AMEL PERGI

Butiran butiran bening meluncur tanpa bisa dibendung,hati Tiya terasa semakin pedih mendengar kata kata suaminya dengan orang yang ditelponnya tadi.

dengan menghela nafas panjang Tiyapun beristigfar agar mendapat kekuatan dari sang pencipta,

kemudian Tiya membalikkan badanya,

dia merambatkan tangannya dinding kamar sebab masih merasa lemah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu,

Tiya ingin segera menumpahkan keluh kesahnya pada sang Pencipta, untuk meringankan beban dihatinya yang ia rasakan saat ini.

Setelah selesai mengadu pada sang Pencipta,kepala Tiyapun terasa sangat berat,iapun tak menyangka jika suaminya sudah berada didalam kamar kembali,

"masih pusing?" tanya Rezza

"sedikit" jawab Tiya singkat

Tiyapun berjalan untuk mengambil obat didalam nakas samping tempat tidurnya.

"kalau mau minum obat mesti makan dulu"

"aku ambilkan bubur dulu yang dibuat ibu tadi",

"jangan minum obatnya dulu !"perintah Rezza tak mau dibantah,

tanpa menunggu jawaban dari Tiya, Rezzapun bergegas turun kebawah.

Sambil menunggu Rezza kembali Tiyapun merebahkan tubuhnya hingga terlelap kembali.

"Tiya...Tiya..."

"bangun"

" makan dulu buburmu trus minum obat" Rezza berusaha membangunkan Tiya,

"eemmm..."jawab Tiya lemah,

"lama ya nunggunya"

" tadi aku panaskan dulu buburnya",

bangun makan dulu, lalu minum obatmu !"Rezza memerintah.

Dengan lemah Tiyapun bangun dan menyandarkan punggungnya, kemudian Tiya menyuapkan bubur kemulutnya sedikit demi sedikit.

"dikit amat makannya...nggak selera...?"tanya Rezza.

Tiya hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Ni minum obatmu dulu" Rezza menyodorkan beberapa obat kepada Tiya,

dengan sekali tegak Tiya meminum obat yang diulurkan Rezza tadi.

"berbaringlah kembali"

"kalau besuk kamu masih sakit aku akan membawamu kerumah sakit" ucap Rezza dingin.

"nggak usah mas",

"setelah istirahat yang cukup, nanti juga baikan"

"nggak boleh nolak,itu anjuran dokter"ucap Rezza tegas tak mau

dibantah,

"aku juga nggak mau diomeli ibu terus terusan gara gara kamu sakit"

"ngerti"

Tiya hanya bisa terdiam pasrah dengan ucapan dari suaminya itu.

Sesudah membantu Tiya berbaring, Rezzapun kembali kesofa untuk melanjutkan tidurnya.

Keesokan paginya setelah sarapan Rezza meminta ijin pada ibunya untuk keluar sebentar

" bu", " Rezza mau keluar sebentar ya"

,"ada pekerjaan yang nggak bisa ditunda ni"

"cepet pulang Za kasihan istrimu", "dia masih belum pulih benar",

"sekarang kamu itu sudah ada tanggung jawab lain selain pekerjaanmu Za"

"iya ibuku sayang"jawab Rezza mengalah dan supaya ibunya tak menceramahinya lagi.

Kemudian Rezzapun mengambil kunci mobilnya dan segera meluncur ketaman kota, dimana tadi malam Rezza dan Amel sudah janjian untuk bertemu.

Sesampainya ditaman Rezzapun menghubungi Amel

"sayang sekarang kamu dimana,aku udah nyampe ini"

"aku duduk dideket danau mas"jawab Amel

"oke aku kesitu ya.."

"he..em" jawab Amel singkat.

Rezza segera menyusul Amel,tak perlu waktu yang lama merekapun bertemu dan berpelukan untuk melepas rindu,

Rezza memangut bibir Amel dengan mesra,dan Amelpun menikmatinya.

" udah lama nunggu disini sayang"

" baru aja kok mas"

" kenapa kemaren menghilang?"

"akukan jadi risau sayang", "aku tanya semua temen temen kamu mereka semua bilang nggak tau",

"aku bingung mau cari kamu dimana lagi" rungut Rezza pada Amel,

"tapi aku lega tadi malem kamu udah mau menghubungi aku",

sambil mengusap sayang pipi amel yang halus nan mulus.

Amelpun menghela nafas panjang lalu berkata,

" aku pergi kerumah saudaraku diTW, untuk menenangkan pikiran".

"sayang seperti yang aku katakan tadi malem"

"aku sudah buat surat kontrak nikah dengan Tiya",

"waktunya hanya enam bulan saja kok sayang untuk pernikahan kami ini", "setelah itu aku langsung ceraikan dia"

"aku tu cintanya sama kamu sayang",

"aku harap kamu memahami posisiku saat ini "

"Aku udah putuskan mau pindah ke kota M mas",

"aku nggak bisa disini terus melihat kamu satu rumah dengan si Tiya itu, meskipun sehari aja mas",

"hatiku sakit...mas",

"aku kesini mau pamit sama kamu,bukan mau dengerin semua alasan alasan kamu lagi mas"

"jangan hubungi aku lagi",

"lebih baik kita selesai sampai disini"

Tanpa mengulur waktu dan menunggu jawaban dari Rezza Amelpun berlari pergi,

Rezza berusaha mengejarnya namun Amel buru buru masuk kedalam taxi online yang sudah dia pesan dan sedang menunggunya.

Rezza merasa kecewa sekali dengan sikap dan keputusan Amel yang semaunya sendiri meninggalkanya begitu saja,

dalam hati Rezza bertanya,kenapa Amel tak mau memahami alasanya menikahi Artiya,

padahal sudah berkali kali dia jelaskan tapi Amel tak mau mengerti juga.

Rezzapun merasa frustasi,dia memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

Rezza lupa dengan pesan ibunya tadi yang memintanya untuk segera pulang kerumah sebab istrinya masih sakit.

Didalam apartemennya Rezza mengambil minuman keras, dia menenggaknya hingga habis,

berbotol botol dia habiskan hingga dia sangat mabuk.

Rezza berteriak teriak seperti orang gila memanggil nama Amel.Rezzapun mabuk hingga tak sadarkan diri.

Dirumah bu Sanusi,

kesehatan Artiya mulai membaik.

Setelah membersihkan diri dan berpakaian rapi Tiyapun turun kelantai bawah,

bu Sanusi meliat menantunya turun,lalu menyapanya

"apa sudah sembuh nduk kok udah turun".

"alhamdulillah sudah bu", "mas Rezza kemana bu?" tanya Tiya.

"tadi dia minta ijin keluar sebentar", "ada kerjaan yang penting katanya",

"dia nggak pamit sama kamu Tiya?"tanya bu Sanusi

"mm...mungkin sebab Tiya tadi masih tidur bu,jadi nggak sempet pamit"jawab Tiya tak enak hati pada mertuanya sebab jam sembilan pagi dia baru bangun.

Waktu subuh tadi Tiya memang sudah bangun dan menunaikan kewajibannya namun Tiya membaringkan tubuhnya lagi sebab merasa masih sangat lemas, entah pengaruh obat yang dia minum tadi malam atau memang kondisi tubuhnya yang masih lemah.

"Tiya ibu mau pergi menghadiri undangan hajatan teman ibu",

"kamu dirumah sama mbok Sugi ya" ,"kalau mau apa apa minta sama dia"

"ibu pergi dulu ya nduk,baik baik dirumah",

"jangan lupa minum obatmu setelah makan" pamit bu Sanusi.

" njih bu...hati hati dijalan" ucap Tiya dengan sopan pada mertuanya.

Handpone Tiya berbunyi,ternyata budenya yang memanggil "halo...assalamualaikum bude...?"

"waalaikumsalam pie(gimana) kabare nduk?"

"alhamdulillhah sae(baik) bude"

"bude,pakde sama Amel,juga sehat semuakan?"

"alhamdulillah sehat kabeh(semua) nduk",

"kemaren Amel bilang kalau mau pindah kuliah ke kota M nduk",

"barusan pakdemu nganter Amel ke terminal"

"lha kok mendadak to bude?" tanya Tiya kaget,

"Bude sama pakdemu juga nggak habis pikir sama mbakyumu itu nduk"

"sak karep karepe dewe(semaunya sendiri)",

"bude sama pakde hanya bisa pasrah aja nduk"(berkata dengan sedih dan pasrah).

"yang sabar ya bude...mbak Amel pindahkan juga buat menuntut ilmu,do'akan aja semoga mbak Amel disana diberi kesehatan", "lancar kuliahnya sampai selesai"

"nanti kalau mbak Amelnya liburan mesti ya pulang to bude..."

"iya nduk", "bude cuma merasa kesepian"

"kamu sudah menikah, sekarang ikut suamimu"

"Amel malah memilih pergi juga"

"bude tinggal berdua sama pakdemu dirumah" bu Suriyah berucap sambil berkaca...kaca.

"kapan kapan Tiya pasti pulang bude,jangan sedih",

"kalau kangen sama mbak Amel kan bisa vcall bude",

"nanti Tiya pasti juga sering sering mengunjungi bude sama pakde ya bude" hibur Tiya pada budenya.

"iya nduk",

"ibu mertua sama suamimu gimana kabarnya?"

"ibu lagi pergi kehajatan temanya "

"kalau mas Rezzanya tadi keluar sebentar ada pekerjaan yang penring katanya"

"ya sudah kalau kalian sehat sehat semua",

"ini bude mau berangkat kekios dulu",

"takut Murni keteteran sendiri".

"iya bude...salam buat pakde sama mb Murni ya bude".

Setelah menurup teleponnya bu Suriyahpun berangkat kekiosnya dipasar.

Dipasar bu Suriyah dan pak Sudiman menjual bermacam macam bumbu dapur dibantu seorang asisten murni namanya.

Sebelum Tiya menikah dia juga sering membantu mereka.

Setelah lulus SMK Tiya tidak meneruskan pendidikanya walaupun pakde dan budenya berkalikali memintanya meneruskan pendidikanya namun Tiya memilih bekerja disebuah pabrik didaerahnya.

Karena Tiya anak yang pintar dia diterima sebagai staf disana.

Bukannya Tiya tak mau melanjutkan kuliah, sebenarnya dia tak mau lebih membebani pakde dan budenya.

Tiya tau Amel selalu menuntut uang lebih pada orangtuanya untuk bersenang senang,

orangtua Amel hanya bisa mengikuti keinginan anaknya saja,

jika keinginan Amel tak dipenuhi dia akan marah dan tak mau pulang kerumah.

Orangtua amelpun hanya bisa pasah,Tiya sering melihat budenya menangis diam diam karena sedih dengan tingkah laku anak gadisnya.

Orang tua Amel akan memenuhi semua keinginan Amel tapi Amel harus janji untuk tidak berpacaran dulu hingga lulus kuliah,Amelpun mengiyakan syarat dari orangtuanya tentu Amel berjanji hanya dimulut saja.

Dibelakang orang tuanya Amel menjalin kasih dengan pacar pacarnya yang sudah kebablasan, kemudian dengan Rezza, hubungan merekapun sudah sangat jauh.

Mereka sering memadu kasih layaknya suami istri diapartemen Rezza.

Bu sanusipun tak tau jika Rezza dan Amel memiliki hubungan sejauh itu,dia hanya tau mereka berpacaran biasa dan dia tau kalau Amel sering meminta uang yang lumayan banyak pada Rezza.

Itulah sebabnya kenapa bu Sanusi kurang menyukai Amel, dimata bu Sanusi Amel adalah gadis yang kurang baik dan lumayan pemboros.

Terpopuler

Comments

Suharnik

Suharnik

Karna semua yg d minta pasti d turuti jd y amel kebablasan sikapnya

2021-01-16

1

🍭ͪ ͩIr⍺ ¢ᖱ'D⃤ ̐ ☪️ՇɧeeՐՏ𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ ¢ᖱ'D⃤ ̐ ☪️ՇɧeeՐՏ𝐙⃝🦜

baca ulang dr awal novel ini sambil menunggu up nya lagi😊 suka ceritanya walaupun part² awal nyesek bacanya, sebel sama Rezza😡

2021-01-12

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!