Sakinah Bersamamu
Aku yang pernah bahagia bersamamu. Aku yang pernah kau peluk dengan cinta. Aku yang pernah kau cintai dengan sempurna. Aku yang pernah kau pinta dalam doa. Semuanya tentang aku, aku yang juga mencintaimu dengan seluruh hidupku. Aku yang mencintaimu hingga ke dasar hatiku. Dan aku yang tak mampu berpaling darimu.
~Shafa Azura~
Tiga tahun berlalu setelah kelahiran Amr Sya'ban Ar-Rayyan. Nama dengan Arti Sang penakhluk Mesir yang di dapatkan langsung dari sang ayah tercintanya, Zidane Ar-Rayyan. Meski tak sempat menikmati masa tumbuh kembang bersama Rayyan, setidaknya Am lebih beruntung karena semasa Shafa hamil hingga melahirkannya, ia tak pernah kekurangan kasih sayang dari seorang ayah yang lembut ucapannya dan teduh parasnya yang hingga saat ini masih melekat jelas di ingatan mommy nya. Amr tumbuh menjadi bocah cerdas dan lincah dengan wajah yang sangat mirip dengan Rayyan. Bahkan lebih tampan dengan hidung mancung warisan dari sang mommy.
"Bang Zaf, tolong bantu adek Am pakai baju ya nak. Mommy mandikan adek Zi dulu" Teriak Shafa dari kamar mandi.
"Iya mom" Ujar Zafran yang langsung menarik Am yang masih berbalut handuk putih menuju ruang ganti. Zafran membantu Am memakai pakaian yang telah di siapkan oleh Shafa di atas kursi kecil di ruangan itu. Sebelum itu ia tak lupa membalurkan minyak telon dan sedikit bedak di tubuh adiknya tersebut.
Zafran yang kini berusia 7 tahun, tetap menjadi anak yang patuh dan sangat sayang pada mommy nya. Baginya, Shafa adalah segalanya. Tahun ini Zafran sudah naik kelas 2 SD. Usianya memang lebih muda dari teman-teman sekelas nya tapi jangan salah, seorang Zafran adalah anak yang sangat cerdas bahkan bisa di bilang genius. Zafran selalu mendapat nilai 10 saat ulangan dan selalu mengeluh soal pelajaran yang menurutnya terlalu mudah. Walau demikian Shafa menolak jika anaknya masuk di kelas akselerasi. Ia ingin Zafran tetap mengikuti pelajaran sebagaimana anak usianya. Di kelasnya, Zafran dan Aira adalah siswa termuda yang harusnya masih berada di kelas 1. Aira sendiri tetap menjadi sahabat karib Zafran hingga mereka masuk sekolah dasar.
Shafa keluar dari kamar mandi dengan menggendong bocah cantik berumur 19 bulan yang nampak bergerak-gerak dalam balutan handuk berwarna putih.
Zifara Maryam Azura
Nama yang di berikan langsung oleh Shafa. Zifara, Nama yang merupakan gabungan antra namanya dan nama suaminya, Zidane dan Shafa Azura. Sedang naama tengah Maryam ia ambil dari salah satu nama wanita mulia penghuni surga, wanitaa tegar,, kuat dan taat saat harus melahirkan nabi Isa Alaihi Salam seorang diri, tanpa suami dan kerabat. Maryam adalah sosok teladan yaang pernah Rayyan ceritakan pada Shafa kala Shafa mengandung Am saat itu. Putri bungsu Shafa ini, mewarisi sebagian besar wajah ayu Shafa. Mulai dari rambut coklat, hidung mancung, bibir, alis dan bentuk wajah, semua mirip Shafa. Hanya satu bagian yang tidak ada pada diri Shafa, yaitu mata teduh yang serupa bahkan sama dengan milik ayahnya. Mata yang membuat siapapun akan menangis ketika menatapnya.
"Mommy, atu udah siaaap" Teriak Am begitu keluar dari ruang ganti dengan memakai kaos putih dan celana sebatas lutut.
"Tunggu ya, mommy pakaikan baju adek Zi dulu. Am bisa tunggu di luar sama bang Zaf"
Dengan telaten Shafa mengeringkan tubuh Zifara yang tengah mengoceh dengan menggenggam botol minyak telon di tangan kanannya.
"Anak mommy lagi ngomong apa cih? kok senang sekali" Shafa mengobrol dengan putrinya yang terlihat sangat girang. Dengan lembut ia membalurkan minyak telon di tubuh Zifara dan memakainkan nya dress cantik bermotif bunga-bunga. Tak lupa sebuah bandana berpita ia pasangkan di kepala Zi yang memiliki rambut tipis tersebut. Ia nampak begitu cantik dan lucu. Zifara, gadis mungil yang Rayyan titipkan padanya bahkan sebelum ia mengetahui bahwa Zifara ada dalam tubuh Shafa.
Shafa menahan air matanya agar tak jatuh saat bersitatap langsung dengan putri kecilnya yang juga tengah menatapnya.Tatapan Zi seolah memberitahukan pada Shafa bahwa aku baik-baik saja meski tanpa ayah di sisiku. Aku baik-baik saja karena ada mommy hebat yang selalu bersamaku. Setiap kali menatap putri kecilnya tersebut, ia merasakan Rayyan ada di dekatnya. Meskipun wajah Zi tidak mirip Rayyan, tetapi tatapan matanya jelas milik Rayyan.
Kamu apa kabar mas? Apa kamu nggak kangen aku dan anak-anak kita?
"Fa?" Suara tante Lilis menyadarkan Shafa akan keterpakuannya. Selama dua tahun terakhir ini dia memang terlalu banyak melamun, dan bengong hingga membuatnya sering kaget saat seseorang menegurnya. Ia segera mengusap matanya dengan punggung tangannya dan berbalik pada tante Lilis. Seakan mengerti apa yang di rasakan oleh Shafa, tante Lilis segera mengambil Zifara yang masih terbaring di atas kasur.
"Mandilah, tante tunggu di luar bersama anak-anak" Ujar tante Lilis sambil membawa baby Zi keluar kamar.
Shafa masih termenung di atas tempat tidurnya. Tempat yang dulu ia tempati bersama Rayyan. Sejak hari itu, Shafa tak pernah lagi merasakan hangat pelukan Rayyan, lembut tutur sapanya dan teduh tatapannya. Sejak hari itu, senyumnya seakan direnggut paksa dari wajahnya. Ia harus melewati hari-hari kosong yang telah membunuh separuh dari jiwanya. Hari dimana ia kehilangan Rayyan adalah hari dimana ia mengetahui hadirnya Zifara dalam hidupnya. Zafran, Am dan Zi adalah alasan Shaga tetap bertahan hingga saat ini. Ia bertahan dalam kepahitan hidup yang berusaha di sembunyikannya.
Kapan kamu akan pulang mas? Aku lelah mas, aku lelah mengurus mereka sendirian. Mereka butuh kamu mas.
Shafa menyeka air matanya. Ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Cukup lama ia berada di kamar mandi. Bahkan di dalam kamar mandi pun ia masih melihat bayangan wajah Rayyan yang dulu selalu menggodanya saat menghabiskan waktu berendam bersama.
Kenapa? Kenapa sulit sekali untuk ikhlas? Aku masih nggak terima kamu ninggalin aku mas! Kamu pengecut! Kamu jahat! Kamu tega sama aku. Kamu buat aku mengandung Zifara dan kamu pergi begitu saja. Kamu bahkan tidak mengijinkan aku melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Hiks...hiks.
Ya Allah jika dalam hidup ini aku bisa meminta, tolong kembalikan suamiku, tolong kembalikan ayah dari anak-anakku. Aku tidak ingin apapun lagi selain dia ya Allah.
Shafa seakan kehilangan akal sehatnya. Ia menangis sejadi-jadinya dalam guyuran air shower yang dingin. Hal yang tak pernah berubah darinya. Tak sehari pun ia tidak menangisi suaminya. Mommy dan Ibu mertuanya bahkan sampai membawanya ke psikiater dan kyai untuk menenangkan hatinya.
Shafa adalah satu-satunya yang belum mengiklaskan kepergian Rayyan. Ia tetap berkeyakinan bahwa Rayyan akan kembali. Entah keyakinan dari mana yang pasti siang dan malamnya ia selalu menunggu Rayyan. Ia tak pernah mengatakan kepada anak-anaknya bahwa Rayyan telah tiada. Jika Zafran dan Am bertanya, Ia hanya akan mengatakan bahwa ayah mereka sedang pergi bekerja dan akan kembali tak lama lagi. Kalimat tersebut cukup membuat kedua bocah tersebut girang, terlebih Zafran yang sudah sangat mengenal wajah ayahnya.
Jangan tanya sampai kapan aku menunggunya, Jangan tanya mengapa aku menunggunya. Karena aku di takdirkan untuk menunggu dan dia di takdirkan untuk kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Suhada Bintan
Baru bca udh sedih aku😭
2022-09-13
0
AsKia Putri Salmani
nyesek kak author....
Aku baca ulang thor biar inget cerita nya
2022-07-02
0
Eka Suryati
menyusakan tatapab teduh sang ayah👌🏻👌🏻
2022-04-16
0