Bab 14

Matahari mulai naik meninggalkan peraduannya. Cahaya yang dipancarkan diterima baik oleh sebagian wilayah bumi. Dan semua orang mulai kembali dengan rutinitas mereka masing-masing. Pun dengan Jira yang sudah bangun lebih dulu dari Angkasa.

Wanita itu kini masih di dalam kamar mandi. Berendam dengan air hangat di dalam bathtub.

Matanya terpejam namun pikirannya melayang entah kemana.

"Argh." Jira menggeram tertahan. Dia tidak ingin Angkasa masuk. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja sejak semalam. Lebih tepatnya setelah Angkasa memberi tahu alasan kenapa dia ingin menikahi dirinya.

"Apa aku wanita yang tidak pantas untuk dicintai?"

Tiga puluh menit berlalu Jira keluar dengan memakai jubah mandi. Dia tidak ingin hanya terlilit handuk saja. Khawatir Angkasa akan menyerang kembali.

Jira berdiri di depan Angkasa yang sedang bermain gawai. Lebih tepatnya sedang berpura-pura. Lelaki itu sudah bangun sejak tadi. Ingin bergabung dengan Jira di kamar mandi. Sayangnya pintu terkunci dari dalam.

Beberapa saat Jira terdiam menatap Angkasa. Saat ini dia begitu malas berbicara dengan kakak iparnya itu.

"Kenapa?" tanya Angkasa setelah meletakkan ponsel miliknya diatas bantal.

"Aku harus pakai apa untuk kerja?"

"Kau boleh libur hari ini."

"Kenapa?"

"Karena aku ingin libur. Rasanya begitu lelah semalaman lembur."

Lembur menggagahi Jira maksudnya.

Jira mengambil baju yang semalam dia pakai. Dan memakai kembali baju tersebut. Angkasa memperhatikan namun Jira sama sekali tidak peduli.

Jira mengambil tas lalu melangkah keluar kamar. Namun sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya saat memegang handle pintu.

"Kau mau kemana?"

"Pulang." jawab Jira singkat.

"Aku antar."

"Tidak perlu. Aku ingin pergi menemui Bayu."

Mendengar wanitanya ingin menemui suaminya membuat rahang Angkasa mengeras. Tidak rela jika Jira bertemu dengan Bayu yang masih sah menjadi suami Jira.

Entahlah rasanya tidak rela jika Bayu sampai memegang tubuh Jira walau itu ujung rambut ataupun ujung kuku sekali pun.

Aneh bukan. Angkasa sendiri bingung.

"Untuk apa kau ingin menemui dia?" Ada amarah yang terselip dalam ucapan Angkasa.

"Aku hanya ingin membahas soal perceraian."

"Aku temani. Tunggu disini aku mandi dulu jangan pergi sebelum aku selesai." Angkasa mengunci pintu kamar. Membawa kunci tersebut ke dalam kamar mandi. Takut jika kabur.

Kenapa harus takut ya? Angkasa takut Jira akan goyah jika bertemu Bayu sendirian.

***

Di tempat lain seorang wanita tertawa puas setelah berhasil merebut kembali lelaki yang dicintai oleh Jira. Ini bukan kali pertama dia merebut lelaki yang selalu dekat dengan Jira. Bahkan wanita ini melakukannya sejak di bangku sekolah.

Dia benci Jira. Semua orang memuja dia. Dan dia tidak suka. Dia iri dengan apa yang Jira punya. Dan sejak saat itu dia mulai merebut semua yang Jira punya termasuk keluarga. Dan Selly begitu berkuasa setelah Ferry papa mereka mulai tidak peduli dengan Jira dan menuruti semua keinginannya.

Namun lagi-lagi keberuntungan memihak Jira. Selly tidak suka dengan berbagai cara dia menggaet Bayu calon suami Jira. Dan lagi lelaki ternyata lelaki yang mudah ditaklukkan. Dia hanya perlu memenuhi kebutuhan biologis Bayu dan itu sangat mudah bagi Selly.

"Hahaha rasanya aku harus memberi diriku piala sebagai pemenang. Jira ..Jira..kau akan menderita.Aku tidak suka melihat kau bahagia. Aku akan selalu menjadi pemenangnya. Hahaha."

"Akhirnya kau akan bercerai dan sebentar lagi aku yang akan menjadi nyonya Bayu." sambungnya.

Selly berencana pergi ke mall untuk belanja. Dia ingin merayakan keberhasilan sebagai bentuk penghargaan untuk dirinya sendiri.

Saat berjalan santai Selly melihat sosok yang sangat dia kenali berada di salah satu restoran yang berada di mall.

Matanya menyipit memastikan bahwa yang dia lihat benar.

Dan sial. Lagi-lagi dia kecolongan. Bayu dan Jira bertemu tanpa sepengetahuan dia. Sepertinya Bayu mulai tidak jujur dengannya. Tidak seperti dulu jika akan bertemu dengan Jira lelaki itu akan selalu meminta ijin kepadanya.

Mendekat. Perlahan kaki Selly mulai mendekat ke arah mereka. Duduk di salah satu kursi yang dekat dengan mereka. Membelakangi arah mereka berharap bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Tidak bisakah kakak membiarkan Jira pergi sendiri." Bayu merasa keberatan dengan hadirnya Angkasa.

"Tidak bisa."

"Tapi kami butuh privasi." sanggah Bayu yang mulai muak dengan over protektif dengan Jira padahal istrinya hanya seorang sekretaris.

Atau jangan-jangan mereka ada hubungan spesial. Pikirnya.

"Kak, tolong beri kami waktu. Aku perlu bicara dengan Bayu. Please." pinta Jira dengan wajah memelas berharap Angkasa memberinya waktu untuk bicara berdua.

"Baiklah. Lima belas menit lagi aku akan kembali."

Dengan berat hati Angkasa meninggalkan Jira dan Bayu. Lelaki itu pergi ke toilet untuk membuang sesuatu yang sedari tadi memenuhi kantung kemihnya. Berdesakan minta untuk segera dibuang.

"Mari bercerai." ucap Jira to the point.

"Jira, aku tahu aku salah. Tapi bisakah kau memberiku kesempatan pada hubungan kita. Kita bisa memulainya dari awal. Maafkan aku, aku khilaf. Bisakah kau memberiku kesempatan."

Jira tersenyum kecut. Khilaf kata dia. Khilaf kok sampai hamil. Itu bukan khilaf tapi emang suka.

"Maaf Bayu aku tidak bisa. Kita tetap harus bercerai. Karena sekarang Selly sedang mengandung anakmu."

"Anak itu tetap akan menjadi tanggungjawab ku."

"Maksudmu kau akan tetap membiayai anak itu tanpa menikahi ibunya." Bayu mengangguk sebagai pembenaran atas ucapan Jira.

Tanpa Bayu sadari Selly sudah mengepalkan tangan sesaat setelah mendengar ucapan Bayu.

"Jadi kau ingin bermain-main dengan ku Bayu." Selly yang tadinya marah kini menunjukkan seringai aneh. Entah apa yang ada dalam pikiran wanita hamil itu. Hanya Tuhan dan Author yang tahu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!