Beberapa saat kemudian suara di ujung telefon itu berubah menjadi suara yang dingin dan tegas, aku tahu betul pemilik suara itu meski kami baru sekali bertemu
"Nona Keyna, senang anda menghubungi saya"
"Tuan Faren, maaf menggangu waktunya"
"Tidak, tidak sama sekali. Ada apa? "
"Bisa kita bertemu jam makan siang hari ini? "
"Tentu saja, mau dimana? "
"Di resto lembayung"
"Baiklah saya akan kosongkan jadwal siang ini"
"Terimakasih tuan"
"Sama-sama"
"Kalau begitu saya ijin akhiri telfon ini"
"Baik"
Aku sungguh menahan degup jantung yang begitu keras saat mencoba menelfon tuan Faren tadi, sebenarnya aku merasa tidak nyaman setiap kali berhadapan dengannya. Entah kenapa sejak meeting kemarin tatapannya padaku seperti mengharapkan sesuatu, namun aku hanya mencoba profesional karena mungkin itu hanya perasaanku saja.
Ku hampiri tim marketing yang melakukan pekerjaan dengan raut wajah yang tak bersemangat, ku lihat Hana tengah menghubungi orang tuanya di dapur sembari mengaduk teh di tangannya. Aku duduk di sofa samping pantry sembari memandang wajahnya yang penuh sesal, setelah ia menutup panggilannya itu dia memandang ke arahku
"Key, sejak kapan kamu ada disitu? "
"Baru saja"
"Untunglah, ku kira kamu dengar apa yang ku bicarakan dengan bapak"
"Kenapa Han? ada masalah? "
"Seperti yang ku bilang tadi, bapak sudah coba nyari pinjaman untuk pembibitan bulan ini karena hasil penjualan panen bulan kemarin sudah habis untuk di kirim ke kakakku di madura. Sekarang kami bingung mau nyari pinjaman kemana lagi, gajiku bulan ini hanya cukup untuk bayar cicilan motor, kos, dan kebutuhan sehari-hari " ucapnya lirih
Mendengar ucapan Hana aku semakin tak tega jika membiarkan mereka menjadi korban kedzoliman pimpinan kami yang tidak tegas, ini juga alasanku kenapa tidak ingin mengajukan kredit motor untuk diriku sendiri ataupun kos meski jarak rumah dan kerjaan cukup jauh.
"Kamu tenang ya, aku akan coba nyari solusi"
"Gimana Key, akhir bulan ini. Bahkan Maret tinggal dua hari lagi"
"Aku akan coba usahakan, kamu sabar"
"Okelah, aku harap kamu bisa jadi solusi untuk kita"
Aku tersenyum menatap Hana yang memegang gelas teh di tangannya, sahabatku itu memang perempuan pekerja keras yang selalu memikirkan nasib orang tuanya. Sama seperti ku hanya saja dia juga memiliki gaya suka fashion saja yang membuatnya merogoh kocek cukup besar untuk gaya hidupnya itu.
Tepat pukul 12.00 aku memesan ojek online untuk mengantarku ke lembayung resto, jalanan yang cukup macet untuk ukuran jam makan siang. Kira-kira dua puluh menit aku sampai disana, segera ku tekan tombol panggilan untuk mencari tahu keberadaan tuan Faren. Sebelum sempat tersambung seorang pelayan datang menghampiriku
"Mbak Keyna ya? "
"Iya"
"Mari mbak ikut saya, pak Faren sudah menunggu di dalam"
Aku buru-buru mematikan panggilan itu dan berjalan mengikuti pelayan menuju lantai dua.
"Mbak, kita mau kemana? bukannya restonya di lantai bawah"
"Di lantai dua kami ada meeting room dan private room, pak Faren sudah memesan private room untuk pertemuan dengan mbak Keyna"
"Haaa.... "
Akupun tak banyak bertanya lagi karena kami sudah sampai di depan pintu, begitu pelayan membuka pintu tersebut ia segera mempersilahkan ku masuk
"Silahkan mbak"
"Terimakasih" jawabku lalu memberanikan diri masuk ke dalam
Ku lihat ruangan yang cukup terang dengan sofa yang di gunakan hanya untuk menyantap makanan, di seberangnya ada beberapa meja kecil dan jendela kaca yang cukup besar untuk melihat pemandangan dari atas.
"Tuan Faren... " panggilku pada sosok yang berdiri di dekat jendela
"Nona Keyna, anda sudah datang"
Aku mengangguk dan masih tetap berdiri di dekat pintu, ku amati sekitar ruangan yang sepi dan hanya ada aku dan tuan Faren disana.
"Silahkan duduk" ucap tuan Faren
Aku duduk di sofa yang cukup untuk dua orang sementara tuan Faren ada di sebelah ku dengan sofa yang hanya untuk satu orang
"Jadi, ada apa? "
"Saya datang kemari untuk menanyakan soal negosiasi yang tuan Faren katakan kemarin"
"Sudah saya duga pasti itu tujuan nona Keyna mengajak saya bertemu, baiklah untuk masalah itu hanya perlu nona datang kemari dan saya akan menyetujui berapapun harga yang nona Keyna tawarkan"
"Tapi tuan, saya belum memulai untuk menawarkan harga"
"Apapun pilihan nona Keyna saya ikut, dengan berani menghubungi dan mengajak saya bertemu itu sudah cukup membuat saya yakin untuk keputusan yang akan kamu ambil"
"Jadi meski saya menaikan harga produknya tuan Faren juga akan setuju? "
"Ya... "
"Tapi tuan, ini bukan negosiasi namanya"
"Memang saya tidak bermaksud untuk negosiasi harga dengan anda nona Keyna"
"Lalu tujuan tuan Faren memberikan kartu nama itu? "
"Saya hanya ingin nona Keyna menghubungi saya secara pribadi"
"Tunggu tuan, tetapi hal ini tidak di benarkan dalam SOP perusahaan saya"
"Saya tidak peduli hal itu, yang saya lakukan karena saya ingin bertemu denganmu nona Keyna"
"Ma maksud tuan Faren"
Aku mulai takut dengan laki-laki di hadapanku ini, gaya bicaranya seolah-olah sedang mengintimidasiku.
"Jangan tergugup, saya hanya ingin bilang saya mulai tertarik dengan kamu sejak pertama kali bertemu"
"Tertarik? maksud tuan? "
"nona Keyna, kamu pura-pura tidak tahu apa memang tidak tahu? "
"Saya benar-benar tidak tahu apa maksud tuan Faren"
"Saya suka sama kamu" ucapnya lantang
Mendadak nafasku tercekat bahkan untuk menelan ludah pun aku tidak bisa
"Bawa kontrak kerjanya sepulang kamu dari kantor ke hotel Ibis, saya akan tanda tangani disana"
"Sepulang kerja? tapi... "
"Kenapa? kamu keberatan nona Keyna? "
"Baiklah tuan, saya akan datang"
"Bagus, saya tunggu"
"Kalau begitu saya permisi tuan"
"Kenapa buru-buru nona Keyna, kita belum juga makan siang"
"Saya makan siang di kantor saja tuan"
"Lalu untuk apa kamu mengajak saya kemari? saya sudah pesan kan beberapa menu"
"Baiklah jika itu harus saya lakukan"
Akhirnya aku kembali duduk dan memakan beberapa hidangan yang di sajikan di hadapan kami, cukup banyak untuk porsi yang hanya dua orang. Setelah selesai makan aku berpamitan untuk kembali ke kantor, dengan senang aku menghampiri Hana dan mengatakan bahwa bonus akan tetap turun karena aku berhasil mendapatkan proyek besar untuk menutup kekurangan target. Aku juga menyampaikan hal ini pada pak Mitra dengan catatan penjualan terhadap tuan Faren mutlak jadi milik cabang bukan pusat, sehingga tidak ada lagi kecurangan bonus seperti yang sudah-sudah. Sebenarnya sungguh aku sudah muak dengan cara kerja yang seperti ini, namun mau bagaimana ini adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa ku dapatkan untuk menghasilkan uang.
...HANA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ini Rindu
makasih kak /Smile/
2024-07-23
0
anggita
like👍☝iklan
2024-07-22
0