Di saat kami bertiga mengobrol tiba-tiba tuan Faren pamit untuk menerima telfon, entah kemana dia pergi meninggalkanku begitu saja bersama ayahnya. Aku cukup canggung karena kami baru pertama kali ini bertemu, untung saja tuan Elsen begitu bisa membaca kondisi
"Nona Keyna, bagaimana sembari menunggu Faren saya ajak anda berkeliling di beberapa tempat rumah ini"
"Bolehkah tuan? "
"Tentu saja, silahkan"
Kami berjalan menuju ruang dalam, ada perpustakan kecil di bawah tangga yang cukup menyita perhatianku. Disana ada beberapa foto keluarga yang cukup harmonis terpampang besar,seorang anak kecil begitu menyita perhatianku berada di pangkuan tuan Elsen waktu itu,Aku berfikir mungkin itu adalah cucu tuan Elsen,namun perempuan yang berdiri di sebelah tuan Faren sepertinya tidak asing bagiku.
Kamipun melanjutkan menuju ruang keluarga, disana lebih hangat karena beberapa foto-foto kecil tertata rapi di atas meja. Aku melihat seorang anak kecil yang pernah ku tolong waktu di taman kemarin,
"Tuan Elsen... "
"Ya"
"Siapa anak laki-laki dalam foto ini? "
"Oh itu adalah cucu saya, Hiru namanya"
"Cucu?? "
"Ya, dia putra Faren"
Jantungku tiba-tiba seperti berhenti, putra? berarti perempuan yang ku temui bersama anak laki-laki yang ku tolong di taman waktu itu adalah istri tuan Faren? lalu kenapa dia berani mendekatiku? bahkan tuan Elsen seperti tidak mempersalahkan jika putranya membawa perempuan lain kerumah ini.
"Lalu foto perempuan di bingkai keluarga tadi adalah istrinya? kenapa mereka terlihat agak berbeda, ia jauh lebih cantik pada foto keluarga itu"
"Ya seperti itulah kehidupan, kadang perempuan selalu merasa bisa mandiri namun kenyataannya dia masih membutuhkan laki-laki untuk kehidupannya"
Aku benar-benar tidak menyangka, tuan Faren telah membohongi ku. Dia bahkan berniat menjadikan aku sebagai istri keduanya, benar-benar licik, untung saja perasaanku terhadapnya belum tumbuh begitu besar sehingga dengan mudahnya aku bisa menghapus perasaan ini dengan kebencian ku terhadapnya.
Saat kami berhenti dan memutuskan duduk di sofa ruang keluarga, tuan Faren kembali dan ikut duduk bersama kami. Dia melingkarkan lengannya di senderan sofa tepat di belakang tubuhku, aku bergegas berdiri dan memberikan ucapan perpisahan kepada tuan Elsen
"Tuan Elsen, terimakasih telah mengajak saya berkeliling rumah ini. Rumah yang bagus dan sangat hangat, semoga keluarga anda selalu bahagia"
"Terimakasih nona Keyna, senang anda mau berkunjung kemari. Kapanpun pintu rumah ini akan selalu terbuka jika anda ingin datang kemari"
"Terimakasih banyak tuan, kalau begitu saya permisi"
Aku berjalan menuju pintu keluar, terlihat tuan Faren panik dan kebingungan melihat sikapku yang tiba-tiba pergi begitu saja.
"Nona Keyna, Keyna.... " teriaknya
Aku tak menjawabnya dan pergi begitu saja
"Kejar Ren.... "
"Iya pa"
Aku berjalan begitu cepat untuk mencari tempat aman agar Faren tidak menemukanku, sengaja aku masuk ke sebuah warung kecil setelah menemukan pemukiman warga. Ku amati dari sana mobil Faren baru saja melintas, aku menghela nafas lega. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 15.00
"Neng silahkan tehnya" ucap penjaga warung yang merupakan perempuan seusia bibiku
"Mbak saya mau tanya"
"Iya neng"
"Kalau dari sini mau ke Jakarta kendaraan paling cepat apa ya? "
"Waduh kalau itu saya kurang tahu neng, saya jarang ke Jakarta jam segini"
"Mbak mau ke Jakarta? " tanya salah seorang laki-laki muda seusia ku yang keluar dari dalam warung itu
"Iya mas"
"Bisa bareng saya kalau mbak mau berangkat sekarang"
"Mas ini siapa? "
"Oh ini anak keponakan saya mbak, dia bekerja di Jakarta" jawab pemilik warung itu
"Mas mau ke Jakarta juga? " tanyaku
"Iya mbak, saya bekerja disana. Kebetulan saya shift malam hari ini jadi masih bisa kekejar untuk perjalanan kesana"
"Boleh mas"
"Baik mbak kalau begitu saya ambil motor dulu"
Laki-laki itu mengeluarkan motor matik dari rumah di belakang warung tersebut, tidak mewah memang namun aku sangat bersyukur dia mau memberikan tumpangan untukku. Setelah menyelesaikan pembayaran dan berpamitan kamipun berangkat, dengan kondisi jalan yang akan mulai gelap kami mempercepat laju kendaraan.
Kami hampir tiba Jakarta namun terpaksa berhenti karena maghrib telah tiba, laki-laki itu berhenti di sebuah masjid dan izin padaku untuk menunaikan tanggung jawabnya. Baru kali ini aku merasa tenang berada di samping orang asing, seusai sholat kamipun melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Jakarta aku mengajaknya mampir ke sebuah restauran kecil untuk makan malam sebagai tanda ucapan terimakasih, meski awalnya dia menolak namun tetap ku paksa karena merasa tidak enak. Akhirnya ia mau dan kamipun duduk dan memesan makanan,sembari menunggu kamipun sedikit mengobrol
"Oh ya mbak, sedari tadi kita belum berkenalan. Kenalkan nama saya Rendi" ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku
"Saya Keyna"
"Nama yang cantik"
"Kamu kerja di Jakarta di tempat apa? "
"Saya security di salah satu pabrik daerah perindustrian mbak"
"Ouh, sudah lama? "
"Ya kurang lebih empat tahun"
"Lama juga ya"
"Kalau mbak? "
"Saya marketing di perusahaan properti, tapi saya di kantor cabang jauh di Semarang. Kebetulan di suruh ke pusat karena ada event dan kekurangan personil"
"Oh begitu, sudah lama juga mbak? "
"Lumayan, lima tahunan"
"Wow, lalu kenapa mbak bisa sampai Bogor? "
"Ceritanya panjang, gak cukup waktunya. Tuh makanannya udah datang kita makan dulu saja"
"Haha iya mbak"
Kamipun memakan hidangan yang telah di sajikan, setelah selesai aku meminta Rendi menunggu di depan sementara aku menyelesaikan pembayaran. Kamipun melanjutkan perjalanan dan memintanya menurunkanku di depan penginapan karyawan tempatku bekerja.
"Mas Rendi, terimakasih sudah memberi saya tumpangan. Ini ada sedikit untuk membeli bensin"
"Tidak usah mbak Keyna, saya tidak bisa menerima ini"
"Tidak apa mas, anggap saja ini rezeki buat mas"
"Kalau untuk berterimakasih bolehkah saya minta yang lain mbak? "
"Apa itu? "
"Nomer whatsapp mbak Keyna" ucapnya dengan nada malu
Aku tersenyum dan memberikan pada Rendi, bukan karena apa. Dia laki-laki yang baik dan mungkin memberikan keinginannya bisa menggantikan rasa terimakasih yang telah di tolak olehnya, setelah selesai Rendi pun berpamitan untuk pulang ke kostnya. Akupun tersenyum melihat ia berlalu pergi dan hilang di persimpangan jalan, sungguh perasaanku tiba-tiba merasa aneh begini. Namun rasa kecewa ku terhadap tuan Faren kembali muncul saat ku lihat Hana yang menghampiriku dari arah lobi dengan membawa bucket lily putih di pangkuannya, wajahnya terlihat cemas bahkan ia langsung memelukku begitu menghampiriku. Aku merasa ada yang aneh dengannya apakah Faren menemuinya saat aku belum pulang tadi sehingga Hana bersikap seperti khawatir padaku.
...RENDI...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
kalea rizuky
gantengnya
2024-10-29
0