Angkasa saat ini berada di sebuah club malam. Dia sedang menghadiri pesta lajang. Pesta yang diadakan oleh Steven teman sekaligus rekan bisnisnya.
Sebenarnya Angkasa tidak suka pergi ke club namun karena paksaan dari Steven dan rasa tidak enak hati karena diundang secara langsung membuat Angkasa mau tidak mau datang ke pesta itu.
"Angkasa ayo turun." teriak Steven yang sedang menari bersama teman-teman yang lain.
Angkasa hanya membalas senyum. Mengangkat gelas yang berisi lemon kemudian meminumnya.
Seorang wanita mendekati Steven. Dia menari-nari dengan lincah di samping lelaki itu. Dan dengan sengaja menubrukan tubuhnya ke arah Steven yang sedang asik berjoget.
Steven menatap wanita itu pun sebaliknya. Senyum wanita itu berikan kepada Steven. Lelaki itu merasa familiar dengan wajah wanita dihadapannya. Setelah beberapa detik dia ingat siapa wanita itu.
"Selly."
"Hai Steven." Selly pun mendekatkan diri. Kemudian cipika cipiki dengan Stevan.
"Sedang apa kau disini?"
"Aku hanya mencari hiburan saja disini. Kalau kau?"
"Oh, aku sedang mengadakan pesta lajang. Seminggu lagi aku akan menikah. Datanglah, nanti undangan menyusul."
"Baiklah jika kau memaksa." Stevan terkekeh sebenarnya dia tidak memaksa hanya berbasa-basi saja.
Dia tahu siapa Selly dan bagaimana kelakuan wanita itu selama ini. Sebab mereka dulu teman sekolah. Stevan pernah dekat dengan Jira. Dan ya Steven adalah salah satu mantan Selly. Lelaki itu bahkan sudah mencicipi tubuh Selly sejak lama. Namun hanya sekali setelah itu dia pindah sekolah dan putus komunikasi dengan Selly. Yang dia dengar Selly sudah punya kekasih lain dan dia pun mencari wanita lain.
"Apa kau tidak merindukanku?" bisik Selly dengan penuh sensual di dekat daun telinga Stevan.
Tidak. Stevan harus kuat iman. Dia sudah berjanji pada calon istrinya jika dia akan setia hanya dengan satu wanita.
Jari lentik Selly mulai meraba-raba bidang dada Stevan. Lelaki itu diam tidak menepis. Membiarkan wanita itu bermain semaunya. Saat tangan Selly mulai merambat turun Stevan mencegahnya.
"Aku tidak ingin bermain affair, istriku terlalu baik untuk aku khianati."
Selly tertawa keras saat mendengar kalimat Stevan. Dia tidak marah karena memang Steven bukan targetnya. Melainkan Angkasa.
"Baiklah, tapi kau harus membantuku untuk dekat dengan dia." tunjuk Selly pada Angkasa yang duduk membelakangi mereka."
Steven melihat kemana jari telunjuk Selly mengarah. Matanya menyipit saat menangkap siapa lelaki yang Selly inginkan.
"Dia lelaki yang tidak tersentuh oleh wanita manapun. Bahkan wanita cantik yang telanjang pun juga tidak membuatnya tertarik. Kau jangan bermimpi untuk dekat dengan dia. Hanya gadis beruntung yang mampu meluluhkan hatinya yang sudah membeku."
Menarik pikir Selly.
Wanita itu pantang mundur. Justru dia merasa tertantang.
"Cepat perkenalkan aku dengan dia. Kalau kau tidak mau aku akan memberitahu hubungan kita beberapa tahun lalu kepada istrimu. Bahkan hubungan kita sudah sangat jauh waktu itu dan aku masih menyimpan video panas kita. Jadi jika kau ingin pernikahan mu baik-baik saja bantu aku sekarang. Kalau tidak...."
"Baiklah, hanya memperkenalkan tidak masalah."
Sebenarnya Selly sudah tau siapa Angkasa namun wanita itu belum pernah berkenalan secara resmi atau pun hanya sekedar ngobrol biasa.
"Bro." Stevan menepuk pundak Angkasa. Membuat lelaki itu menghentikan aktifitas yang tadinya memeriksa email melalui ponsel selular. Kini menatap ke samping dimana ada Stevan dan seorang wanita yang sudah dia ketahui siapa.
Malas
Angkasa menjadi malas berada di sana setelah melihat Selly. Dia memasukkan ponsel miliknya kemudian berdiri.
"Kau mau kemana?" tanya Stevan.
"Aku ada urusan silahkan lanjutkan pestanya. Dan selamat atas pernikahan nanti."
"Tunggu sebentar Angkasa." Stevan mencegah kepergian Angkasa. Dia tidak ingin gagal mengenalkan Selly. Dia tidak ingin kehilangan calon istrinya. Dia sangat paham bagaimana watak Selly jadi dia harus bisa membantu Selly jika ingin dirinya aman.
Angkasa diam dengan wajah datar dan dingin. Dia menatap tajam tangan Stevan yang menyentuh lengannya.
"Sorry." Stevan tahu Angkasa tidak nyaman. Tapi ini demi pernikahannya. Dia akan terima amukan dari Angkasa nanti. Putus hubungan kerja pun tak apa asal jangan putus hubungan dengan calon istrinya. Bisa malu dia sebab undangan sudah tersebar semua hanya tinggal menunggu hari H.
"Aku hanya ingin mengenalkan mu pada teman sekolah ku dulu. Namanya Selly.
Selly kenalkan dia Angkasa rekan bisnisku sekaligus teman."
Dengan senang hati Selly mengulurkan tangannya. Berharap mendapat sambutan yang hangat dari Angkasa.
Tapi rasanya mustahil sebab tangan Selly masih menggantung di udara.
Sial, lelaki itu benar-benar bikin Selly penasaran. Belum pernah dia temui lelaki seperti Angkasa. Wajah tampan ,tinggi, cool dan maskulin. Benar-benar makluk ciptaan Tuhan yang hampir sempurna.
Angkasa pergi. Lelaki itu pergi meninggalkan Stevan dan Selly disana. Tanpa sepatah kata pun yang terucap dari bibirnya.
Selly geram merasa kesal karena diacuhkan.
"Aku sudah bilang dia itu kulkas sepuluh pintu. Beku dan sangat dingin. Jadi saranku lebih baik kau cari saja lelaki lain." Steven mengambil segelas minuman kemudian meneguk ya sampai habis sebelum ia kembali ke lantai dansa untuk berjoget.
"Menarik. Aku suka tantangan."
***
Jira lelah dia merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan kaki menggantung tanpa melepaskan sepatu tingginya.
Akhir-akhir ini tubuhnya mudah sekali capek. Dan gampang sekali mengantuk. Seperti sekarang tidak ada sepuluh menit dia sudah tertidur pulas.
Angkasa tiba di apartemen. Dia langsung menuju kamar. Badannya sudah sangat lengket dan dia ingin segera membersihkan diri.
Saat pintu terbuka dia melihat Jira yang tertidur. Lelaki itu memandangi wajah lelah Jira. Dengan perlahan membuka satu per satu sepatu yang masih melekat di kaki Jira. Kemudian mengangkat tubuh Jira ke atas kasur dengan sempurna. Dan menutupi tubuh Jira dengan selimut.
Saat akan pergi tangan Angkasa ditarik dan dia jatuh tepat di atas tubuh Jira namun tidak sampai menindih.
"Aku menginginkanmu kak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments