Wejangan dari para tetua didengarkan baik-baik oleh Alya maupun Aldan. Semua tentang ujian pra nikah dan aturan lainnya, Alya tidak menyangka jika hubungan pernikahan serumit itu. Tatapan mata Alya tertuju kepada Aldan yang duduk tepat disamping nya. Pria itu benar-benar serius mendengar nasehat dari Reygan, bahkan seperti orang yang benar-benar menginginkan pernikahan ini.
Tatapan mata Alya beralih ke jam dinding, sudah hampir larut malam tapi para orang tua masih bicara panjang lebar. Tiba-tiba saja Alya menguap besar membuat semua orang menatap kearah nya.
"Lo ngantuk?" Tanya Aldan yang langsung mendapatkan anggukan mantap dari Alya.
"Kalau nguap itu udah pasti ngantuk, gitu aja masih nanya!" Alya menjawab tak kala ketus, membuat Aldan menatap tak suka wanita disamping nya itu.
Zea tahu kalau keributan akan terjadi, ia menggelengkan kepala saja melihat kedua pasangan itu.
"Ayo, Kak.. Zea antar ke kamar kak Aldan, sekalian Zea juga mau tidur." Ajak Zea yang langsung diangguki oleh Alya.
Alya pergi begitu saja tanpa pamit kepada Aldan, ia merasa semua sudah cukup jelas. Apa lagi Reygan dan Dara akan menginap selama satu malam, Alya menjadi lega karna masih ada kedua orang tuanya.
Kepergian Alya membuat para orang tua menatap serius kearah Aldan. Ntah kenapa kali ini perasaan Aldan menjadi tidak enak, seperti sedang diteror oleh sesuatu.
"Ayah mau, kalian jangan berhubungan dahulu.." Ucap Aslan tapi seperti nya Reygan tidak setuju dengan itu.
"Tidak bisa seperti itu, Aslan. Mereka sudah menikah SAH, melakukan hal itu memang sudah seharusnya. Malah jika tidak melakukannya Aldan dan Alya akan mendapatkan dosa, karna itu semua sudah tertera diijab qabul." Semua ucapan Reygan dibenarkan oleh semua orang.
Aldan jadi bingung sendiri, ia juga tidak membayangkan kearah sana. Bahkan Aldan lupa jika sehabis menikah ada kegiatan malam pertama. Sumpah, Aldan benar-benar tidak ingat dengan itu.
"Tapi, usia Alya masih sangat muda jika harus hamil. Aku juga memikirkan keselamatan anakku, kita sudah merenggut masa muda mereka." Timpal Dara yang langsung membuat Reygan dan Aslan berpikir serius.
Semua orang terus berdebat meributkan hal ranjang saja. Padahal sang pelaku hanya diam mendengarkan saja, Lama-lama Aldan bosan juga. Diam-diam ia berlalu pergi, Aldan tidak tahu apa yang dipikirkan para orang tua.
"Iya kali gue ngawini tu bocah, nggak nafsu lah!" Aldan bermonolog sendiri sambil menambah menaiki tangga.
Aldan sudah merasa gerah dengan tubuhnya, seharian ini banyak sekali melakukan aktivitas yang cukup melelahkan.
"Mandi, baru tidur.." Kata Aldan sembari membuka pintu kamar.
Pintu kamar terbuka pandangan mata Aldan langsung tertuju kepada Alya yang tengah menyisir rambut. Aldan lupa jika kamarnya sekarang sudah berbagi dengan wanita menyebalkan baginya.
"Lo udah mandi?" Tanya Aldan sembari mengunci pintu.
"Sudah, Hem tadi gue pake sabun mandi yang ada disana. Lagian gue lupa bawa sabun mandi, terpaksa pake yang ada disana."
Aldan mencium aroma sabun favorit nya kala mendekat dengan Alya. Ia hanya mengangguk saja, lagian juga hanya perkara sabun.
"Besok hari minggu, bawa Zea untuk belanja semua kebutuhan Lo deh." Ucap Aldan sembari duduk disofa.
Angin malam yang masuk melalui jendela kamar membuat rambut panjang Alya berantakan. Aldan mengeluarkan rokok dari laci disebelah nya, ia ingin menghirup nikotin untuk membuang rasa sakit kepala.
"Gua nggak ada uang, ayah belum ngasih uang bulanan." Kata Alya yang membuat aktivitas Aldan yang tengah menghidupkan korek api terhenti.
"Ngapain minta sama ayah Reygan? Lo kan udah istri gue, Al.. Apapun yang lo butuh, minta sama gue." Aldan mempertegas membuat Alya terdiam.
Jujur Alya tidak menyangka jika Aldan akan bersikap dewasa seperti ini. Pria itu benar-benar menjalani semua peraturan pernikahan, mengingat jiwa nakal Aldan yang diatas rata-rata.
"Lo yakin?" Alya bertanya untuk lebih memastikan.
Aldan yang tengah menghisap batang rokok mengangguk mantap. Ia menatapmu datar kearah Alya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ia merasa malam ini Alya sedikit berbeda, piyama pink itu sungguh pas di tubuhnya.
Sementara Alya memikirkan hal yang ajaib, ia akan mengerjai Aldan kali ini.
"Gue nggak yakin si kalau Lo bisa menghidupi, karna semua kebutuhan gue juga nggak sembarangan." Ucapan Alya membuat Aldan hanya diam menikmati rokoknya.
"Lo raguin keuangan gue?" Tanya Aldan sembari membuang puntung rokok itu di tempat sampah. Alya mengangguk, ia tidak yakin jika Aldan akan memiliki uang sebanyak itu. "Cih, air mata Lo aja bisa gue bayarin sekarang!" Ucap Aldan tak kala angkuh membuat Alya langsung melengos.
Aldan benci karna melihat Alya seakan tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Aldan langsung bangkit, membuka brankas yang ia miliki. Alya hanya memerhatikan saja apa yang dilakukan Aldan dari kejauhan. Terlihat Aldan mengambil satu kartu hitam yang mana hanya orang tertentu yang bisa memiliki itu.
"Nih, pakai sesuka mu. Tapi, jangan terlalu boros. Gue belum aktif bekerja, nanti kalau gue udah lulus..Mau sehari habis 100 juta juga nggak masalah." Ucap Aldan dengan nada yang cukup angkuh di telinga Alya.
Tangan Alya begetar kala memegang kartu itu, jujur ia tidak menyangka akan memegang benda langkah itu. Alya mendongak menatap Aldan yang tersenyum tipis, ia seperti mimpi memiliki kartu unlimited itu.
"Intinya besok belanja dengan Zea, kebutuhan semua yang Lo butuhkan. Jangan terlihat miskin, suami Lo nggak semiskin yang Lo pikirkan selama ini." Kata Aldan.
Aldan berlalu pergi menuju bathroom meninggalkan Alya yang masih ternganga. Tangannya masih bergetar memegang kartu hitam itu, Alya menjadi sakit kepala harus membeli apa dengan kartu hitam ini.
"Suami gue benar-benar kaya, astaga!" Gumam Alya di dalam hati.
Tidak berpikir panjang lagi, Alya mengambil tas selempang nya yang tergeletak di nakas. Membuka dompetnya, memasukkan kartu hitam itu disana. Alya tersenyum senang, sekalipun Aldan jahil tapi ia tidak menyangka akan mendapatkan fasilitas mewah seperti ini.
"Kalau ni orang ternyata sekaya ini, kenapa suka kali merampas makanan ku?" Alya jadi penasaran sendiri, ia suka bingung dengan sikap Aldan selama ini disekolah.
Apapun yang dimakan Alya maka Aldan akan merampasnya, seperti orang yang tidak diberi uang jajan oleh keluarga nya. Alya semakin yakin, Aldan memang sengaja membuatnya marah dan kesal sepanjang hari di sekolah.
Mata Alya mengelilingi keseluruhan kamar luas yang Aldan miliki, ia tertuju pada salah satu gambar yang cukup Alya kenal. Perlahan ia bangkit, mata Alya membola sempurna kala melihat gambar yang sangat ia kenali.
"Astaga, ternyata Aldan ketua genk motor Matthew Angel?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments