Bab 13

Dia?" tunjuk Naufal setelah Mas Pras keluar dari toko.

"Papanya Sanjaya," ujarku dengan senyuman kecut.

Aku melihat Naufal melebarkan matanya mendengar perkataannya. Perkiraan dia salah besar tentang kehidupanku yang tampak sangat bahagia.

Dengan aku memiliki toko sendiri, pasti dia berpikir aku akan menjadi orang terbahagia.

Aku tersenyum lalu menyenggol lengannya, "Kenapa jadi bengong, ada apa ke sini?" tanyaku menyadarkan Naufal yang entah pikirannya sedang melayang ke mana?

"Niken, apa kalian baik-baik saja? Suamimu pasti cemburu ya sama aku?" cercanya.

Aku ingin menyimpan semua ini dari Naufal, tapi dengan kejadian ini pasti dia akan penasaran dengan kehidupanku.

"Maafkan aku menyebabkan semua ini, aku akan menjaga jarak denganmu," ujar Naufal. Dia mulai menyimpulkan sendiri yang dia lihat, tanpa tahu yang terjadi sebenarnya.

"Iya, kamu harus mulai menjaga jarak denganku. Terlebih lagi Sanjaya terus memanggilmu papa, pasti akan mengganggumu," kataku dengan senyum tipis.

Hatiku mendadak tidak karuan setelah mengatakan itu. Hati kecilku padahal meminta agar Naufal tetap tinggal, aku tidak mau kehilangan dia lagi.

"Ken, sebenarnya aku mau memesan kue ulang tahun untuk papaku," ujar Naufal mengalihkan pembicaraan kami sebelumnya yang membuat suasana tidak enak.

"Buat kapan? Hari ini?" tanyaku.

"Hari senin besok, kira-kira yang paling enak apa?" tanya Naufal melihat-lihat kue tart yang aku pajang dietalase.

"Papamu suka yang coklat atau cheese?"

"Cheese," jawabnya tanpa melihatku. Naufal masih memusatkan pandangnya dengan kue-kue.

"Ok, biar aku buatkan besok yang spesial buat papa kamu," kataku sehingga menghentikan langkah kaki Naufal.

Naufal membalikan tubuhnya sehingga aku dan dia berdiri sangat dekat. Tubuhku sedikit bergetar karena Naufal terus memandangku tanpa berkedip.

Sialnya, aku merasakan getaran di hatiku. Padahal aku bukan gadis remaja lagi yang bisa dengan mudah kasmaran setelah putus cinta.

"Kalau aku datang lebih cepat, apa kita bisa bersama?" kalimat yang lolos dari mulut Naufal membuatku hampir terjatuh saking kagetnya.

Melihat responku yang shock membuat Naufal tertawa keras, "Biasa aja kali responnya."

Naufal mengacak-acak rambutku yang berefek sampai hatiku.

"Eh, maaf, aku kelepasan," katanya sembari menarik tangannya cepat-cepat.

"Tuhan, mungkinkah kedatangan Naufal kembali dihidupku sebagai pengganti Mas Pras?" batinku mulai bergejolak.

Salahkah jika aku sudah mencintai orang lain setelah perceraianku yang baru beberapa bulan ini?

Masa lalu yang belum kelar ini, membuat aku terjebak ke dalamnya lagi. Bahkan, jalan menuju ke tempatnya pun terbuka lebar. Hanya saja, aku yang masih membentengi dia menuju hatiku.

----------------

Aku menghentikan langkah kakiku saat turun taksi. Kubaca ulang alamat kantor yang diberikan oleh Naufal. Takutnya, aku yang melindur mendadak mendatangi kantor Mas Pras.

"Benar ini alamatnya," gumamku pelan.

Andai aku tahu, aku akan meminta gojek untuk mengantarkan kue pesanan Naufal. Aku berharap tidak bertemu dengan mantan suamiku itu.

Baru juga memasuki lantai satu, aku sudah melihat Mas Pras yang sedang bersama dengan istri barunya.

Sungguh kesialan di pagi hari yang membuat moodku langsung drop.

"Kamu, kenapa ke mari? Pasti mau merayu Mas Pras ya?" tuduh Hani dengan lirikan tajamnya. "Kami sudah merayakan semalam, jadi kau tak perlu membawakan kue murahanmu itu," ujar Hani dengan tangannya yang siap menyenggol kue yang kubawa.

Aku segera menarik mundur agar tidak kena, "Memangnya siapa yang membawa kue untuk Mas Pras, kepedean," ujarku dengan berdesis lalu tersenyum mengejak.

Aku sama sekali tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahun Mas Pras yang bersamaan dengan papanya Naufal.

"Aku bahkan sudah lupa hari ulang tahunnya," ujarku sembari berjalan melewati mereka berdua.

Langkahku tertahan ketika pergelangan tanganku di tarik oleh Mas Pras.

"Lepaskan, Mas!" kataku sembari menepis tangan Mas Pras.

Namun, Mas Pras justru semakin mengeratkan genggamannya.

"Niken, kamu tak perlu malu, aku akan menerima kue itu kok," ujarnya dengan satu tangan ingin mengambil kotak kue tart.

"Mas, aku sudah bilang kue ini bukan untukmu," aku menjauhkan kue dari tangannya.

"Niken, aku menerimamu kembali kalau mau rujuk denganku," kata Mas Pras dengan percaya diri.

"Mas, apa-apaan kamu ini!" bentak Hani sambil melepaskan tangan Mas Pras dari pergelangan tanganku.

"Niken, bisa tidak kau jangan hadir lagi dikehidupan Mas Pras? Kamu ini sudah mantannya," serunya menarik perhatian orang-orang ke arah kami bertiga.

"Aku sama sekali tidak pernah datang, tapi suamimu yang kini menggangguku," jawabku dengan senyuman mengejek.

"Pembohong," ujar Hani sembari melayangkan tamparan keras di pipiku.

Kejadian ini terlalu cepat dan mendadak sehingga aku tidak bisa menghindarinya.

"Dasar kau pelakor!" teriaknya membuat orang-orang berkumpul melihat perdebatan kami.

Aku yang masih memiliki muka dan rasa malu langsung meninggalkan mereka. Aku hanya ingin mengantar kue, lalu meninggalkan kantor.

"Mau ke mana kau!" Hani menarik rambutku. Emosinya sudah tak terkontrol.

"Hani, lepaskan!" teriak Mas Pras. Ia membantuku laku mendorong istrinya itu. Lumayan shock aku melihat tindakan Mas Pras.

"Mas, kamu membela dia?" katanya dengan wajah nanar.

"Kau yang salah, lihat gara-gara kamu kita jadi tontonan. Sekarang, kamu pulang!" titah Mas Pras dengan menunjuk pintu utama kantor.

"Aku istrimu Mas, kamu lebih memilih Niken?" katanya mulai menitihkan air mata.

Aku melihat kekecewaan di mata Hani, dia pasti malu karena tidak mendapatkan pembelaan dari suaminya sendiri.

"Dasar pelakor!" teriak Hani dengan mendorongku kuat sampai aku terjatuh bersamaan dengan kue yang ada di tanganku.

Hani menginjak-injak kue tartku sampai hancur lebur di lantai.

"Hani, cukup! Malu!" kata Mas Pras sembari menarik tangan Hani keluar lantai satu.

Perdebatan antara Mas Pras dan Hani mulai menghilang dari telingaku. Aku menghela napas melihat kue yang semalaman aku kerjakan kini hancur lebur.

"Mbak Niken, tidak apa-apa?" tanya resepsionis kantor.

"Aku tidak apa-apa Mbak, cuma kue pesanan saya yang hancur," kataku meringis. Aku mengambil kotak yang sudah gepeng untuk kubuang.

"Dasar perempuan ular, dia yang pelakor malah menuduh orang lain," makinya kesal.

Aku tersenyum saat mendapatkan pembelaan darinya.

"Aku kan sudah diceraikan Mbak, maklum kalau dia menuduh aku seperti itu," sahutku mendadak membuatnya terkejut.

"Loh, jadi Mbak beneran diceraikan, gosip yang beredar benar?" ujarnya tampak tak percaya dengan nasibku.

"Gosip?" aku mengerutkan kening.

"Iya Mbak, entah siapa yang memulai. Katanya setelah Mbak Niken mengundang kami, langsung diceraikan," jelasnya.

"Lalu apa tanggapan Mas Pras?" tanyaku penasaran tanggapannya.

"Bungkam, mungkin malu. Karena setelah malam itu Pras dipanggil sama Pak Hilmi," jawabnya.

"Mbak yang kuat, lebih baik jadi janda daripada di duakan, aku kembali dulu ya," katanya menepuk pundakku lantas kembali ke meja kerjanya.

"Jadi, sudah Janda?"

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Hahaaa,,,,Naufal rupanya nguping tuh!!

2024-12-21

0

𝐀⃝🥀Angel❤️⃟Wᵃf

𝐀⃝🥀Angel❤️⃟Wᵃf

Niken Naufal 😘😘😘

2024-10-08

0

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

ku rasa Naufal nih nanti jadi suami niken

2024-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!