Kini ibunya mengurung Amel di gudang, kedua saudaranya dilarang untuk membuka pintu gudang tersebut. Amel merasa bodoh, tapi disisi lain ia masih memiliki hati nurani bagaimana bisa membiarkan saudaranya mati kelaparan. Ia begitu takut saat berada di gudang tersebut, rasanya seperti sesak banyak debu juga terdapat barang barang berantakan yang tidak layak dipakai.
Mungkin berat, kini Amel harus bisa menerima resiko yang ia lakukan sendiri. Sementara, kedua saudaranya malah enak dan berbaring di kasur bersama ibunya yang tak payah memberikan saran baik kepada anaknya.
"Bu, kalau besok ibu bisa datang ga untuk menghadiri Kasus kita. Soalnya kemarin ada undangan oleh bu Mifta"
"Iya Bu, malahan entah apa jika Amel bocor banget sih. udah tahu, kita yang melakukan malah dibuat makin berantakan dengan Amel, pantas aja anak itu ditungguin lama banget, "
"Oh jadi kalian nunggu Amel?"
"Iya Bu, kami nungguin Amel ga tahunya jika Amel tukang cari kejujuran ditambah karena ada kak Gio sih ma,"
"Gio pacar kamu itu bukan fit, mama mau tahu orangnya. Lagian anak itu begitu baik, juga tampan di sekolah"
"Eh bisa bisanya ibuku sendiri bilangkan seperti itu, emang udah tua masih mikirin yang muda. Dasar ibu ga tahu diri" sindir Ayu mempermasalahkan hubungan dengan temanya.
Sepertinya ibunya ingin Gio memperkenalkan dirinya pada ibunya, sementara Ayu mendadak emosi terbilang ibunya terlalu menyukai yang muda.
Tak lama, Hari semakin malam Amel sudah kelaparan mendadak ia lupa membawa minum didapur. Sangking hausnya, ia meminta kepada Tuhan agar menurunkan hujan yang tinggi agar rumahnya kebanjiran dan kedua saudaranya juga ibunya mendapatkan azab yang pedih. Mereka bisanya mengurung saudara sendiri didalam gudang takutnya Amel jika ada tikus berkeliaran.
"Emang kenapa disaat Amel ada masalah tidak ada sekalipun yang membantu Amel, awas aja kalian berdua Amel jika kalian mendapatkan musibah, Amel tidak akan menolong saudaraku" ujar pikiran Amel yang tidak ingin membuat dirinya merasa lebih baik.
Ayu kepikiran tentang Amel digudang, ia takut anak itu mati kelaparan karena tidak diberi makan. Ayu memohon kepadanya, agar ibunya mendapat belas kasihan terhadap Amel.
"Bu, kasihan Amel digudang?"Apakah boleh Ayu memberi makan untuk Amel Bu. Nanti jika Amel mati kelaparan bagaimana Bu, kita yang akan masuk penjara dan ga bisa sekolah lagi" ucapnya Ayu juga merasakan kasihan kepada Amel.
"Kamu mau juga dikurung seperti Amel, jika mau biar sekalian. kenapa kamu belain anak bodoh itu, atau kamu juga mau ibu anggap bodoh, Hah?" emosi dalam diri ibunya yang tak terkontrol bagaimana bisa Ayu justru merasakan kasihan terhadap Amel.
"Kenapa sih kamu belain yang salah, kamu mau juga ditaruh di gudang kayak Amel. kalau mau biar sekalian, disana ga takut banyak tikus juga kecoa berserakan di gudang, malah gudangnya jarang dibersihkan"
"Maaf Bu, bukanya apa tapi ___"
"Tidak ada tapian, kamu kalau ga nurut jangan berdiri didepan ibu. Silahkan pergi, dan angkat kaki di dapur sana. Lagian ibu tidak Sudi melihat kamu disini, Ayu" ucap ibunya merasa emosi karena gara gara satu kesalahan semuanya terlibat.
Tak dipungkiri kini Ayu mengikuti ajakan ibunya mau tak mau, Ayu Tidak menampakkan kesedihan tetapi ia begitu marah saat dirinya tidak dianggap anaknya. Sangat disayangkan, seorang ibu yang melahirkan mereka mengagap mereka jika bukan anaknya. Sedih banget ?
Ini cerita untuk pelajaran Saudaranya Luna dulu, jika Luna belum sembuh.
Luna nya kita simpan dulu ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments