Bab 2

Saat ini Ronan duduk disalah satu kursi taman yang terbuat dari kayu. Dia duduk dengan wajah terengah-engah.

Dia pikir dia akan bisa menyelesaikan misi lari 10 km nya dalam dua jam, tapi fisiknya saat ini benar benar lama hingga dia menyelesaikannya dalam tiga puluh menit lebih lama dari yang dia perkirakan.

“Huft.. huft…”

Ronan kemudian mengangkat botol air yang sebelumnya dia beli di toko yang ada di taman, dia membuka tutupnya dan meminumnya dengan rakus.

Dia benar benar kelelahan kali ini.

Disampingnya, sistemnya telah berbunyi.

-Misi harian telah diselesaikan!

-Selamat! Host menerima uang sebesar lima juta rupiah!

-Selamat! Host menerima keterampilan seni bela diri!

Melirik ke arah sistem itu, Ronan tiba tiba mendengar handphone nya berdering menandaskan adanya notifikasi yang muncul.

Ronan segera melirik handphone nya dan mengecek notifikasi tersebut.

-Pengisian Saldo Rekening Sebanyak Lima Juta Rupiah Telah Diterima.

“Ini benar benar nyata.“

Ronan tersenyum puas. Meski jumlah itu kecil dibandingkan dengan apa yang dia miliki di masa lalu, tapi saat ini, jumlah itu sangat besar.

Sambil tersenyum kecil, Ronan kemudian bergumam:

“Status.“

Nama: Ronan Adgar

Usia: 18 Tahun

Keterampilan: Seni Bela Diri.

Misi Terselesaikan: 1

Sekarang Ronan memiliki keterampilan yang dia dapatkan dari sistem.

Tidak menunggu lama, segera Ronan mengecek detail dari keterampilan yang dia dapatkan.

Seni Bela Diri: Tubuh Host Akan Bergerak Dengan Lincah Dan Mengambil Langkah Terbaik Alih Alih Melakukan Gerakan Yang Sia Sia.

“Bukan taekwondo atau sesuatu seperti boxing ya..? Tapi ini sesuatu yang lebih dari semua itu. Langkah terbaik di tiap situasi, apa lagi yang lebih baik dari ini?“

Ronan tersenyum puas.

Namun, saat ini Ronan tidak mengerti dengan bagaimana keterampilan itu akan aktif.

Apakah keterampilan itu akan aktif dalam situasi tertentu? Atau haruskah dia menggumamkan nya layaknya seorang pahlawan yang menggunakan kekuatannya? Atau kekuatan tersebut akan aktif ketika dia menginginkannya?

Nah untuk saat ini Ronan tidak bisa mengetahui hal tersebut.

Karena itu Ronan hanya menghela nafas panjang karena tidak bisa mencoba kemampuannya langsung.

Namun saat itu…:

“Oh? Siapa ini? Kamu sudah sadar?“

Suara seorang pria mencapai telinganya, suaranya agak familiar tapi Ronan tidak ingat siapa itu.

Melirik ke sumber suara itu, Ronan melihat seorang pria dengan tubuh kekar dan rambut coklat kemerahan yang pendek.

“Lama tidak bertemu, apakah kau baik baik saja?“

Pria itu menyeringai, Ronan sendiri hanya diam.

Setelah beberapa saat diam, Ronan akhirnya berbicara;

“Siapa kamu? Apa kita kenal?“

Ucapan Ronan sepertinya entah bagaimana membuat pria itu terkejut. Pria itu tersenyum dengan canggung dengan urat kemarahan yang tertulis di wajahnya.

“Kau sungguh tidak mengingatku?“

Mendengar itu Ronan menggelengkan kepalanya, meski pria di depannya familiar, dia benar benar tidak ingat sama sekali.

“Aku Harun sialan! Sebaiknya kau mengingatnya!“

'Harun? Uh.. harun… harun… ah..!'

Ronan mengangkat kepalanya seakan mengingat sesuatu, dia kemudian menatap pria bernama Harun itu.

“Aku ingat.. kau adalah salah satu pemulung yang pernah meminta uang kepadaku kan? Heh… kau benar benar sudah besar sekarang"

Ronan di masa lalu ingat pernah memberikan uang kepada seorang pemulung di pinggir jalanan dan nama pemulung itu benar benar mirip dengan pria di depannya.

Diam diam Ronan tersenyum, pemulung itu terlihat lebih baik sekarang, dari segi pakaian hingga penampilannya yang tidak lagi kusam.

Namun, sepertinya pria di depannya itu terlihat marah.

“PEMULUNG ITU HARON! DAN AKU HARUN SIALAN! AKU ADALAH BAWAHAN DARI ALBERT! APAKAH KAMU INGAT SEKARANG?!“

Mendengar teriakan pria itu membuat Ronan menjadi serius.

Sepertinya dia salah orang, tapi Ronan langsung melupakan hal itu ketika dia mendengar nama mantan sahabatnya, Albert disebut.

'Bawahan Albert…? Ah, aku ingat'

Ronan akhirnya mengingatnya, jika dahulu Albert tidak bersamanya untuk bermain, maka dipastikan bahwa Albert sedang bersama dengan pria di depannya.

Sungguh, Ronan benar benar baru saja mengingatnya.

“Jadi itu kamu, bagaimana kabarmu?“

Tidak ada lagi sikap santai sebelumnya, sikap Ronan tiba tiba berubah menjadi tenang dengan senyuman kecil di wajahnya.

Ronan khawatir dia tidak akan memiliki kesempatan dalam waktu dekat untuk mencoba keterampilan nya.

Tapi, bukanlah kesempatannya itu datang dengan sendirinya?

Pria itu, Harun terlihat menyeringai.

“Akhirnya kau ingat.., aku disini menghampirimu karena ingin bertanya dengan kehidupanmu, bagaimana? Apakah menurutmu bagus dibawah sana? Kau yang dulunya seorang tuan muda yang dihormati sekarang berada dibawah dengan keadaan sulit”

Melihat pria yang mengejeknya itu Ronan bukannya marah malah tersenyum kecil.

“Heh… kamu mau tau?“

Ronan berdiri, meski dia saat ini tidak setinggi dengan pria Harun itu.

Ronan menatap pria Harun itu kemudian dengan senyuman diwajahnya dia berkata:

“Mengapa kamu tidak merasakannya sendiri saja?“

Harun menjadi terdiam ketika melihat sikap Ronan yang menentangnya.

“Apakah kamu mengejekku? Buang muka tenangmu itu sialan!“

Ronan mengangkat bahu, masih mempertahankan senyuman diwajahnya. Meski Ronan saat ini sudah bukan lagi seorang tuan muda, tapi kharismanya sebagai seorang tuan muda masih ada.

Harun mengeraskan rahangnya saat dia menatap Ronan dengan penuh kemarahan jelas.

“Akan kubuat wajah tenangmu itu berubah menjadi jelek.“

Mengangkat tangannya, Harun melesatkan sebuah pukulan ke arah Ronan. Ronan sendiri hanya diam dan tiba tiba menggeser sedikit tubuhnya kesamping hingga dia mengindari pukulan itu dengan mudahnya.

“Ah, jadi begitu cara kerjanya… sungguh menarik”

Ronan menggumamkan sesuatu yang tidak Harun pahami, tapi Harun saat ini jelas terkejut melihat Ronan yang berhasil menghindari serangannya.

Harun tidak terima dengan hal itu, dia kemudian lanjut melesatkan serangan demi serangan namun berhasil di hindari dengan mudah dan sempurna oleh Ronan.

“Jangan menghindar sialan!“

Ronan tersenyum.

“Eh? Aku tidak mau dipukul”

Harun masih terus melancarkan serangannya tanpa henti hingga akhirnya beberapa menit dia merasa lelah setelah memukul angin.

“Kau! Bagaimana bisa ka-”

Saat Harun mencoba memprotes dengan wajah terengah-engah, tiba tiba sebuah kepalan tangan datang dan memukul wajahnya dengan keras.

Satu pukulan itu membuat Harun kehilangan kesadaran dan berakhir pingsan di taman yang kebetulan sedang sepi itu.

Senyuman di wajah Ronan berangsur-angsur hilang. Dia menatap tangannya dengan tenang.

Terlihat tangannya yang sebelumnya memukul wajah Harun lecet.

“Sepertinya aku benar benar harus terus berolahraga.“

Faktanya, meski Ronan memiliki keterampilan yang luar biasa, sayangnya fisiknya tidak mampu mengimbangi sehingga tangannya menjadi terluka karena dia sendiri yang menyerang.

Dia membutuhkan fisik yang kuat yang mampu mendukung seni bela diri miliknya.

“Omong-omong, aku baru menyadarinya…”

Ronan melirik ke sampingnya, dimana sistem memperlihatkan bahwa dia ternyata telah menyelesaikan satu misi tanpa dia sadari.

***

Terpopuler

Comments

Naga Hitam

Naga Hitam

paling langkah seribu

2024-10-16

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

terus

2024-07-03

0

Izhar Dewantoro

Izhar Dewantoro

seharusnya di tuliskan juga suara pukulannya thoorr,,,misal,bukk dn klo jatuh gdebukk atau braakk,,,biar kita bisa merasakan emosi dri setiap adegannya thoor,,bukan hanya keterangan ketika jatuh dan kalah,,sdngkan di awal bab ada kau tulis suara hembusan nafasnya "huff huff" la pas kelahi tak ada suara,kan aneh jdinya

2024-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!