Desas desus

Setelah selesai makan malam mereka pun pulang, Bintang mengantarkan Nana sampai pintu gerbang,

"Makasih pak untuk malam ini," kata Nana, Nana sangat senang malam ini karena Bintang terlihat sangat tampan dan lembut.

"Kok pak lagi? kan saya udah bilang panggilnya Bintang aja, tolong pamitkan ke tante Lastri saya pulang, mohon maaf juga nggak nganterin putrinya sampai ke dalam rumah," Bintang tidak bisa mengantarkan Nana sampai ke dalam karena ada urusan mendadak.

"Ya Bin...tang" jawab Nana ragu. Bintang pun langsung melajukan mobilnya dan Nana segera masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Nana pulang" suara Nana agak di pelankan karena takut menggangu Lastri kalau sudah tidur, ternyata Lastri sedang menonton televisi sendiri, dia sengaja menunggu Nana pulang.

"Wa'alaikumsalam Na, kamu pasti capek sana langsung tidur aja tapi jangan lupa bersihin make-up dulu," Lastri dari dulu sangat perhatian kepada Nana, tidak perduli Nana sudah besar bagi Lastri, Nana tetaplah anak kecilnya yang akan menangis kalau dia jatuh dan juga yang selalu merengek di belikan es krim dan permen.

Nana segera bergegas tidur.

***

Di pagi hari,

Seperti biasa, di pagi hari Nana selalu membantu ibunya sebelum berangkat bekerja.

"Bu, Nana berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum." Nana mencium tangan ibunya. Ayah Nana tidak ada di rumah sejak 1 bulan ini karena pergi ke Luar kota untuk bisnis keluarga.

Saat Nana sampai di kantor semua staf dan karyawan melihat Nana dengan sinis bahkan pagi pagi ada yang sudah bergosip entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya ada sangkut pautnya dengan Nana soalnya banyak yang setelah bergosip akhirnya melihat ke arah Nana dengan sinis.

"Kamu dengar nggak? katanya Nana tadi malam pergi bersama pak Bintang?" bisik salah satu karyawan, Nana yang tidak sengaja mendengar hal tersebut dan langsung menunduk lesu dia mempercepat langkahnya menuju lift, saat di di dalam lift ada sekelompok pekerja yang juga sedang membicarakan Nana, Nana hanya diam 1000 bahasa dia tidak bisa menyangkalnya.

Sesampainya di ruangan Bintang,

"Kamu kenapa kok mukanya sedih gitu?" Bintang bertanya pada Nana karena bingung Nana tiba tiba masuk ruangannya dengan wajah bersedih.

"Tidak apa apa pak," jawab Nana lesu.

"Nggak papa Na, kalau ada masalah ceritakan kepada saya saja, saya akan selalu mendengarkan kamu," Bintang merasa sangat simpati kepada Nana karena Bintang dari awal memang sudah menyukai Nana.

"Mending bapak nggak usah ajak Nana lagi pergi bersama bapak lain kali!" Nana berkata demikian tapi Bintang tetap bingung.

"Memang kenapa Na? cerita sama saya," Nana tiba tiba meneteskan air mata membuat Bintang segera mendekati Nana dan memeluknya.

"Saya tu nggak tahan pak dari kemarin udah ada yang ngegosipin saya, bahkan ada yang berkata kalau saya jadi sekretaris utama karena menggoda bapak, hiks hiks." Nana menangis tersedu sedu di pelukan Bintang karena sebelumnya Nana tidak pernah mengalami kejadian seperti ini.

"Siapa yang ngegosipin kamu? biar saya beri mereka pelajaran!" Bintang nampak emosi karena Bintang tidak mau jika Nana sampai bersedih apalagi digosipkan seperti itu, sementara Nana hanya diam karena yang membicarakan itu seisi kantor.

"Andi kamu kemari!" Bintang memanggil Andi, Andi adalah pengawal pribadi Bintang yang sangat setia.

"Kamu selidiki siapa saja yang telah menyebarkan gosip tentang Nana, semua yang berani bergosip tentang Nana akan berhadapan dengan saya!" Bintang terlihat sangat emosi.

"Siap pak," jawab Andi dengan cekatan.

Andi segera menyelidiki siapa yang telah menyebarkan gosip tersebut, tidak butuh waktu yang lama Andi sudah berhasil menemukan orang-orang tersebut dan membawa ke hadapan pak Bintang.

"Ternyata kalian yang berani menyebabkan gosip tentang Nana?!" bentak Bintang, Andi sangat kaget melihat Bintang yang seperti sekarang karena sebelumnya Bintang tidak pernah marah seperti sekarang ini apalagi hanya demi seorang wanita yang belum lama kenal...