Belum terasa hening suasana saat itu, masih banyak teman yang belum berhenti tertawa, menyaksikan tingkah Hidayat yang berubah drastis menurut mereka.
“Emil.... Emil kenapa gak dari dulu kamu kayak begini!!!
Ucap Ernita yang merasa heran bercampur senang melihat perubahan sikap Emil Hidayat.
“Kenapa sih Ernita???
Dayat berkata dengan nada sedikit meledek cara bicara Ernita
Awas ya Emil, kalau sampai nyakitin Ike lagi, awas z yah!!!
Sambil mengepalkan tangan Ernita mengarahkannya pada Emil, seolah memberi ancaman agar Emil tak menyakiti hati Ike lagi.
“Siapa yang nyakitin dia Er.... siapa.
Gak pernah abang nyakitin adik kan???
Dayat berkata pada Ernita lalu lanjut mengarahkan perkataannya pada Ike seolah membela dirinya sendiri. Sambil senyum salah tingkah dia meraih kepala Ike, dan meletakkannya diatas pundak mungil namun sedikit kekar miliknya. Pemandangan tersebut semakin heboh, membuat teman-teman bersorak melihat tingkah Hidayat.
Cie.... Cie Hahaha.... Hahaha
Suara sorakan dan tawa teman-teman semakin ramai, Ernita semakin terkekeh-kekeh melihat pemandangan tersebut. Tiada yang pernah menyangka seorang cowok smart, keren, cold dan super cuek seperti Emil Hidayat, bisa bikin suasana menjadi romantis.
Arfan juga tak ingin kalah dengan Hidayat, dia juga meraih kepala kekasihnya dan meletakkannya diatas pundaknya.
“Hum... Kirain Cuma kamu z yang bisa bikin romantis lek, aku juga bisa loh!!!
Sindir Arfan pada Hidayat, suasana menjadi semakin heboh. Teman-teman semakin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku mereka.
Hahaha... Hahaha.... Hahaha suara canda tawa mereka yang terus menerus di sepanjang jalan menuju tempat PPM, membuat Mahasiswa PAI lainnya merasa heran, ntah mengapa PAI-7 bisa sebahagia itu.
Namun... Tanpa disadari ada sedikit kesedihan dan kekecewaan yang terlihat di wajah Imay sahabat Ike. Memang saat itu Imay ikut tersenyum dan tertawa bahagia, tetapi tawanya seperti mengandung kekecewaan. Tertawa yang terasa berat dan tidak tulus terlihat dari raut wajahnya.
Hmm... Mungkin Imay merasa sedikit kecewa, karena lelaki yang sangat dia kagumi terlihat begitu tulus menyayangi Ike. Tak tahu sayang seperti apa yang diberikan Dayat pada Ike, sebatas sayang seorang abang untuk adiknya, atau sayang sebagai kekasihnya.
Ntah lah, bingung mengartikannya teman-teman....
Tapi dimata anak PAI-7 saat ini, Hidayat dan Ike memang seperti sepasang kekasih.
Melihat ekspresi wajah Imay berbeda, Ike merasa sangat bersalah. Tetapi Ike sendiri juga bingung dengan perasaannya. Ada rasa sedikit bahagia karena begitu diperhatikan oleh Hidayat, namun ada juga rasa bingung dan bimbang.
Bingung mengartikan perasaan apa yang saat ini dia rasakan.
Bingung melihat sikap Hidayat yang drastis berubah menjadi romantis....
Bimbang, apakah ini hanya mimpi atau hanya suasana sementara saja....
Ntah lah,bika semakin difikirkan akan menambah beban pikirannya saja, mungkin membiarkan semuanya mengalir apa adanya merupakan jalan terbaik untuk mereka. Ike masih tetap terdiam sambil memejamkan matanya, berpura-pura tidur dipundak Hidayat seolah menghindari kehebohan dan mungkin salah paham yang diciptakan Hidayat.
Ike tak berhenti memikirkan perasaan Imay saat itu, ingin sekali rasanya ia memeluk sahabatnya agar sedikit menenangkan hatinya. Tapi tak mungkin saat itu juga Ike memeluknya, karena akan semakin menyakiti hatinya.
Truck TNI masih terus melaju, diiringi dengan nyanyian dan candaan PAI-7. Sebagian dari mereka sudah tertidur lelap sejak separuh perjalanan dimulai. Dan sebagian lagi masih tetap terjaga serta bercanda ria, sambil menikmati indahnya suasana di sepanjang kota.
Setibanya di tempat tujuan mereka kembali berteriak bahagia.
Ah.... Akhirnya sampai juga......
Teriak Sartika dan Ernita juga teman lainnya...
Mereka merasa bahagia melihat keindahan yang ada dihadapan mereka, keindahan sebuah Desa yang damai, sejuk dan nyaman. Berbaris pepohonan yang hijau, membuat Desa tersebut terlihat begitu asri. Tempat tinggal atau posko yang akan mereka tempati juga terlihat layak dan nyaman. Begitu juga dengan penduduknya yang sangat ramah, penuh dengan senyuman indah ketika menyambut kedatangan mereka.
Bayang-bayang seram yang mereka bayangkan seperti di film layar lebar, tentang Desa pedalaman ternyata tidak terlihat di Desa tersebut.
Hmm rasanya tenang, damai, dan bakalan betah kayaknya tinggal disini.
Ujar Ike dengan nada lembutnya.
“Iya nak, kayaknya betah lah nanti kita tinggal disini...
Sambung Tika menanggapi perkataan Ike
“Ayo silahkan masuk Bapak / Ibu.
Seorang Bapak setengah tua mempersilahkan mereka masuk ke dalam posko yang telah di siapkan. Mungkin dia Bapak lurah atau ketua RT/RW di Desa tersebut.
“Oh iya iya pak sahut mereka serentak.
“Sebelumnya terima kasih banyak ya pak, kami sudah di izinkan mengadakan Pengabdian Masyarakat di Desa bapak. Arfan mulai membuka pembicaraan.
“Iya iya pak Arfan, tapi mohon maaf kalau ada kekurangan fasilitas di tempat ini pak. Ujar bapak tersebut
“Gak usah panggil Bapak lah pak, panggil Arfan z, masih anak-anaknya kami semua ini pak. Sambil tersenyum Arfan seolah memperkenalkan diri. Gak apa-apa fasilitasnya uda lebih dari cukup pak.
Sambungnya kembali karena merasa sungkan telah merepotkan.
“Oh iya karena mungkin tempatnya gak cukup kalau semuanya disini, jadi kami sudah mempersiapkan posko yang kedua dirumah warga, yang kebetulan seorang janda tua yang hanya tinggal bersama cucunya.
Bapak tersebut mengingatkan bahwa ada posko yang kedua untuk mereka.
“Oke... Oke pak, jadi makin ngerepotin pak.
Sambung Arfan kembali
“Ya uda istirahat z dulu, nanti kalau mau ke posko yang kedua biar diantar.
Kata bapak itu kembali.
“ Iya iya pak, nanti kami kesana, sekarang kami mau pembagian kelompok lebih dulu ya pak.
Ujar Arfan kembali.
“Oke silahkan, saya tinggal dulu yah.....
Bapak tersebut berpamitan meninggalkan mereka.
Oke... Oke pak, makasih banyak ya pak..... sahut mereka serentak.
Kemudian Arfan mulai membagi kelompok mereka menjadi 2 kelompok. Dan setelah pembagian kelompok selesai, mereka mulai mempersiapkan makan malam untuk makan bersama-sama sebelum mereka berpisah tempat tinggal.
Kehebohan mulai terjadi, ketika para wanita harus memasak makan malam untuk mereka semua.
“Ayo kawan-kawan kita mulai masak!!!
Teriak Sartika yang mulai mengajak teman-teman wanitanya.
“Memangnya bunda bisa masak?
Tanya Ike yang merasa sedikit ragu dengan sartika
“Tenang z ndok, kalau di kost bunda yang masak.
“Cocok itu, cepatlah kalian masak yang enak, uda laper kami.
Sambung Arfan yang menyetujui rencana mereka.
“Awas kalau masakan kalian gak enak yah, males aku makan.
Ucap Andre yang ikutan bicara
“Gak usah makan sekalian kamu Andre..
Sahut Ike dengan nada juteknya
“Iya cocok itu, masak sendiri z sana kamu Andre...
Sambung Ayu yang juga merasa sebel dengan Andre.
“Iya lah iya menang kalian, cepat lah masak aku ikut makan nanti.
Andre berkata seolah sudah kalah menghadapi mereka.
Kemudian mereka mulai meracik sayuran yang akan mereka masak. Sebagian teman wanita ada yang sibuk memasak nasi, ada juga yang meracik sayuran dan menyiapkan bumbu masakan, serta ada juga yang membantu teman pria menyalakan api untuk memasak.
Para pria juga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang membereskan barang-barang bawaan mereka, ada yang membantu wanita membereskan tempat untuk mereka makan, ada juga yang sedang asik mengotak atik kamera untuk dokumentasi kegiatan mereka.
“Bunda... Bunda, biar Ike z yang masukkan airnya ke dalam wajan..
Teriak Ike yang melihat Tika sedang mulai memasak
"Iya nak, sinilah masukan airnya.
“Sabar Bun Ike ambil airnya dulu
“Oke nak.
“Bang Agi.... Bang Agi, fotokan kami disini.
Dengan suara manjanya Ike memanggil seorang lelaki berkulit hitam manis, memiliki wajah dan senyum yang sangat manis, dan mempunyai suara yang lemah lembut abis. Dia lah Syafi’i Saragi pria yang juga menjadi idola di PAI-7. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa pria yang awalnya mereka pikir biasa saja, ternyata seorang Tahfiz Al-Qur’an yang sangat luar biasa.
“Iya Ike, suaranya yang begitu lembut menghanyutkan suasana, “mana lagi teman yang lain biar foto bareng z sama Ike, Sahut Saragi kembali.
“Ayo kawan-kawan foto dulu kita disini, teriak Sartika yang memanggil teman-teman wanitanya.
Setelah selesai mengambil dokumentasi kegiatan pertama, Saragi lanjut mencari dokumentasi lainnya. Tak lama kemudian masakan selesai, mereka pun mulai makan malam bersama-sama. Sambil bercanda ria layaknya seperti keluarga, PAI-7 tak lupa menjadikan moment malam itu sebagai dokumentasi yang paling indah.
Selesai makan malam bersama, Imay, Nisa, Ike, Ayu dan beberapa teman lainnya harus berangkat menuju posko kedua sesuai dengan pembagian kelompoknya.
“Bunda jangan nangis ya, kami pindah dulu.... Hehehe...
Ucap Ike pada Tika masih dengan nada manjanya
“Iya nak, awas jangan macem-macem sama wak Regar yah!!!
“Alamak kenapa gitu pesannya bun???
Ike merasa sedikit heran dengan pesan Tika yang menyuruhnya jangan macem-macem dengan Regar.
“Iya lah pokoknya jangan aneh-aneh kalian disana.
Sahut Yokhani yang ikut memberi pesan.
“Hmm oke lah bun.
“Tenang aman itu, uda ayo say....
Sambung Ayu sambil menarik tangan Ike, seolah ingin segera bergegas berangkat menuju posko kedua.
“Cek gu .... Cek gu Yokhani memanggil Risna sambil memberikan semangat, “Baik-baik kalian disana yah!!!
Kemudian mereka pun berlalu meninggalkan Sartika, Yokhani dan teman-teman lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments