Episode 2 Merah Darah

Raya berdiri panik dan mengedar pandang ke sekeliling. Tak ada siapa-siapa. Namun, ia merasakan energi asing yang mencoba masuk. Energi manusia yang tak biasa.

Raya berusaha fokus. Dipusatkannya pikiran pada satu titik. Yang ia tahu, energi ini keluar dari manusia yang memiliki kemampuan istimewa seperti dirinya. Sialnya, aura jahat telah merusak bulir-bulir positif tempat ini.

"Siapa?" tanya Raya gusar. Diraihnya pisau yang tergeletak di meja, bekas digunakan mengupas buah.

Hening.

Raya bersiap. Ia berusaha tetap waspada tanpa memecah konsentrasi. Namun, energinya kalah besar.

Pemandangan apartemen perlahan berganti mencekam. Cahaya meredup, padahal matahari di luar sedang terik. Dalam pandangan gadis itu, ruangan ini telah berubah bak bangsal rumah sakit tua yang tidak berujung.

Sial! Raya menggeram dalam hati. Ia terpengaruh dalam ilusi jahat yang diciptakan seseorang. Namun, apa yang harus dilakukan? Belum tentu langkah yang diambil bukan sebuah jebakan. Satu-satunya yang bisa menolong hanya pikirannya sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara kaca yang pecah. Raya berjingkat kaget. Pandangannya menerobos segala arah, mencari setitik cahaya yang bisa dijadikan tumpuan mencari jalan keluar.

Namun, entah dari mana datangnya, beberapa pecahan kaca terlempar dan mengenai Raya, menggores kulit putihnya hingga mengeluarkan darah.

Raya mengerang kesakitan dan jatuh bersimpuh. Darah menetes di sekujur tangan dan kaki. Rasanya perih dan langsung membuyarkan konsentrasi Raya seketika.

"Kau pikir bisa melawanku dengan kemampuan tengikmu itu? Jangan kira kali ini kau kubiarkan lolos!" Suara itu terdengar bergetar dan penuh dengan amarah.

"Kau siapa?" tanya Raya takut.

Ia berusaha fokus kembali, tapi sulit. Rasa perih mengalahkan kemampauannya berpikir.

"Kau pikir dengan menghancurkanku, semua akan selesai begitu saja? Tidak, Raya! Justru sekarang waktumu untuk tamat! Kau telah menggunakan kemampuanmu untuk berbuat curang dan menyingkirkanku! Sekarang kau harus mati!" geram sosok tak terlihat itu.

"Tidak …!" Raya menjerit, bangkit, dan berlari menelusuri koridor demi koridor.

Tak dipedulikan lagi rasa sakit yang memenuhi sekujur tubuh. Ada! Jalan keluar pasti ada! Gadis itu tak peduli dengan lelah di kakinya yang terluka.

Raya tak tahu. Sosok itu ada di dekatnya. Manusia dengan kemampuan misterius yang bisa memanipulasi otak Raya dan menjebaknya dalam ilusi seperti ini. Bahkan indra keenam Raya tidak mampu mengalahkannya.

Kini, sosok itu hanya tertawa melihat kerja keras gadis yang kulitnya sudah dipenuhi keringat itu. Melihat Raya hanya berputar-putar di tempat yang sama begitu nikmat dan jauh lebih menyenangkan ketimbang melihat film di bioskop.

"Ray! Ke sini!" sosok arwah yang tadi mengunjungi Raya datang dan mengiringi langkah gadis itu menuju suatu arah. Namun, arah yang ditujunya merupakan jalan buntu.

"Apa kau yakin? Itu jalan buntu!" bisiknya gusar sambil terus berlari.

"Ini hanya ilusi, Ray. Tabrak saja tembok itu. Kau pasti akan selamat!"

Arwah itu berusaha meyakinkan Raya yang pikirannya sudah terpecah belah. Tak ada lagi waktu untuk menimbang. Pilihan satu-satunya hanya mempercayai arwah ini.

"Kau tahu siapa yang melakukan ini?" tanya Raya serius.

Arwah itu mengangguk, "Kau mengenalnya, Ray. Dia adalah orang yang terlihat sangat baik denganmu, tapi menyimpan dendam mendalam. Ia ingin menghancurkan karier dan nyawamu. Ia orang sakit yang menggunakan kemampuan misteriusnya untuk melakukan hal jahat!" terangnya.

"Tapi … siapa?" Raya menggigit bibir.

Sudah tak ada waktu lagi. Arwah itu menghilang perlahan, meninggalkan Raya yang dicekam ketakutan setengah mati.

Sosok itu, sosok yang bernafsu membunuh Raya itu telah berada di belakang sambil menggenggam pisau dapur.

Dalam hitungan detik, pisau itu diangkat dan diayunkan. Raya menjerit kesakitan. Begitu sadar, ia melihat sebuah pisau menancap di bahunya.

Darah segar mengalir, membuat kegelapan merenggut Raya perlahan.

Namun, gadis itu tak menyerah. Ditabraknya tembok ilusi itu.

Tembus.

Tangan Raya sempat menggapai tirai yang melambai sebelum tubuhnya meluncur jatuh.

Teriakan histeris terdengar begitu tubuh Raya tercebur ke dalam kolam dewasa yang berada lima belas meter dari bawah apartemen. Permukaan air kolam menjadi merah.

Merah darah!

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

ngeri nya 😬😬😬😬
tapi kerennnnn 👍👍👍👍

2024-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!