Kesan pertama dari seseorang membuat kita bisa mengenal orang tersebut, namun tidak semua orang bisa menyentuh hatinya. Pertemuan di lampu merah dan sampai menjadi pembantu dan majikan, dan akhirnya tidur di ranjang yang sama.
Arnold sudah bangun sejak tadi dan matahari pun sudah menampakkan diri, Chami benar-benar nyaman berada di atas kasur Arnold sampai wanita itu bangun agak kesiangan. Arnold menatap setiap inci wajah Chami, kadang ia tersenyum dan kadang ia menggelengkan kepalanya karena mengingat kelakuan Chami.
"Kita di jodohkan, aku heran kenapa kau mau menyamar jadi penjual rokok di jalanan? namamu Chasi dan kenapa kau menyamar menjadi Chami?"
Arnold merapikan anak rambut yang menghalau pandangan ke wajah Chami, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Arnold enggan untuk bekerja hari ini ia memilih tetap di rumah dan berencana meliburkan Ayu dan Beni agar ia dapat berduaan dengan Chami.
"Aku ingin merasakan masakan mu, aku ingin tahu kau sebenarnya, aku ingin mengenal mu. Bukan, bukan aku mencintaimu tetapi aku penasaran dengan dirimu. Chasi, aku akan tetap memanggilmu Chami sesuai perkenalan mu denganku. Kenapa ada raut kesedihan di wajah mu? kau tampak selalu ceria dan kau sangat aktif. Aku yakin kau ingin berkenalan denganku agar kita tidak menikah kan? Chasi, aku akan membuatmu memohon dengan ayahmu agar kau memaksa ku untuk menikahi mu!"
Chami menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia masih memejamkan mata. Arnold kaget melihat Chami yang seperti itu, Chami meremas selimut dengan kuat.
"Jangan.. aku mencintai kalian! Kenapa harus aku? Jangan!" Chami langsung terduduk dan langsung memukul dadanya yang sesak, Chami menangis sambil menunduk. Arnold yang sedari tadi duduk di samping Chami hanya memperhatikan Chami dengan penuh tanda tanya, Chami menangis pedih membuat Arnold pun ikut merasa sedih mendengar tangisan itu.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Arnold membuat Chami kaget, Chami langsung menoleh ke arah Arnold yang sedang menatapnya. Ia langsung menyeka air matanya dan melihat sekeliling, Chami baru ingat jika semalam ia pindah ke kamar Arnold.
"Maafkan aku!" Chami hendak beranjak dari tempat tidur itu tetapi langsung di tahan oleh Arnold.
"Jangan pergi dulu." Kata Arnold lembut, ia tidak tega melihat wanita menangis.
"Maafkan aku, tapi aku akan keluar dari kamar ini."
Arnold menarik tangan Chami hingga ke dalam pelukannya, otomatis kepala Chami langsung menempel di dada bidang Arnold. Nyaman, itulah yang di rasakan Chami tetapi ia langsung sadar saat teringat Chasi. Arnold menahan Chami tetap berada di pelukannya, tak tahu kenapa ia begitu memeluk Chami.
"Kau bermimpi apa tadi, Dekil?" Arnold menanyakan dengan lembut, tangannya mengelus kepala Chami membuat gadis itu merasakan kasih sayang. Chami ingin terus seperti ini, merasakan kenyamanan di hati dan mendapatkan perhatian.
"Maafkan aku." Arnold bingung dengan perkataan Chami yang mengucapkan minta maaf, Chami langsung membalas pelukan Arnold dengan erat. Chami seperti tidak ingin lepas, ia sungguh haus kasih sayang dan air matanya pun meleleh dengan deras.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Batin Arnold.
Chami menangis dengan puas pagi itu hingga matanya membengkak, Arnold melihat wajah Chami membengkak dan memerah membuat ia ingin tertawa tetapi dengan cepat di tahannya.
"Sudah merasa baikkan?" Chami mengangguk dan Arnold membenarkan rambut Chami yang tidak rapi.
"Terimakasih Super."
"Hmm.. Kau ada masalah apa? cerita saja kepadaku siapa tau aku bisa bantu." Arnold mengambil dagu Chami dan membawa mata mereka saling menatap.
Degh
"Aku hanya mimpi buruk tadi." Chami gugup saat mata mereka berseragam begitu juga dengan Arnold.
"Mimpi tentang apa? Kenapa kau sampai menangis?"
"Aku mimpi di kejar hantu." Jawab Chami bohong, Arnold mengerutkan keningnya mendengar jawaban Chami.
"Cuma itu?"
"Iya hehehe.." Chami cengengesan membuat Arnold menyipitkan matanya karena tidak mempercayai apa yang di katakan Chami.
"Oke lah kalau begitu." Arnold tidak ingin terlalu tahu takut jika itu privasi buat Chami.
"Aku boleh pergi dari sini?"
"Hmm.. pergilah!" Arnold melihat langkah Chami yang pergi meninggalkan kamarnya.
"Tatapan itu, kenapa sangat menyedihkan?" Jujur saja Arnold melihat tatapan Chami tadi membuat ia merasa sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
ayyona
mampir lg kk 😍😎
2020-08-29
0
hany
apakah aku harus nulis like dulu...
kalau aku emang suka banget, ini tulisan....
2020-08-28
0
fitrhyalfi
bomlike lagi 😊
semangat kak 💪🏻
2020-08-28
0