Jira pulang ke apartemen milik Angkasa. Sepi dan gelap tidak ada penghuni disana. Karena lelah Jira langsung masuk ke dalam kamar. Dia tidak terlalu memperhatikan kamar siapa. Yang terpenting dia harus segera merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Kaki jenjangnya terjuntai ke lantai. Tas yang dia pakai sebelumnya pun Jira lempar ke sembarang arah. Perlahan kedua mata Jira mulai terpejam. Entah kenapa tubuhnya terasa sangat berat hingga pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri pun sangat malas.
Dengkuran halus mulai terdengar.Nafasnya teratur damai. Beberapa saat berlalu Jira masih terlelap. Bahkan wanita itu kini sedang bermimpi. Dalam mimpi dia melihat Angkasa bersama wanita lain. Namun wajahnya tidak jelas. Hanya terlihat samar.
Jira mendekat saat melihat Angkasa dan wanita itu mulai menjauh. Dia berlari mengejar. Terasa sangat lambat padahal semua tenaga sudah dia maksimalkan.
"Kak Angkasa." lelaki itu menoleh saat seseorang memanggil namanya.
"Jira." lirih Angkasa.
Arah pandang Jira mengarah pada lengan Angkasa yang dipeluk mesra oleh seorang wanita.
Ah sial siapa wanita itu kenapa mukanya tidak jelas dan hanya terlihat samar.
Angkasa pun mengikuti arah pandang Jira. Mengerti dengan apa yang ada dikepala Jira. Angkasa pun mengenalkan siapa wanita yang ada disampingnya.
"Dia Luna ,Jira."
"Luna." ulang cicit Jira.
"Aku harus pergi Jira."
"Jangan kak."
"Kenapa? Bukankah kau tidak ingin bercerai dengan Bayu. Padahal kau sedang mengandung. Dan kau tahu dengan jelas benih siapa itu. Tapi kenapa kau seolah buta dan tuli dengan itu. Kau tahu Jira aku merasa seolah tidak kau inginkan untuk hidup bersama dirimu." Jira menggeleng bukan begitu tujuannya.
Angkasa menatap Jira dengan lembut. Di dalam matanya terpancar rasa sedih dan kecewa dengan keputusan Jira yang tidak mau melanjutkan gugatan cerainya.
Angkasa hendak pergi namun Jira menarik lengan kakak iparnya. Dia dengan berani mencium bibir kakak iparnya itu. Cukup lama tautan bibir itu hingga beberapa saat terlepas.
"Aku menginginkanmu kak."
Kembali ke dunia nyata.
Angkasa mengulas senyum mendengar ucapan Jira. Lelaki itu mendekat. Melihat wajah Jira yang sedikit berkeringat.
"Ternyata mimpi."
Tanpa diduga dengan mata terpejam Jira meraih tengkuk Angkasa kan kembali menyatukan bibir mereka. Tidak tinggal diam Angkasa pun membalas. Hingga tautan itu membuat tubuh keduanya terasa panas.
Tangan Angkasa mulai melepas kancing kemejanya. Dan melemparkan benda itu ke atas lantai.
Pun dengan Jira, entah sejak kapan Angkasa membuka baju wanita itu. Yang jelas Jira sudah polos pun dengan Angkasa. Lelaki itu mengangkat tubuh Jira hingga seluruh tubuh wanita itu berada di atas kasur. Dengan hati-hati Angkasa melepas heels yang masih melekat di kaki Jira.
Jira melenguh namun gerakan Angkasa sama sekali tidak membangunkan dirinya.
Dalam mimpi Jira senang Angkasa akan mencumbui dirinya. Dan sesungguhnya itu terjadi di dunia nyata.
Sentuhan-sentuhan Angkasa terasa memabukkan. Hingga Jira tanpa sadar membusungkan dada. Membuat Angkasa menaikkan kedua sudut bibirnya.
Lelaki itu menikmati setiap inci tubuh Jira yang terasa nikmat. Membuatnya merasa candu terus.
Hingga beberapa saat setelah pemanasan. Tubuh mereka pun menyatu. Kali ini Angkasa yang memimpin sebab Jira masih terlelap dalam mimpi namun begitu menikmati.
Lima belas menit berlalu Angkasa akhirnya meledakkan kembali benihnya ke dalam rahim Jira.
Setelah mencapai kepuasan Angkasa menggulingkan tubuhnya di samping Jira. Nafasnya tersengal setelah pelepasan yang dia dapat. Lelaki itu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
Dengan mata tertutup Jira tersenyum. Dan berucap dengan sangat lirih." Terima kasih kak."
Akhirnya dua insan manusia yang baru saja memadu kasih itu pun terlelap damai di alam mimpi dengan saling berpelukan.
***
Di tempat lain
Terjadi perdebatan sengit antara Selly dan Stevan. Selly memaksa dia untuk menerima wanita itu sebagai karyawannya.Sedangkan saat ini dia tidak butuh karyawan baru.
"Untuk apa bekerja bukankah kau sangat mudah mendapatkan uang." sindir Stevan.
Lelaki itu tahu bagaimana Selly mendapatkan uang selama ini tanpa harus capek-capek bekerja. Dia hanya cukup membuka paha dan berapa pun uang yang dia butuhkan pasti akan mudah dia dapatkan.
"Bukankah kau ada kerjasama dengan Angkasa. Itu akan membuat kami sering bertemu dengan alasan pekerjaan. Dan kau harus menjadikanku sekretaris barumu."
"Sudah kubilang dia tidak akan tertarik dengan wanita seperti mu."
"Apa maksudmu?"
Stevan memutar kedua bola matanya. Dia malas dengan Selly. Seandainya wanita di hadapannya ini tidak memiliki senjata untuk mengancam dirinya sudah ia pastikan akan menendang jauh-jauh wanita busuk seperti Selly ini.
"Tidak usah diperjelas. Aku mau pulang."
"Stevan jika kau tidak mengabulkan keinginan ku maka aku akan..."
"Ya ya ya,datanglah besok ke kantor. Sebab ada meeting pagi besok dengan perusahaan milik Angkasa." Stevan memotong ucapan Selly yang hendak mengancamnya kembali.
Biarlah Angkasa nanti yang membereskan wanita siluman ini. Dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Selly.
"Semoga Angkasa dapat segera menyingkirkan wanita itu." gumam Stevan berlalu meninggalkan club malam tersebut.
***
Keesokan harinya
Cahaya matahari menembus masuk melalui celah gorden yang tidak tertutup sempurna. Membuat Jira perlahan membuka mata karena terganggu dengan silaunya.
Saat kesadaran mulai penuh Jira dikejutkan dengan sosok lelaki yang masih terlelap di sampingnya dengan badan telungkup ke bawah sehingga Jira tidak dapat melihat siapa lelaki itu.
"Astaga. Semalam bukan mimpi?" pikir Jira.
Walau telungkup Jira masih bisa mengenali siapa sosok lelaki itu.
Dengan perlahan Jira turun dari ranjang. Dia ingin membersihkan diri di dalam kamar mandi.
Suara gemericik air membangunkan Angkasa. Tanpa menunggu lama lelaki itu masuk untuk bergabung dengan Jira.
Angkasa tidak perlu repot melepas baju sebab dia masih polos dari semalam setelah percintaan dirinya dengan Jira.
Jira terkejut saat sebuah tangan melingkar di perutnya.
"Kak."
"Ayo mandi bareng."
Jira menggigit bibirnya saat tangan Angkasa mengelus beberapa titik sensitifnya. Suaranya tertahan.
"Jangan ditahan sayang. Aku suka suaramu."
"Kak, apa semalam kita melakukannya."
"Tentu saja dan aku ingin mengulanginya lagi."
Angkasa membalik tubuh Jira hingga mereka berhadapan. Dan penyatuan kembali terjadi di sana. Dengan gaya yang berbeda dan kenikmatan yang sama. Angkasa lagi-lagi mencumbu wanita yang masih berstatus adik iparnya itu.
Jira tidak dapat menahan suaranya.Membuat Angkasa lebih bersemangat hingga mereka mencapai kepuasan secara bersama.
"Kaaakkk Angkasa." teriak Jira dengan nafas tersengal.
"Oh Jira sungguh kau membuatku candu."
Setelah itu mereka membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke kantor.
Lagi-lagi saat melihat Jira hanya terlilit handuk membuat has*rat Angkasa kembali tersulut.
Dan tanpa menunggu waktu lama angkasa pun menarik handuk itu. Kembali mereka menyatu membuat keduanya datang terlambat ke kantor.
Semua itu salah siapa? Tentu saja salah Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments