Henry menyandarkan tubuhnya di sofa, ia memikirkan yang hari ini terjadi pada Erica, setelah pertemuanya dengan Yasmine mendadak kesehatan Erica menurun, biasanya dia tidak pernah menaruh rasa penasaran seperti ini, tapi. . .
"Mah " Panggil Henry menyapa Nathalie
"Henry ? Kenapa ada disini?" tanya Nathalie menatap heran pada Henry.
Pagi-pagi sekali Henry sudah berada di kantor Nathalie. dia ingin mendengar beberapa hal dari Mamanya mengenai Erica.
"Ada yang ingin aku tanyakan " ujar Henry mendekati Nathalie
"Apa itu penting? Sampai kau datang kemari?"
"Sebenarnya aku hanya penasaran saja "
"Katakan "
Henry mengikuti langkah Nathalie yang sedang menyeduh teh hijau , lalu mereka duduk bersama di sofa.
“Sebenarnya seperti apa Erica itu ?” tanya Henry dengan ragu-ragu
“pertanyaan macam apa itu ?” Tanya Nathalie balik
“kemarin dia terlibat pertengkaran dengan seorang wanita“
“maksudmu Yasmine ? mama sudah mendengarnya dari Ben”
“aku ingin tahu keluarga Erica seperti apa ?”
“kenapa ? kau mulai tertarik dengan Erica, kau mulai menyukainya?” tanya Nathalie senang
“tidak, bukan begitu maksudku , hanya saja , Erica nampak tertekan semenjak bertemu dengan wanita itu “ jelas Henry
“ya , Erica memang tidak dekat dengan Yasmine , mereka saudara tiri, ayahnya menikah lagi setelah Ibunya meninggal lalu Erica keluar dari rumah karena tidak bisa tinggal dengan mereka berdua, mereka sangat jahat “ ujar Nathalie dengan pandangan mata sayu mengingat masa lalu Erica
“jahat ? sepertinya mama tahu banyak mengenai mereka ?”
“tentu saja , Ibu Erica adalah teman sekolah mama, dan ….”
“dan, apa ?” Tanya Henry semakin penasaran
“sebenarnya , apa kamu ingat kejadian beberapa tahun lalu saat Mama tiba-tiba serangan jantung di mobil ?”
“ya, aku ingat” Henry mengangguk mengiyakan
“Erica yang menyelamatkan Mama”
“apa?” Henry tak mengerti
“Mama banyak berhutang pada Erica dan juga Ibunya, dulu Liana sangat baik padaku , dia selalu membantuku ,apapun itu , kemudian kami hilang komunikasi saat mama keluar negri lalu menikah dengan Papamu , Mama baru bertemu dengannya kembali sebelum kejadian naas itu , Hen … jika mama boleh minta , tidak bisakah kau membuka hatimu untuk Erica ?”
Nathalie menatap Henry dengan penuh harap.
“apa maksud mama ?”
“Mama ingin kalian hidup bersama , Mama ingin kamu melindungi Erica , menjaganya . Mama tahu sulit tinggal bersama dengan orang yang tidak kita cintai , tapi apa kamu tidak bisa membuka dirimu untuknya , sedikit saja …” ujar Nathalie berusaha meyakinkan
“Mah …” Henry mendesah keberatan dengan permintaan Nathalie.
“ck , baiklah , jangan lakukan jika kau tidak ingin , tapi kau harus ingat ini, sekalipun tidak dengan Erica , mama tidak akan pernah setuju jika suatu hari nanti kamu masih ingin kembali dengan Theresa, Mama tahu kamu masih terus saja memikirkannya , Mama membiarkanmu seperti itu hanya supaya kau bisa mengerti . . . lupakan dia perlahan , jatuh cintalah pada wanita yang tepat “
Henry terdiam , sampai kapanpun ia akan menunggu Theresa, bukan untuk kembali menjalin cinta denganya tetapi untuk mengakhiri hubungannya.
Perasaannya yang tulus sudah hancur ketika Theresa memutuskan memilih karirnya di banding hidup bersamanya.
“kalau begitu Aku akan ke kantor “
"huh? Mama belum cerita apapun tentang Erica"
"lain kali saja, Mama sudah mulai membahas hal lain kemana-mana aku sedang tidak ingin mendengarnya" Henry berdiri dari tempat duduknya
“ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan , jika kau penasaran tentang Erica kau bisa tanyakan langsung saja padanya"
"mah..."
"iya, iya mama tau"
Nathalie menatap sang putra berlalu dan menghilang di balik pintu, Henry menuruni anak tangga sambil menelpon Benny, mereka membicarakan beberapa hal sampai mata Henry melihat seseorang yang seharusnya tidak di lihatnya saat ini, Erica.
"Ben sudah dulu" Henry menutup telponnya
Dengan mempercepat langkahnya Henry menghampiri Erica yang sedang menjelaskan sesuatu pada beberapa rekan kerjanya , dia meraih tangan Erica.
“sedang apa kamu disini ?”
Tanya Erica yang terkejut melihat kehadiran Henry yang menatapnya dengan tajam.
“aku yang harusnya tanya kenapa kamu disini? Jangan bilang kamu mau bekerja hari ini ? kamu masih perlu istirahat, kenapa malah kemari ?” celoteh Henry dengan raut wajah tidak senang
“ada banyak yang harus aku kerjakan , aku … aku akan kembali setelah pekerjaanku selesai” jelas Erica memberi alasan
“pulang sekarang “ tegas Henry
Semua orang terkesan dengan perhatian yang di curahkan oleh Henry pada Erica, mereka mengagumi hubungan keduanya , yang ada di pikiran mereka adalah rasa iri karena mendapat pasangan yang sangat pengertian seperti Henry .
Tidak seperti yang di kabarkan selama ini, Henry sangat manis walaupun terlihat dingin , pandangan mereka terhadap Henry seolah langsung berubah, saat melihat dengan mata sendiri bahwa Henry adalah pria yang sangat penuh perhatian, dan juga sangat tampan tentunya .
“30 menit , setelah itu aku akan kembali “ pinta Erica memohon
“aku akan menunggumu “ Henry melepaskan genggaman tangannya
“bu…bukankah kau akan pergi ke kantor ?”
“aku akan pergi setelah mengantarmu kembali ke rumah “
“ba..baiklah” ucap Erica pelan
Ada apa denganya? Tiba-tiba saja jadi seperti ini, di hadapan semua orang. Hah. . . Henry jangan membuatku salah paham.
Henry berlalu lalu duduk di sofa tak jauh dari tempat kerja Erica ,matanya terus menatap wanita itu kemana pun perginya , Erica tak lepas dari pandanganya .
Beberapa kali Ben menghubunginya untuk segera ke kantor namun selalu di tolak , dimana dia tahu urusan kantornya jauh lebih penting di banding duduk berdiam diri disini tapi dia memilih untuk tetap tinggal.
Sebenarnya apa yang aku lakukan ? Kenapa aku malah duduk disini, menunggunya? Lalu berencana mengantarnya pulang agar istirahat , ada apa denganku ? apa benar aku sudah tertarik denganya ? tidak mungkin..
Henry kembali memperhatikan Erica dari kejauhan , di ikutinya setiap langkah Erica, di pandanginya wanita yang bukan siapa-siapa itu dari ujung kaki hingga rambut, lalu pandangan matanya terhenti saat Erica sedang menjelaskan sesuatu pada rekan kerjanya .
Bibir itu , lalu mata itu ? lucu sekali seolah-olah matanya ikut bicara begitu bibirnya mengucapkan sesuatu .
“bukankah Erica sangat cantik ?” bisik Nathalie
“huh… Mama !” Henry tersentak kaget ketika Nathalie sudah ada di sampingnya.
“kenapa kamu belum kembali ?” tanya Nathalie
“aku menunggunya " Henry menunjuk ke arah Erica
“Erica ? kenapa? Oh iya kenapa dia kantor, seharusnya dia di rumah kan ?"
“karena itulah aku menunggunya , aku akan mengantarnya pulang, apa pekerjaanya sangat banyak?" tanya Henry menatap Nathalie
“dia memang sedang dalam project yang harus di selesaikan “
“tidak bisakah orang lain menyelesaikannya , apa Mama tidak bisa membantunya ?”
Henry menatap Nathalie lebih dalam dan tajam, hingga Nathalie ingin sekali memukulnya.
“wahh.. sekarang kau minta Mama menggantikannya ?”
“hm, apa tidak bisa ?”
“baiklah, pergi sana bawa istrimu pulang , mama yang akan kerja , sudah puas hati sekarang ?”
Henry hanya tersenyum kecil lantas memeluk Nathalie , di belainya rambut wanita paruh baya itu dengan lembut.
“Mama tahu kan kenapa aku seperti ini , aku tidak peduli yang lainnya tapi jika menyangkut dengan kesehatan, aku akan lakukan apapun” Jelas Henry di pelukan Nathalie
“mama tahu , terima kasih karena sudah memperhatikan Erica , dia akan selesai sebentar lagi, Mama akan memintanya di rumah seminggu”
"seminggu ? aku rasa dia tidak akan mau lakukan itu, hari ini saja dia kemari" Henry melepaskan pelukanya
"benar , dia memang sedikit keras kepala"
Henry kembali duduk, saat itu Nathalie menghampiri Erica lalu bicara beberapa hal , tak lama Erica menghampiri Henry dengan senyum kecil di wajahnya , Henry bangun dari duduknya, kemudian berjalan ke mobil di ikuti Erica di belakangnya.
Erica hanya terdiam ketika satu mobil bersama Henry, tidak ada obrolan yang bisa mereka bicarakan saat ini, hanya rasa canggung yang menyelimuti, keduanya sama-sama gengsi untuk memulai pembicaraan hingga mereka tiba di rumah.
"terima kasih" ucap Erica setelah mobil berhenti
"istirahatlah, aku akan pergi ke kantor"
begitu Erica turun dari mobil Henry berlalu segera memacu mobilnya agar tiba di kantor secepat mungkin.
Dia memintaku kembali ke rumah , lalu Bu Nathalie memberikan cuti sampai seminggu kedepan, lalu aku harus melakukan apa ? hidupku kan membosankan, hufh... lagipula memangnya siapa dia memintaku untuk tinggal di rumah? dia juga pasti yang minta agar Bu Nathalie memberiku cuti selama itu , sudah begitupun tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya sepanjang jalan , benar-benar membuatku binggung.
Erica meminum obatnya dan kembali tidur, tidak ada yang dapat di lakukannya , rumah sudah ia bereskan dan dalam keadaan bersih.
Dalam rumah ini hanya 1 ruangan yang tidak pernah di masukinya dan tidak pernah di bersihkannya , ruang kerja.
Sejak kedatanganya ke rumah ini, dia tidak berani menyentuh apapun di ruang kerja yang di tempati Henry, dia takut melakukan kesalahan ketika membersihkan ruang kerja itu , lagi pula pasti banyak barang pribadinya disana.
Pagi ini Erica membuat sup hangat untuk sarapan pagi , seperti biasa dia hanya menyiapkan untuk diri sendiri, karena Henry tidak pernah mau makan bersamanya.
Tetapi keanehan terjadi pagi ini , Henry membuat kopi sambil memperhatikan meja makan disana ada semangkuk sup dan nasi lalu ada beberapa potong buah di meja.
Tiba-tiba perutnya memberikan sinyal menginginkan hidangan yang berada di meja saat ini, Henry melihat sekeliling tak menemukan Erica disana , bahkan di kamarnya pun tidak ada, karena beberapa waktu lalu dia baru saja dari kamar.
“Apa dia pergi tanpa sarapan lebih dulu ?” ujarnya
Tiba-tiba pintu utama terbuka, Erica datang dengan plastik berisi sayuran di tanganya .
“sudah mau berangkat ?”
Tanya Erica sambil meletakan sayuran di dapur .
“dari mana kamu membeli sayuran itu ?” tanya Henry mendekati Erica
“ah ini, beberapa hari lalu aku menemukan brosur di depan sana, rupanya di lingkungan ini ada layanan pesan antar kebutuhan sehari-hari, dan aku mencobanya" jelas Erica
“ohh … padahal kau bisa membelinya di supermarket “
“tidak apa-apa, anggap saja membantu usaha mereka, lagipula sayurannya juga lengkap dan segar dan yang pasti aku tidak perlu pergi keluar rumah" jelas Erica kembali dengan senang
Henry mengangguk kecil memahami pemikiran Erica , lalu dia tersentak , tiba-tiba dia teringat sesuatu , selama ini dia sama sekali tidak memberikan sepeserpun uang untuk Erica,
Seharusnya sudah kewajiban dia memberikan uang pada istrinya , meskipun menikah tanpa cinta tetap harus memberikan apa yang seharusnya kan ? Henry bergegas ke kamar ia mengambil dompet yang ia letakan di meja kerjanya .
Bagaimana aku bisa lupa melakukan hal ini , aku tetap harus memberikan uang belanja kan meskipun kita tidak menikah sungguhan , dasar bodoh
“hm, Erica “ panggil Henry setelah kembali
“iya "
Erica meletakan sendoknya saat sedang makan , ia pun berdiri berhadapan dengan Henry.
“ini ..”
Erica menerima kartu yang di berikan oleh Henry
“ini , untuk apa?" tanya Erica
“kau, kau bisa gunakan untuk keperluanmu “ ujar Henry canggung
“tidak , aku sudah cukup dengan keuanganku sendiri “ Erica berusaha mengembalikan kartu itu pada Henry
“aku tahu kita menikah karena keadaan tertentu , meskipun terlambat tapi aku ingin kamu menerimanya , beli apapun yang kamu inginkan menggunakan kartu itu , aku akan senang jika kamu menerimanya “
Erica tersenyum, lantas menunduk sambil menahan tawanya yang hampir saja lepas.
“terima kasih , tapi aku sungguh tidak membutuhkan ini, jika pernikahan kita pura-pura kau tidak perlu melakukan ini, aku kembalikan, ini "
Erica mengulurkan tanganya memberikan kartu tersebut pada Henry.
“simpan saja , mungkin kamu akan membutuhkannya nanti “ ujar Henry memaksa
Erica terdiam, mereka berpandangan mata dengan segala kecanggungan yang sangat terasa.
“baiklah , aku akan menyimpannya" ucap Erica
“aku akan kirim pin nya lewat chat" ujar Henry dengan lega
Erica mengangguk, Henry berbalik badan akan segera kembali ke kamar untuk mengambil tas kerjanya .
“Tunggu, Henry"
Langkah Henry terhenti , lalu memutar badannya berhadapan dengan Erica
“mau … mau sarapan bersama?" ujar Erica
"huh?"
“aku dengar dari Ben, kalau kamu setiap pagi makan di kantin denganya . jika tidak keberatan kita bisa makan pagi bersama , atau jika tidak ingin bersama , aku akan menyiapkan makan pagi untukmu “
Henry segera mendekat kemudian duduk di kursi dengan kedua tanganya di atas meja, Erica dengan senang hati mengambilkan makanan lantas di sajikan di hadapan Henry. Mereka pun menikmati sarapan pagi bersama.
Akhirnya setelah waktu berlalu mereka mulai dekat , Henry seolah mulai membuka diri untuk menerima kehadiran Erica begitupun sebaliknya, Erica sangat senang dengan perubahan Henry yang semakin baik memperlakukannya .
“terima kasih sarapannya “ ujar Henry
Erica mengangguk kecil , setelah selesai Henry langsung membereskan piring dan mangkuk membawanya ke westafel untuk di cuci.
"berikan padaku aku akan mencucinya "
Henry kembali ke meja maka mengambil mangkuk Erica
"tidak , biar aku saja" Erica meraih mangkuk di meja dengan cepat
Seolah tak mendengar ucapan Erica , Henry mengambil paksa mangkuk tersebut dan di cucinya .
Setelahnya dia bersiap , karena sarapan lebih dulu dia jadi berangkat agak siang , sementara Benny di kantor sudah menunggunya .
"Hen , sarapan " teriak Ben
"kau pergi saja , aku sudah makan "
Henry berlalu melewati Ben
"apa ? kau makan tanpaku ? dimana kau makan ?" tanya Ben mengejar Henry
"di rumah "
Benny menghentikan langkahnya , di rumah ?
"kalian makan bersama ? Hen ... kau makan dengan istrimu ? sungguh ? wahh ada apa ini ? apa akhirnya kau ..."
"jangan katakan omong kosong !" cegah Henry
Sebagai sahabat Benny senang hubungan Henry dan Erica ada kemajuan, Benny sejalan dengan Nathalie yang ingin keduanya jatuh cinta dan hidup bersama,
Sayangnya hingga sekarang Ben masih sesekali melihat Henry memikirkan Theresa bahkan beberapa kali Ben tanpa sengaja melihat Henry sedang mencari tahu keberadaan Theresa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Tini Timmy
semangat nulis nya kakak😊
2024-06-12
0