Bab 3

"Syukurin," kataku saat melihat Mas Pras dan Hani tidur di sofa. Saat bangun pasti tubuh mereka pegal-pegal.

Terlalu berani macam-macam denganku sih. Mungkin mereka pikir aku perempuan lemah seperti di sinetron azab.

Aku mendorong gagang pintu melihat kamar yang sengaja aku kasih bunga macan kerah satu karung. Dan sengaja berserakan di kasur serta di lantai juga.

"Ternyata mereka mau bebersih juga, rajin," pujiku yang lebih tepatnya ejekan untuk mereka.

...----------------...

Hari ini aku lebih santai daripada biasanya, aku hanya cukup mengurus anakku dan diriku sendiri.

"Mbak, kau sengaja kan ingin menggagalkan malam pertamaku dengan Mas Pras!" ketusnya saat aku masuk ke ruang tamu.

"Pengantin baru pagi-pagi udah marah-marah aja, tuh jigong urus in," ujarku dengan menahan tawa.

"Kau sengaja kan?" Hani mendorong pundakku kasar.

"Sengaja? Apa yang kau bicarakan?" Aku pura-pura tidak mengerti dengan semua yang telah aku lakukan.

"Kau tak sah berpura-pura!" bentak Hani sembari menggebrak meja.

"Pelan-pelan, tangan halusmu itu bisa terluka," kataku dengan senyum.

"Mas!" teriak Hani yang membuat Mas Pras keluar dari kamar dengan menarik karung berisikian setengah bunga macan kerah.

Aku menggigit bibir bawahku agar tidak kelepasan tertawa.

"Lihat kelakuanmu? Kau boleh cemburu tapi tidak seperti ini," kata Mas Pras dengan menaruh karung.

"Memang salahku di mana?" ucapku denga tanpa dosa.

Memang, mereka yang berdosa harusnya!

Hani. berdesis, terlihat maduku itu ingin menyerangku. Ke dua tangannya mengepal erat.

"Gara-gara kau, aku dan Mas Pras tidak bisa tidur!" geram Hani.

"Loh, bagus dong kalian pasti sangat menikmatinya," kataku sembari berjalan menuju dapur untuk mencuci mangkuk bekas Sanjaya sarapan.

"Mas," rengek Hani terdengar meminta bantuan Mas Pras untuk berbicara denganku.

Rengekan maduku sangat di dengar oleh Mas Pras, ia tampak ingin mengamuk denganku. Tapi, aku tetap berusaha untuk tenang.

"Mulai malam ini, kamar kita menjadi kamar aku sama Hani," bentak Mas Pras.

"Jangan keras-keras Mas, kasihan Sanjaya," aku memeluk erat putraku yang ketakutan.

"Baiklah, aku akan pindah sama Sanjaya," ujarku agar suamiku itu tenang.

"Mana sarapanku?" tanya Mas Pras ketika keadaan kami semua sudah tenang. Dia duduk di meja makan diikuti oleh Hani.

"Aku belum masak," jawabku santai. Aku ikut duduk di depan mereka.

"Niken, apa yang kau lakukan. Kenapa jam segini belum masak?" omel Mas Pras.

"Niken!" panggil Ibu mertuaku sembari mendekati meja makan.

"Ada apa, Buk?" tanyaku sembari berdiri mempersilahkan ibu mertuaku duduk. Sedangkan aku berdiri di sampingnya.

"Niken, kau tidak membuatkan sarapan buat bapak sama ibu. Bahkan teh sama kopi juga tidak ada," ungkap ibu mertuaku dengan wajah kesal.

Biasanya aku sudah membuatkan kopi sejak pukul enam pagi.

"Ibu, kemarin Niken sudah bilang kalau tidak membuatkan sarapan sama teh," kataku sambil memegang pundak ibu mertuaku.

"Niken, kau ini kenapa?" Mas Pras mendelik ke arahku.

"Buk, Mas, sekarangkan ada Hani. Kalian mintalah sama Hani, bukankah dia istri kesayanganmu?" aku menatap Mas Pras dengan sangat senang.

"Aku memasak? Yang benar saja kuku-kukuku bisa rusak," ujarnya dengan melihat kuku yang terawat.

Tapi, mulai sekarang aku pastikan kalau Niken tidak akan bisa memanjangkan kukunya.

"Ya terserah, kau lebih memilih kuku atau perut suami dan mertuamu kelaparan," ujarku sembari duduk di sebelah ibu mertua.

"Mas, bilang lah sama istri pertamamu dia pasti sengaja kan tidak kerasan di sini," Hani melipat kedua tangannya di dada dengan bibirnya yang manyun.

"Niken ... ,"

"Mas, kita kan juga harus bagi tugas. Aku sudah kerepotan loh menjaga Sanjaya. Dia sudah mulai aktif," aku menggunakan Sanjaya sebagai alasan.

Padahal, selama ini aku bisa menghendel semuanya sampai aku lupa merawat diriku sendiri.

Rahayu berdiri, "Hani, cepat buatkan sarapan untuk bapak dan ibu. Kita sudah lapar," titahnya lalu pergi kembali ke rumahnya.

Aku melihat mertuaku ini tidak mau ikut campur dengan rumah tanggaku. Mungkin, karena aku meminta bapak menikah lagi. Jadi, ibu berpikir 1000 kali lagi untuk berdebat denganku.

"Kau benar tidak ingin memasak untukku lagi?" tanya Mas Pras.

Aku menganggukkan kepala cepat, aku ingin tahu apa saja yang bisa dilakukan oleh perempuan manja itu.

"Ok, mulai sekarang uang bulanan Hani yang pegang," kata Mas Pras. Dia tampak mengancam aku.

Aku mendelik melihat uang 600 ribu yang di berikan kepadaku, dan tiga juta lebih untuk Hani.

"Mas, ini nggak adil dong, ini untuk kebutuhan Sanjaya juga tidak cukup," aku tak terima dengan pembagian yang tidak adil.

"Kan kamu sendiri yang minta, kamu tidak mau memasak untukku sama ibu," katanya seolah senang membalikan ucapanku.

Aku mengambil jatah bulananku yang sangat pas-pasan, bahkan bisa saja kurang. Aku masuk ke kamar dengan membanting pintu.

"Mbak, ingat nanti malam kamar itu milik kita!" teriak Hani dengan puas.

Aku tidak bisa tinggal diam dengan perlakuan Mas Pras dan Hani.

...----------------...

"Maaf, Mbak, hari ini aku tidak masak. Cuma beli dan buat berdua," ujar Hani sengaja ingin membalasku.

Aku diam melewati Mas Pras dan Hani, aku membuka kulkas mengeluarkan bahan-bahan yang ada.

Aku tidak akan mati kelaparan karena tidak diberikan makanan olehnya.

Aku melirik ke meja makan, aku akan menbuat Mas Pras berpindah mendekatiku sebentar lagi.

Hampir setengah jam aku bergelut di dapur, makan malam kali ini aku sengaja memasak mie kuah seafood kesukaan Mas Pras yang sudah lama tidak aku masak.

Aku menarik kursi, segera melahap mie seafoodku dalam keadaan panas.

"Kau membuat mie seafood kesukaanku?" kata Mas Pras sembari meletakkan sendoknya.

Aku melihat wajahnya yang ingin saat aku menyeruput kuah kentalnya.

"Kamu bilang tidak ada yang paling disukai selain istrimu," sarkasku dengan memasukan udang ke dalam mulut.

"Mas, cuma mie kayak begitu. Kita beli jangan kayak orang susah," kata Hani kesal melihat ketertarikan Mas Pras terhadap masakanku.

"Benar kata istrimu, beli lah, uang banyak ini. Masa kau masih mau minta milikku," ujarku meneruskan makan.

Hani beranjak kesal saat Mas Pras diam saja, ia memandangiku. Ralat, mie seafood buatanku sampai dia tidak menghiraukan Hani merajuk.

"Ayo, pergi!" Hani sudah berdandan.

"Aku cuma mau makan mie buatan Niken, bukan yang dijual di sana. Rasanya berbeda," kata Mas Pras bersikeras.

Aku segera menyeruput kuah sampai habis, "Minta aja istrimu itu memasak. Masa kamu tidak ingin mencicipinya," ujarku sembari membawa mangkuk yang sudah kosong ke wastafel.

"Sayang, kamu belum pernah buatkanku makanan. Tolong buatkan ya?" Mas Pras memegang tangan Hani.

Aku berjalan meninggalkan dua sejoli yang sedang berdebat, "Akan aku tunjukan perbedaan kualitasku dengan istri barumu."

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

bagus buat tu si pras menyesal

2024-10-14

1

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

ku rasa Hani cuma jago di ranjang doank dah 😄😄😄😄 salah pilih istri loee bang... suatu saat nanti loe pasti menyesal sudah menduakan niken

2024-08-06

0

Soraya

Soraya

suka sama karakter yang gak lemah semoga karakter nya konsisten gak berubah

2024-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!