Kembali bekerja

Kantor...

Sandi tergesa-gesa keluar dari lift dan tanpa sengaja berpapasan dengan Ravita yang ingin menemui Pingka.

"Nona Ravita ! Mau kemana ?" Tanya Sandi

"Pak Sandi, saya ingin menemui Pingka, semenjak semalam ponsel nya tidak bisa dihubungi, apa dia ada di atas ?" Tanya Ravita sopan

"Pingka tidak masuk hari ini, dia sedang sakit dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit, tadi pagi ada seseorang yang menelpon saya" Ujar Sandi menjelaskan panjang lebar.

"Ya Tuhan, apa karena kaki nya ter-kilir kemarin? Saat pulang badan nya panas, boleh saya ijin pulang lebih cepat untuk menjenguk nya ? Saya yakin dia kesusahan sekarang. Di sini tidak ada seorang pun keluarga nya." Mata Ravita mulai berkaca kaca

"Ikut saya saja, sekarang saya mau ke sana menjenguk nya." Ucap Sandi. Ravita mengangguk serta mengusap sudut matanya yang berair lalu melangkah mengekor Sandi.

Dari depan lift, Endra menyimak pembicaraan Sandi dan Ravita .

Wah, bukan hanya Ibu yang sudah terpengaruh, asistenku pun juga mulai peduli pada wanita Dusun itu

"Ayo sayang ?" Ajak Melisa yang merangkul mesra lengan Endra.

Hari ini Endra menepati janji nya untuk mengantar sang kekasih  berbelanja sebelum  bertolak hari esok. Mereka tengah asyik memilih barang - barang bermerk, ponsel  Endra berdering di saku celana nya.

"Sayang, aku jawab telpon Ibu dulu ya." Ucap Endra. Melisa mengangguk dan tersenyum lembut.

"Halo, Bu." Jawab Endra. Ia melangkah sedikit menjauh dari kekasih nya.

"Nak, nanti malam jemputlah Pingka ajak ke rumah kita. Ibu ingin membicarakan pernikahan kalian."

"Ibu, hari ini aku tidak bisa sedang sibuk di kantor. Besok saja." Balas Endra sedikit kesal.

" Baiklah, besok saja sepulang kerja ibu tunggu." Ucap ibu Erly mematikan telpon.

Endra menghembuskan nafas kasar dan kembali menemui kekasih nya. Dalam diam Endra memperhatikan wajah cantik kekasih nya. Dalam hati nya bertanya, bagaimana jika Melisa tahu dia akan menikahi wanita lain ? yang benar - benar tidak dicintainya itu.

"Kenapa menatapku begitu ?" Tanya Melisa lembut.

"Aku pasti merindukanmu nanti." Balas Endra dengan senyum sedikit dipaksakan

Usai belanja Endra mengajak kekasihnya makan, hari ini dia sengaja menghabiskan waktu bersama kekasih nya itu.

...****************...

Ravita setengah berlari mengikuti langkah Sandi yang lebar, di depan ruangan Pingka, perlahan Sandi membuka pintu ruangan. Pingka dan Fajar melihat kearah pintu.

"Silahkan masuk Pak Sandi ?" Ucap Pingka dengan senyum tipis di bibirnya. Sandi masuk kedalam ruangan dan disusul Ravita dibelakangnya. "Ravita !" Pekik Pingka senang

"Pingka bagaimana keadaan mu ?" Tanya Ravita

"Sudah membaik, hanya kaki yang masih sedikit ngilu." Jawab Pingka memperlihatkan kaki nya.

"Semoga cepat sembuh ! Jika masih sakit jangan paksakan bekerja dulu. Saya bisa mengurus cutimu lagi" Ujar Sandi.

"Terimakasih Pak Sandi. Kak, kenalkan ini temanku Ravita dan ini  Asisten Pak Endra namanya Pak Sandi." Pingka sambil memperkenalkan dua teman kantornya.

"Ravita"

"Sandi."

"Fajar."

Ucap mereka saling menyebut nama dan bersalaman, saat berbincang - bincang, masuklah Dokter tampan itu lagi bersama Suster.

"Selamat siang Nona Pingka ! Hari ini anda boleh pulang dan beristirahat di rumah, ini ada resep obat yang harus ditebus dan diminum sampai habis ya, semoga cepat sembuh." Dokter muda itu tersenyum sebelum meninggalkan ruangan Pingka. Sandi melototkan matanya melihat Dokter itu seolah tidak mengenalnya.

"Jingga, Kakak tebus obatnya dulu ya baru kita urus yang lainnya, titip Jingga eh Pingka maksud saya." Fajar berlalu keluar.

"Kenapa dia memanggilmu, Jingga?" Tanya Ravita.

"Dia terbiasa memanggilku Jingga sejak kami masih kecil di kampung, dia Kakak sepupuku." Jelas Pingka

"Jadi, dia yang membawamu ke rumah sakit ?" Tanya Sandi. Ia mendaratkan tubuhnya di sisi ranjang.

"Iya Pak, terimakasih sudah menjenguk saya." Balas Pingka.

Sandi mengangguk mereka berbincang bincang agak lama sambil menunggu Fajar.

Satu jam kemudian,  Pingka diperbolehkan pulang setelah mengurus segala administrasi nya. Sandi dan juga Ravita kembali ke kantor dia memutuskan tidak jadi pulang cepat.

...****************...

Pingka dengan sedikit pincang melangkah ke kamar mandi,  usai membersihkan diri, dia bersiap untuk pergi ke kantor. Dengan stelan kemeja dan celana panjang sepatu tanpa hak tinggi dan rambut yang panjang sepinggang di sisir rapi, lalu ditutupi wig panjang sebahu tidak mengurangi kecantikan alami nya. Sengaja memang rambut indah nya ditutup Wig agar tidak terlalu terpapar matahari.

Pingka menghabiskan sarapan nya sendiri, karena sejak pagi buta Fajar telah kembali ke Desa nya, jemputan di Bandara sudah menunggu nya. Fajar memang diutus pergi ke kota ini untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor besar milik perusahaan sawit tempat nya bekerja. Butuh tiga puluh menit jalur udara dan menghabiskan waktu lima jam lewat darat menuju ke kota kecilnya, bisa disebut kabupatennya. Lalu dua jam lagi masuk ke kampung mereka. Pingka turun di halte dekat kantornya dengan melangkah pelan hingga akhirnya ia sampai di halaman kantor.

"Pingka, kenapa masuk ? Kaki mu masih belum sembuh." Ravita menyambangi nya di depan kantor.

"Tidak apa-apa, yang sakit kaki ku bukan tangan." Jawab Pingka lembut

"Ayo ku antar, kamu sampai ke atas." Ravita menggandeng lengan Pingka.

"Terimakasih, Vit. Tapi aku bisa sendiri jangan sampai kamu kena amukan serigala di atas sana." Pingka menolak halus.

Ravita mengangguk dan masuk kembali keruangan nya, Pingka menaiki lift khusus karyawan, ia menyiapkan diri dan hati nya untuk siap dimaki atasan sekaligus calon suami nya itu. Pingka mendaratkan tubuh nya di kursi kerja milik nya. Belum lama duduk Endra dan Sandi juga datang.

" Selamat pagi, Pak." Sapa Pingka menundukkan kepala nya.

"Keruangan ku sekarang !" Titah Endra tanpa melihat pada sekretarisnya itu.

"Iya, Pak." Jawab Pingka.

Sandi menghampiri meja Pingka. "Bagaimana kaki mu?" Tanyanya.

"Sudah baikan." Jawab Pingka.

Sandi mengangguk dan masuk keruangan nya. Pingka mengetuk pintu ruangan Endra.

"Masuk !" Titahnya dari dalam.

"Permisi, Pak." Balas Pingka menundukkan kepala nya.

"Ibu saya mengundang mu nanti malam ke rumah, untuk membicarakan pernikahan konyol ini ! Saya tidak mengerti, apa yang sudah kamu lakukan ? Sampai Ibu saya bertekuk lutut padamu dan tidak hanya dia, asisten saya pun ikut patuh padamu. Sangat menjijikan ! Apa kamu butuh uang? Atau sebagian harta kami, akan saya berikan dengan suka rela jika kamu berhenti mempengaruhi Ibu saya." Ujar Endra sinis .

"Terimakasih, Pak. Atas nasihat pagi nya, akan saya rekam dengan baik di otak saya, permisi !" Balas Pingka dengan suara sedikit bergetar  menahan tangis meninggalkan ruangan itu.

Rahang Endra mengeras, jika bukan perempuan yang dihadapan nya ini. Mungkin, sudah dipukulnya babak belur. "Akan ku buat kamu tidak akan bertahan di pernikahan ini." Ucapnya geram.

Pingka masih bersikap tenang dan biasa saja saat bekerja, permasalahannya dengan Endra tidak disangkut pautkannya  dengan pekerjaannya.

Setelah beberapa jam bekerja akhirnya Pingka melihat jam di ponselnya, waktunya makan siang pikirnya, dia membuka kotak bekal nya, Pingka sengaja membawa bekal agar tidak naik turun dengan kondisi kaki yang belum sembuh total.

"Pingka, kamu membawa makanan sendiri ?" Sandi menghampiri Pingka yang sedang makan.

"Iya Pak Sandi. Maaf jika membuat anda jijik dengan makanan saya." Pingka menutup kotak makan nya.

"Makanlah ! Aku tidak merasa jijik atau apapun. Hak kamu, mau bawa makanan sendiri atau makan di kantin. Tapi jangan lagi menganggap dirimu rendah Pingka. Kamu sama seperti yang lainnya, kamu juga manusia ! Apa yang membedakan kita?" Ujar Sandi.

"Kenyataannya saya berbeda, saya akan mempermalukan orang lain jika bersama saya, dan saya masih tahu diri, Pak." Pingka sengaja membangun tembok lebih tinggi lagi  agar pandangan Endra sedikit berbeda padanya.

Sandi diam tanpa menjawab, dia mencium sesuatu yang aneh saat Pingka keluar dari ruangan Endra, Pingka seakan membatasi dirinya pada orang lain .

Kamu salah Endra, jika membencinya jangan membatasi dirinya pada orang lain.

Sandi kembali masuk kedalam ruangannya, di sana ia memandang lekat wajah yang sebentar lagi jadi istri atasannya itu. Usai melanjutkan makannya, Pingka kembali kepada pekerjaannya seperti biasa dia selalu sibuk.

"Datanglah sendiri nanti ke rumah, saya akan ke bandara mengantar Melisa." Ujar Endra sambil berlalu.

Pingka tak menjawab hanya mengangguk.

...----------------...

Usai beberapa jam bekerja akhirnya seluruh karyawan pulang dari kantor begitu pun pada Pingka. Dia menunggu bus di halte dekat kantornya tak lupa earphone selalu menempel di telinganya  untuk menemani kejenuhannya menunggu bus.

Setiba di rumah, Pingka membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuknya, setelah makan. Dia pun memanggil taksi online, hampir tiga puluh menit taksi itu datang menjemput.

Menempuh perjalan empat puluh lima menit. Sampailah dia ke rumah besar dan megah milik keluarga Endra. Pingka dengan hati-hati memencet bel rumah itu, tak lama datanglah seorang asisten rumah tangga membuka pintu.

"Selamat malam, saya ingin bertemu dengan Bibi Erly." Ujar Pingka ramah.

"Baiklah, Nak Pingka. Sudah ditunggu." Ujar Bi Lia

Pingka dipersilahkan masuk dan menunggu di sofa ruang keluarga. Tak lama turunlah Ibu Erly, Endra dan juga Melan .

"Oh, ini calon kakak ipar udik yang mau menikah sama Kak Endra?" Ujar Melan sinis.

"Selamat malam Bibi, Pak Endra, Melan." Sapa Pingka ramah

"Jangan mengucapkan nama ku dengan mulut kotor mu!" Ujar Melan sedikit keras.

"MELAN ! Jaga bicara mu , jika hanya pandai menghina jangan ikut campur urusan Ibu." Ujar Ibu Erly tegas. Melan menghentakkan kakinya dengan kesal meninggalkan ruangan keluarga itu. "Maaf, Nak. Melan sudah kasar sama kamu." Lanjut ibu Erly tak enak hati

"Jangan minta maaf Bibi, sebenar nya Bibi ingin membicarakan apa ?" Tanya Pingka to the point

"Begini, Nak. Bibi hanya ingin membahas pernikahan kalian. Kamu ingin pesta seperti apa?" Tanya Ibu Erly lembut.

"Maaf Bi. Apa bisa Bibi pikir ulang lagi tentang perjodohan ini ? Tidak masalah tentang janji pada Almarhumah Ibu saya. Mungkin, beliau bisa memahami kondisi nya." Ujar Pingka.

"Jadi, kamu ingin membatalkan nya ? Maaf, Bibi tidak setuju ! Kamu harus menikah dengan Endra." Ujar Ibu Erly tegas tanpa ingin dibantah.

Terlihat sekali Endra menghela nafas kasar tanda dia putus asa.

"Jika saya setuju menikah dengan Pak Endra, maka tidak ada pesta untuk kami. Cukup pernikahan sederhana saja." Jawab Pingka

"Kenapa? Bibi ingin kamu dikenal oleh keluarga kami dan rekan bisnis Endra." Ibu Erly kurang setuju.

"Aku setuju, Bu. Lebih baik pernikahan ini sederhana saja. Aku juga sibuk  tidak banyak waktu." Tambah Endra yang tidak bisa memikirkan cara lain lagi.

Usai membicarakan masalah pernikahan, Pingka pamit pulang. Atas paksaan ibu Erly, Endra terpaksa mengantarkan Pingka. Saat sudah jauh dari lingkungan rumah nya, Endra menepi dan membuka kunci pintu mobil.

"Turunlah, kamu pikir aku sudi mengantar mu ? Atau satu mobil bersama mu, jangan mimpi !"

Endra melaju dengan kencang setelah Pingka turun dari mobil milik nya.  Endra meninggalkan Pingka seorang diri di pinggir jalan yang remang.

Gadis itu melangkahkan kaki nya yang masih sakit dengan ragam macam perasaan nya, tanpa terasa buliran air matanya berjatuhan tanpa ijin. Angin malam dan sepi nya kendaraan seakan menjadi bumbu perasan nya malam ini. Semilir angin meniup rambut wig panjang sebahu itu menjadi terhembus ke depan menutupi bola mata yang sudah perih menangis, dingin nya malam sudah menusuk kulit lembut nya secara paksa.

Sakit saat di khianat tapi tidak sesakit saat ditolak mentah - mentah. Pingka kembali tersenyum kecut saat mengingat kembali perjalanan hidup nya. Pingka tersadar saat dua orang lelaki bertubuh besar menghadang nya .

...----------------...

Terimakasih sudah membaca jangan lupa dukungan nya 🥰

Maaf kan jika penulisan nya ada typo ya...

Yuk ! Yang mau berteman dengan author follow

IG. iyien_02

FB. Iyien Rira

Terpopuler

Comments

Muli Sari

Muli Sari

air mate menetes dgn sendiri ny

2023-02-19

1

Umi Abi

Umi Abi

aku kutuk si endra

2022-04-17

0

Meylin

Meylin

pinka gak cuma udik tapi bodoh mau aja di injak2 ky kotoran meski ending nya yg laki bucin tapi kurag suka ma sikapnya yg terlalu mnginjak harga diri wanita authournya laki apa cewek ya😳

2021-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Perjodohan
3 Keputusan
4 Sakit
5 Kembali bekerja
6 Pernikahan
7 Tak ingin melihat mu
8 Tetap salah ku
9 Peran yang baik
10 Sandiwara
11 Ada apa denganku ?
12 Sandi & kenangan
13 Kegusaran Endra
14 Berteman
15 Kejujuran
16 Amarah Pingka
17 Cuti
18 Pulkam
19 Tersiksa Rindu
20 Cuti berakhir
21 Amplop Coklat
22 Kebersamaan
23 Segores Tinta
24 Pingka yang malang
25 Hampa
26 Ketakutan Endra
27 Air Mata Endra
28 Membujuk Ibu
29 Malu dan Amarah
30 Water park versi anak desa
31 Tanyakan hatimu
32 Menghibur Endra
33 Tumbangnya CEO 1
34 Tumbangnya CEO 2
35 Apa aku bermimpi?
36 Manja bikin iri
37 Sebatas Kagum
38 Hari terakhir
39 Harus rela
40 Satu tahun kemudian
41 Dekat tak bersentuh
42 Bertemu
43 Harus mendapatkannya
44 Penjelasan
45 Perjuangan Endra
46 Jauh tak berjarak
47 Temani aku
48 Dimas dan Salsa
49 Kejutan Pagi
50 Badmood berujung surprise
51 Pre-Wedding
52 Permohonan Hendri
53 Keputusan Pingka
54 Permohonan Maaf Rania
55 Pernikahan
56 Resepsi
57 Awal Yang Baru
58 Jahilnya Dokter Tampan
59 Satu Hari Bersama Reno
60 Salah Memilih Lawan
61 Pindah Rumah
62 Dimas Yang Cerdik
63 Belanja Berdua
64 Binar Cinta Dokter Tampan
65 Macan Jantan Tumbang Lagi
66 Persenan Cinta
67 Wanita Yang Menarik
68 Jauhi Dia !
69 Ciara Putri Wijaya
70 Haruskah aku percaya?
71 Harapan Endra
72 Pembalasan Endra
73 Kekecewaan Dion
74 Di Permainkan
75 Istri ku kenapa?
76 Wedding Anniversary
77 Manis nya penantian
78 Sepasang Pengkhianat
79 Sepasang Terkhianati
80 Signal Cinta Dokter Reno
81 Pernikahan Ferdy
82 Dokter Vs Asisten
83 Hendri Lagi
84 Lamaran dokter Reno
85 Reno & Arin
86 Kelahiran si kembar
87 Pulang Kerumah
88 Salam manis Pingka & Endra
89 Karya Baru
90 Blurb Karya baru
91 Karya Baru
92 Karya Baru
93 Guys cerita baru
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Perkenalan
2
Perjodohan
3
Keputusan
4
Sakit
5
Kembali bekerja
6
Pernikahan
7
Tak ingin melihat mu
8
Tetap salah ku
9
Peran yang baik
10
Sandiwara
11
Ada apa denganku ?
12
Sandi & kenangan
13
Kegusaran Endra
14
Berteman
15
Kejujuran
16
Amarah Pingka
17
Cuti
18
Pulkam
19
Tersiksa Rindu
20
Cuti berakhir
21
Amplop Coklat
22
Kebersamaan
23
Segores Tinta
24
Pingka yang malang
25
Hampa
26
Ketakutan Endra
27
Air Mata Endra
28
Membujuk Ibu
29
Malu dan Amarah
30
Water park versi anak desa
31
Tanyakan hatimu
32
Menghibur Endra
33
Tumbangnya CEO 1
34
Tumbangnya CEO 2
35
Apa aku bermimpi?
36
Manja bikin iri
37
Sebatas Kagum
38
Hari terakhir
39
Harus rela
40
Satu tahun kemudian
41
Dekat tak bersentuh
42
Bertemu
43
Harus mendapatkannya
44
Penjelasan
45
Perjuangan Endra
46
Jauh tak berjarak
47
Temani aku
48
Dimas dan Salsa
49
Kejutan Pagi
50
Badmood berujung surprise
51
Pre-Wedding
52
Permohonan Hendri
53
Keputusan Pingka
54
Permohonan Maaf Rania
55
Pernikahan
56
Resepsi
57
Awal Yang Baru
58
Jahilnya Dokter Tampan
59
Satu Hari Bersama Reno
60
Salah Memilih Lawan
61
Pindah Rumah
62
Dimas Yang Cerdik
63
Belanja Berdua
64
Binar Cinta Dokter Tampan
65
Macan Jantan Tumbang Lagi
66
Persenan Cinta
67
Wanita Yang Menarik
68
Jauhi Dia !
69
Ciara Putri Wijaya
70
Haruskah aku percaya?
71
Harapan Endra
72
Pembalasan Endra
73
Kekecewaan Dion
74
Di Permainkan
75
Istri ku kenapa?
76
Wedding Anniversary
77
Manis nya penantian
78
Sepasang Pengkhianat
79
Sepasang Terkhianati
80
Signal Cinta Dokter Reno
81
Pernikahan Ferdy
82
Dokter Vs Asisten
83
Hendri Lagi
84
Lamaran dokter Reno
85
Reno & Arin
86
Kelahiran si kembar
87
Pulang Kerumah
88
Salam manis Pingka & Endra
89
Karya Baru
90
Blurb Karya baru
91
Karya Baru
92
Karya Baru
93
Guys cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!