Hana masih tidak bisa percaya mendengar ucapanku barusan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang menerima gelang mewah itu. Akan tetapi mau tak mau kita harus mengembalikannya karena tidak ingin ada hal-hal buruk kedepannya yang terjadi
"Kamu bilang apa barusan Key? "
"Iya Han, tuan Faren ternyata sudah beristri"
"Hah serius? lalu buat apa dia mendekati kamu selama ini? mau di jadikan istri kedua? "
"Boro-boro istri kedua, aku aja sekarang udah berasa jadi selingkuhan Han"
"Udah Key udah, lebih baik kita kembalikan ini. Semua barang-barang yang pernah kamu Terima darinya"
"Iya Han aku juga berniat begitu"
"Tapi kenapa pak Rian gak bilang apapun soal tuan Faren yang sudah beristri? justru dia mendukung saja selama ini"
"Namanya anak buah udah pasti ikut apa kata bos lah Han"
"Iya sih"
"Terus barang belanjaan kamu jangan lupa"
"Kok kamu tahu itu dari tuan Faren? "
"Tahulah"
"Tapi ini kan makanan Key, gimana mau di kembalikan? "
"Udah kembalikan saja"
"Haduh yaudah deh dari pada suatu saat kita di labrak sama istri sahnya"
Kamipun tiba di rumah masing-masing, Hana menitipkan semua barang-barang yang di berikan tuan Faren padaku. Rencananya besok aku akan mempacking semuanya jadi satu lalu mengembalikannya ke alamat yang ku dapat dari kartu nama yang pernah di berikan oleh Rian waktu itu.
Ibu dan Ayu melihatku turun dari mobil, mereka membantuku membawa beberapa paper bag yang sudah ku ceritakan tadi.
"Wah banyak banget oleh-olehnya mbak" ucap Ayu
"Itu bukan punya mbak Yu"
"Terus punya siapa? "
"Titipan teman"
"Yah padahal Ayu pengen minta"
"Udahlah Yu kapan-kapan mbak belikan"
"Yaudah deh"
Kamipun masuk ke dalam rumah, setelah selesai bersih-bersih aku merebahkan diri di atas kasur. Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata telfon dari tuan Faren. Aku tak menjawabnya, ku sengaja agar dia berhenti menghubungiku. Beberapa kali panggilan tak terjawab, aku memutuskan untuk mensilent ponsel dan mencari kardus bekas.
Terlihat ibu memegang beberapa lembar kertas sembari duduk di tepi ranjangnya, aku masuk saat pintu kamar tak begitu tertutup rapat
"Bu... "
"Key, kamu gak tidur? "
"Nanti bu, Keyna mau nyari kardus"
"Buat apa? "
"Itu kirim paket ke teman Keyna, ini apa bu? "
"Ini pemberitahuan biaya kuliah adik kamu yang harus segera di bayar"
Aku melihat kertas yang di berikan ibu, Ayu memilih dua fakultas cadangan yaitu hukum dan kedokteran. Keduanya memiliki angka fantastis untuk setiap biaya bulanannya
"Ndok... "
"Iya bu"
"Sebaiknya adikmu kuliah di universitas biasa saja"
"Udah bu gak apa-apa, lagian Keyna juga ingin melihat Ayu berhasil. Ibu juga kan, jangan sampai Ayu seperti Keyna bu"
"Tapi Key, lima belas juta perbulan itu angka besar. Belum lagi kegiatan-kegiatan lainnya"
"Bismillah ya bu, semoga tabungan Keyna cukup"
"Makasih ya Key, seharusnya ini bukan tanggung jawab kamu. Oh ya kamu cari kardus sebesar apa? "
"Oh ya di belakang ada kardus bekas televisi ya bu, udah Keyna pakai itu saja"
Akupun keluar dari kamar ibu sembari membawa lembaran kertas tadi, ku ambil kertas di belakang dan membawanya ke kamar. Ku masukkan semua barang-barang yang di berikan tuan Faren lalu ku tuliskan alamat di atasnya, semua sudah selesai besok aku akan minta Dimas membawa kardus itu ke ekspedisi agar segera terkirim.
*
Keesokan harinya setelah ku titip kardus besar berisi barang-barang yang akan ku kembalikan pada Dimas akupun kembali menuju kamar, terlihat Ayu tengah men scrool ponselnya di depan televisi
"Mbak... " panggil Ayu saat aku akan masuk ke dalam kamar
"Iya Yu, kenapa? "
"Mbak yakin bakal biayain kuliah Ayu? "
"Memangnya kenapa Yu? kamu gak yakin mbak mampu?"
"Bukan begitu mbak, lebih baik Ayu kerja aja"
"Nggak, kamu kuliah jangan sampai salah satu anak ibu gak ada yang berhasil"
"Tapi biaya masuknya saja sudah segitu banyak mbak, belum lagi biaya lainnya"
"Do'a kan mbak mu ini ya semoga rezekinya lancar selalu"
"Amin mbak, oh ya mbak lusa budhe Tina ada hajatan"
"Oh ya, siapa? "
"Mas Wahyu nikah mbak"
"Oh, kamu mau kesana? "
"Kita di ajak tapi kalau naik mobil bibi Rumi pasti kita akan di ejek mbak"
"Lalu mau gimana? "
"Ikut mobil mbak Wiwik gimana mbak? "
"Kamu pergi saja sama ibu, mbak gak janji bisa ikut"
"Yasudah mbak"
"Ibu kemana Yu? "
"Sudah berangkat mbak"
"Kamu ndak nyusul?"
"Iya sebentar lagi"
"Ya sudah, jangan lupa tutup pintunya ya mbak mau tidur"
"Iya mbak"
Akupun kembali masuk ke dalam kamar, perasaanku kembali terganggu dengan pernyataan Ayu yang beranggapan bahwa keluargaku memang selalu di pandang rendah oleh para saudara ibu yang lain. Hal inilah yang membuatku merasa termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi, tak akan ku biarkan mereka terus mencaci ibu karena membesarkan anak tanpa suami.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 aku baru saja selesai mandi dan berniat untuk kembali menuju kamar, saat sampai di depan pintu ku dengar suara mobil berhenti di depan halaman rumah. Aku berjalan menuju jendela yang menghadap ke teras dan terlihat Rian tengah membuka pintu dan tuan Faren keluar dari dalam mobil tersebut. Sontak aku terkejut bukan main, bagaimana bisa mereka datang kemari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Aku segera berlari ke dalam kamar dan menyahut cardigan yang tersampir di belakang pintu, ku lepas handuk yang sedari tadi menutupi kepalaku yang basah hingga tak sempat menyisirnya.
Suara ketukan sudah beberapa kali menggema, aku sesegera mungkin pergi ke depan dan membukanya. Wajah tuan Faren terlihat serius menatapku yang keluar tanpa make up dan dengan penampilan acak-acakan ini, hanya ada daster berwarna biru selutut dan cardigan putih menempel di tubuhku.
"Tu tuan Faren"
"Boleh saya masuk? "
"Kita duduk di teras saja tuan, di rumah tidak ada siapapun tidak enak jika ada tetangga yang melihat"
"Baiklah"
Aku mempersilahkan tuan Faren duduk di kursi panjang depan teras, sementara Rian masih berdiri di samping mobil.
"Keyna,akhirnya saya bisa menemui kamu"
"Tuan ada apa kemari? "
"Saya bingung kenapa sejak kembali dari Jakarta kamu tidak memberi kabar ataupun membalas pesan saya"
"Maaf tuan memang sepantasnya saya tidak menanggapi pesan anda sejak awal"
"Kenapa Key? apa saya ada salah? "
"Tuan Faren seharusnya lebih tahu apa alasan saya, jadi lebih baik mulai sekarang kita tidak saling kenal. Anggap saja hubungan kita hanya sebatas customer dan marketing saja"
"Tunggu, Key? apa ada kata-kata saya yang menyinggung kamu? atau sikap saya yang membuatmu tidak nyaman? "
"Bukan tuan, hanya saja saya tidak mau menjadi masalah dalam kehidupan anda. Saya juga tidak berniat untuk memiliki hubungan lebih dari ini dengan anda"
"Nona Keyna tolong jelaskan dimana letak kesalahan saya"
"Cukup tuan, silahkan pergi saya sedang tidak ingin di ganggu" ucapku sambil berdiri dan membelakangi tuan Faren
"Nona Keyna... "
"Tolong tuan, pergi.... "
Setelah beberapa saat terasa sunyi tuan Faren kemudian melangkah menuju mobilnya sambil terus masih menatapku, nampaknya dia sangat terkejut dengan sikapku barusan. Aku tidak perduli, lebih baik seperti ini daripada aku harus mendapatkan masalah kedepannya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments