi kali ini mata Henry terus menatap setiap rak kulkas itu.
"dia tidak menyimpan banyak bahan makanan"
Henry kembali menutup kulkas itu lagi lalu kembali ke tempat dimana dia duduk sebelumnya.
Erica kembali keluar kamar saat menemukan panggilan tak terjawab di ponselnya.
"kau, menelponku?" tanya Erica
Henry tertangkap, dia melihat Erica yang sedang menatapnya.
"apa ada sesuatu?"
"tidak ada " jawab Henry cepat sebelum Erica menyelesaikan ucapanya
"ya, baiklah. Aku hanya memastikan"
Erica kembali ke dalam kamar, sedangkan Henry menarik nafas panjang lalu duduk dengan keras di sofa , seolah menyesali ucapannya.
Saat akan pergi tidur Erica mendapat telpon dari nomor tak di kenal, dia pikir bisa saja teman kerjanya karena dia tidak datang ke kantor sejak kemarin.
"hallo "
"dengan Erica?"
"ya , saya "
"Saya sekertarisnya Tuan Paul. Tuan mengundang anda untuk makan malam besok di hotel "
"apa ? besok ?"
"apa anda keberatan ?"
"tidak , saya akan datang besok "
"baik , jam 7 malam , saya akan kirimkan sopir untuk anda"
"baik. terima kasih"
Erica menutup telpon , perasaannya menjadi tidak tenang , dia melihat ke arah pintu kamarnya , dia harus mengatakanya pada Henry , tapi mungkin saja Henry juga di undang oleh Tuan Paul . Erica berjalan kesana kemari sambil mengigit kuku jemarinya.
"sedang apa ?"
Erica melihat Henry memasuki kamar, dia menatapnya sebentar lalu membuang muka ,
"kau masih sakit ?" tanya Henry mendekat
"tidak, aku sudah lebih baik. Besok aku akan ke kantor"
"sebaiknya minggu depan saja , Mama juga sudah memberikan cuti untukmu kan?"
"aku bosan di rumah saja , aku juga sudah sembuh "
Henry semakin mendekat , di sentuhnya kening Erica perlahan .
"benar kan ? aku sudah tidak apa-apa " ujar Erica sambil menatap Henry
"ya sudah terserah kau saja "
Erica tersenyum senang , besok dia akan menemui Paul setelah pulang dari kantor , dia juga memikirkan harus memberikan apa pada Ayah mertuanya itu , lebih tepatnya mertua palsu .
"istirahatlah "
"hm, kau juga "
Henry melangkah menuju ruang kerja , Erica juga melangkah ke tempat tidur tapi kemudian dia memutar badannya , dia melihat Henry yang baru saja akan merebahkan badanya di sofa , Erica mengetuk meja yang ada di sampingnya.
"apa aku boleh masuk ?"
Henry mengangguk , Erica lalu menghampiri Henry dan duduk disana .
"baru saja sekertaris Ayahmu menelponku , Ayahmu ingin menemuiku saat makan malam , apa dia juga menelponmu ?" tanya Erica
"tidak "
Kenapa Papa tiba-tiba ingin bertemu Erica , apa yang akan mereka bicarakan , kenapa tidak menelponku , apa mereka akan bertemu berdua saja ?
"Henry "
"Huh?"
"aku hanya ingin tanya apa kesukaan Ayahmu "
"Uang " jawab Henry singkat
"apa ?? jelas-jelas kalian sangat kaya kenapa masih membutuhkan uang dari orang sepertiku "
"kau tidak menyukai uang ?" Henry bertanya sambil menatap Erica di depanya
"hah, memang ada yang tidak suka dengan uang ? aku tidak bisa menemui ayahmu dengan tangan kosong , aku harus membawakan sesuatu untuknya" jelas Erica mulai kesal
"dimana kalian akan makan malam ?" tanya Henry melunak
"di hotel "
"kau bawakan saja ubi manis untuk papa"
"ubi ? hanya ubi ?" tanya Erica tak percaya
"hm, papa suka dengan ubi manis , kau bisa berikan setelah makan malam "
"baiklah , aku akan memasaknya besok pagi "
"kau tidak perlu memasaknya , beli saja "
"kenapa ? aku bisa "
"terserah kau saja " Henry menyerah pada Erica yang keras kepala
"Menurutmu apa Ayahmu akan membicarakan sesuatu padaku ? " tanya Erica lagi
"entahlah "
"atau mungkin dia akan memarahiku "
" kenapa Papa harus memarahimu ?" Henry tak mengerti dengan pemikiran Erica
"bisa saja kan , bisa saja Papamu tidak suka dengan pernikahan kita "
"kalau begitu jangan temui dia "
Erica menarik nafas panjang lalu pergi , seperti yang pernah di katakan Nathalie bahwa hubungan ayah anak itu tidak baik dan sudah berlangsung cukup lama jadi wajar jika Henry bersikap seperti itu tadi .
"baiklah , aku akan menemui Tuan Paul besok , sekarang sebaiknya aku tidur "
Erica beranjak ke tempat tidur membungkus dirinya dengan selimut dan tidur , sementara Henry dia mencoba mencari tahu apa maksud dan tujuan ayahnya menemui Erica tiba-tiba seperti itu, dia menghubungi sekertaris pribadi ayahnya menanyakan bagaimana suasana hati ayahnya akhir-akhir ini .
"Tuan Paul sedang dalam suasana hati baik, anda jangan khawatir "
"baik , terima kasih "
Henry menutup telponnya , dia menjadi lebih tenang setelah menghubungi orang terdekat yang paling tahu tentang ayahnya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments