Bab 7

"Selamat siang, Pak" sapaku kepada lelaki paruh baya saat sampai di sebuah ruko yang akan aku sewa.

"Selamat siang," jawabnya sembari memutar tubuhnya. "Mbak Niken ya," katanya sembari menarik benda pipih dari telingannya.

"Iya, saya Niken yang mau menyewa tempat ini," kataku sembari mengukurkan tangan.

"Saya Teguh, silakan lihat-lihat dulu," katanya sembari membukakan pintu.

Ruko dua ruangan yang aku lihat sama persis dengan yang ada di postingan. Tempatnya luas dan bersih.

"Harganya bagaimana Pak Teguh, apa bisa dinego?" tanyaku berharap ada potongan harga.

"Harganya sudah pas, ini saja saya sudah kasih murah Mbak," ujarnya.

Kondisi ruangan yang masih bagus dan sangat strategis. Aku pikir tidak akan rugi untuk mengontraknya.

"Ya sudah Pak, saya jadi kontrak. Kapan pembayarannya?" tanyaku sudah tidak sabar menempatinya.

"Mbak Niken tunggu sebentar ya, saya buatkan perjanjiannya dulu," katanya.

Aku keluar melihat sekeliling, sepertinya tempat ini sebentar lagi akan ramai dengan orang-orang berjualan.

Setelah pembayaran selesai, aku membeli peralatan dan perlengkapan untuk berjualan. Semua itu menguras kantongku. Padahal aku sudah tidak mendapatkan uang lagi dari Mas Pras.

"Mas, aku pokoknya mau dikenalkan sama teman-teman kantormu!" terdengar samar-samar suara lantang Hani dari dalam rumah.

Aku sedikit mempercepat langkahku agar segera sampai di teras rumah. Aku mengintip, ternyata perdebatan itu tidak terjadi di ruang tamu melainkan di kamar.

Aku duduk di sofa, menikmati perdebatan mereka sambil menimang Sanjaya.

"Kenapa mendadak ingin bertemu teman-teman kantor?" suara Mas Pras terdengar tidak nyaman di telinga.

Aku menyimpulkan, memang Mas Pras tidak mau memperkenalkan Hani dengan teman-temannya. Kesimpulanku itu menggiring opini, kalau Mas Pras pasti malu saat ketahuan dia memiliki istri lagi.

"Pokoknya aku mau dikenalkan sama mereka, selain itu aku juga mau honeymoon keluar kota," pintanya.

Aku menahan tawa, perkiraanku benar kalau Hani menang tidak mau kalah denganku.

"Ya, nanti aku akan kenalkan kamu. Untuk honeymoon, week end ini kita pergi," kata Mas Pras yang membuat Hani sepertinya berjingkrak di dalam kamar.

"Niken, dari mana saja kamu?" tanya Mas Pras yang membuatku kaget.

"Mencari kesibukan," jawabku datar.

"Mencari kesibukan, atau cari laki-laki di luaran sana?" samber Hani.

Wajah Mas Pras yang biasa saja berubah menjadi masam, sorot matanya sangat tajam.

"Kau cenayang ya, kok tahu kegiatanku," kataku sengaja. Hani berdesisi saat aku tidak membantah tuduhannya.

"Kau dekat dengan siapa?" tanya Mas Pras yang percaya begitu saja.

"Kau tak perlu tahu Mas, yang penting bukan suami orang. Dan dia lebih bertanggung jawab," kataku sembari meninggalkan mereka berdua setelah membuat api.

"Niken, apa maksudmu?" Mas Pras menyusulku ke kamar. "Kau membawa anak kita bertemu selingkuhanmu?!" ujar Mas Pras geram. Aku bisa mendengar suara dari Mas Pras yang menggertakkan gigi.

"Menurutmu aku benar-benar melakukannya atau tidak?" aku menidurkan Sanjaya lalu memandang Mas Pras.

Aku menarik mundur rambutku, berpose cantik meskipun aku tidak memiliki tubuh sebagus Hani saat ini.

"Menurut Mas, apa aku tipe orang sepertimu?" sindirku.

"Niken, kali ini aku membahas kamu. Jangan mengalihkan pembicaraan." Mas Pras tidak senang aku membalikan kata-katanya. Karena dia tidak akan pernah mendapatkan jawabanya.

"Mas, ayo bercerai," mintaku lagi.

"Jadi benar, kamu memiliki orang lain sehingga meminta cerai denganku?!" katanya dengan berkacak pinggang. Wajahnya tampak merah padam, jika aku laki-laki mungkin sudah di hajarnya.

"Jangan samakan aku denganmu, keluar Mas!" usirku.

...----------------...

"Niken, aku dan Mas Pras akan liburan weekend nanti. Kau jangan iri ya?" ujarnya sembari menuangkan susu di gelas Mas Pras.

"Tidak akan," jawabku dengan mata yang tak lepas dari layar ponselku.

"Niken, apa yang kau lihat sampai tidak memperhatikanku?" kata Mas Pras kesal.

"Kan sudah ada Hani yang memperhatikanmu, sudah cukup kan?" kataku beranjak menggendong Sanjaya yang masih berada di troli.

"Ceraikan saja Mas, istri macam dia itu tidak berguna," ujar Hani menghasut Mas Pras.

"Setidaknya aku sudah dikenalkan sama teman-temannya. Kamu?" senyumku dengan mengedipkan satu matanya.

Hani menghentak-hentakkan kakinya saat kesal karena kalah lagi sama diriku.

Aku berjalan mendekati wanita dengan dress hitam di atas lutut itu. "Bagaimana kalau aku undang teman-teman Mas Pras? Aku yang akan memperkenalkanmu," bisikku di telinga Hani agar dia semakin terbakar hatinya.

"Niken, kamu jangan terus memanasi Hani. Aku kenalkan atau tidak sama saja. Hani tetap istriku," katanya dengan mengusap area mulutnya dengan tisu.

"Aku pergi dulu," tangannya terulur agar aku dan Hani mencium punggung tangannya.

Setelah kepergian dari Mas Pras, aku siap melancarkan nyinyiranku yang akan membuat Hani semakin kebakaran.

"Lihatkan, siapa yang Mas Pras cintai?" ledekku.

"Itu semua tidak menunjukan apa-apa," kilah Hani saat kalah denganku karena Mas Pras bersikeras tidak akan memperkenalkan Hani kepada teman-temannya.

"Sama aja, kau itu istri yang disembunyikan. Kalau aku jadi kamu, tidak sudilah. Gimana mau tidak aku kenalkan sama mereka?" tawarku.

"Mumpung aku sedang baik, kalau tidak mau ya sudah," kataku sembari beranjak meninggalkan meja makan.

"Mbak, aku setuju," Hani menahan tanganku. Lalu kuhempas dengan cepat.

"Baiklah, kau persiapakan saja makanannya aku akan undang teman satu devisi Mas Pras," ujarku dengan senyum merekah.

"Ingat, mereka itu suka makanan yang enak-enak, kau harus siapakan cemilan, makanan berat dan dessert," paparku tentang makanan yang harus dihidangkan.

"Bebersih rumah juga, kalau kau tidak mau malu. Aku menemui teman-teman Mas Pras," ujarku lalu pergi meninggalkan rumah.

Aku sengaja akan pulang sore, agar dia menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Tidak adanya pembantu pasti akan membuatnya repot.

"Mbak Niken," sapa salah satu teman Mas Pras di kantor.

"Mbak, Mas Pras ada?" tanyaku. Aku datang basa-basi membawakan makan siang untuknya.

"Kalau Bos, ada?" tanyaku berharap Pak Hilmi bos Mas Pras ada di ruangan sehingga aku bisa mengundangnya. Dan melancarkan rencanaku.

"Ada, mau ketemu?" tanyanya.

Aku mengangguk cepat, "Iya."

Aku masuk setelah menunggu beberapa menit setelah asisten bos menanyakan ketersediannya menemui aku.

"Selamat siang Bos," sapaku dengan menundukan kepala sebagai salam hormatku kepada pimpinan perusahaan Mas Pras.

"Mbak Niken, duduk. Ada apa, tumben?" Bos Hilmi tampak kaget dengan kedatanganku.

"Begini Pak Hilmi, saya mau mengundang bapak sama staf satu devisi Mas Pras makan malam," kataku setelah duduk.

"Apa Pras ulang tahun?" tanya Pak Hilmi.

Aku menggelengkan kepala pelan, "Akan ada pengumuman di sana Pak, saya mohon bapak dan rekan-rekan. Merahasiakan ini, untuk kejutan Mas Pras."

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Smoga nnt usaha kue Niken laris supaya dia mandiri secara finansial,jdi gak peduli tuh Pras mau ngasih nafkah atau pun nggak,,,,💪🏻

2024-12-21

0

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

Niken wooowww langkah muuu patut di acungi jempol... jadi penasaran gmn reaksi mas pras nant mlm, 😃😃😃

2024-08-06

1

G** Bp

G** Bp

pasti Niken mau mempermalukan Hani kan dgn cara mengundang teman dan bos nya Pras..gitu Hani kepedean bgt...
kena kamu dgn jebakan dari Niken 😁

2024-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!