Angkasa menatap rumah megah yang dulu penuh dengan cinta. Dan sekarang rumah ini seperti neraka baginya. Begitu menginjakkan kaki rasanya terasa panas. Membuat dirinya tidak pernah bisa berlama-lama untuk tinggal disana.
Angkasa terdiam cukup lama hingga tidak menyadari Jira sudah berdiri di hadapan lelaki itu untuk beberapa menit.
"Apa yang sedang dia pikirkan?" pikir Jira mengamati lekat-lekat wajah Angkasa yang terlihat menahan sesuatu.
"Bos." panggil Jira lembut namun beberapa saat tidak ada jawaban.
Jira pun menyentuh lengan Angkasa membuat lelaki itu menoleh ke arah Jira.
"Kenapa?" tanya Angkasa yang terlihat dingin.Membuat Jira memicingkan mata. Merasa aneh dengan perubahan sikap Angkasa.
"Bos mau berdiri disini terus?"
"Rasanya aku tidak ingin masuk ke rumah ini." lirih Angkasa.
"Kenapa bos?" tanya Jira merasa kepo ingin tahu urusan Angkasa.
"Kau itu banyak tanya. Ambil kue di dalam mobil dan kasih ke si tua itu." ucap Angkasa yang terdengar seperti sebuah perintah.
"Si tua itu papa bos kan."
"Jira!" geram Angkasa mendengar kata-kata Jira yang seolah sedang mengejek dirinya.
"Oke-oke siap 86 ambil kue di mobil." Jira pun sedikit berlari ke bagasi mobil untuk mengambil paper bag yang berisi kue.
Di dalam rumah sudah ada Bayu dan papanya. Mereka sedang menonton televisi di ruang tengah. Ditemani secangkir kopi dan beberapa cemilan disana.
"Akhirnya kau datang juga kak. Aku lelah harus menemani papa menonton berita bisnis dari tadi. Rasanya kepalaku ingin pecah." ucap Bayu.
Lelaki itu memang tidak suka bekerja. Dia sudah terbiasa meminta apapun dengan ibunya tanpa harus capek-capek bekerja. Ibunya tidak pernah mendidik Bayu untuk menjadi lelaki pekerja keras. Bayu cukup patuh dan menurut dengan apa yang ibunya katakan. Maka apapun keinginan Bayu pasti akan dikabulkan oleh ibunya.
"Pa." Jira mencium punggung tangan tuan Wardana. Mertua yang menurutnya sangat kesepian walau memiliki istri dan anak.
"Akhirnya kau datang nak."
"Tentu saja datang apalagi papa yang mengundang kami. Oh iya pa ini ada kue untuk papa. Buatan mama kak Angkasa." bisik Jira di akhir kalimatnya.
Tuan Wardana langsung menoleh ke arah sang putra. Anak yang setiap malam dia rindukan. Terlebih ibu dari putranya itu. Sudah bertahun-tahun dia tidak melihat Dewi. Yang merupakan cinta pertama dan terakhir bagi dirinya.
Angkasa mengalihkan pandangan saat papanya menatap dirinya. Lelaki tua itu ingin sekali memeluk putra yang sangat dia rindukan. Tetapi rasanya tidak mungkin saat melihat wajah dingin putranya setiap melihat dirinya.
"Ayo kita makan setelah itu kita ngobrol. Papa kangen sekali denganmu Jira. Sudah lama kita tidak mengobrol."
Mereka semua akhirnya makan malam bersama. Dari pertama menginjakkan kaki Angkasa lebih banyak diam. Bahkan sampai selesai makan lelaki itu belum mengeluarkan sepatah kata pun. Padahal tuan Wardana ingin sekali mendengar suara putra kesayangannya itu.
"Jira pekerjaan mu sudah selesai kan." tanya Bayu.
"Kenapa memangnya?" Jira balik bertanya. Rasanya malas sekali meladeni Bayu. Jika dulu dia sangat ingin diperhatikan tetapi sekarang tidak terlebih setelah dia tahu jika Bayu selingkuh.
"Jika sudah kita bisa pulang bersama."
"Tidak bisa." bukan Jira yang menjawab melainkan Angkasa.
"Tapi kak ini kan sudah terlalu malam untuk bekerja." Bayu kesal seolah Angkasa ingin menguasai istrinya. Padahal memang benar. Angkasa tidak suka melihat Bayu dekat-dekat dengan Jira. Apalagi mereka masih sah sebagai suami istri. Dan Bayu bisa bebas melakukan apapun dengan Jira.
"Setelah ini kami ada pertemuan dengan tuan Wilson. Tidak bisa ditunda besok karena pagi-pagi sekali dia sudah harus terbang ke Jerman."
Bayu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Padahal dia ingin mengambil haknya dengan Jira. Entah kenapa saat melihat tubuh Jira yang mulus Bayu menjadi tertarik. Dan ingin menyentuh tubuh istrinya itu.
Tuan Wardana tidak berkomentar. Dia takut salah terlebih ini soal pekerjaan putranya.
"Dia kan istriku kenapa kakak seolah ingin menguasainya." lirih Bayu.
"Dia sekretaris ku dan dari dulu dia selalu bekerja seperti ini kenapa baru sekarang kau mengeluh."
"Selamat malam semua." Dua orang wanita datang secara bersamaan. Membuat Bayu terkejut dengan kehadiran mereka.
Semua mata tertuju pada dua wanita tersebut. Angkasa mengeraskan rahang menatap wanita yang membuat ibunya depresi hampir setahun ini.
"Sayang." Selly mendekat memeluk Bayu dengan berani. Dia tidak merasa takut ataupun sungkan.
"Selly apa yang kau lakukan." bisik Bayu.
"Memelukmu. Memang apa yang kau inginkan aku bisa memberikannya." jawab Selly dengan ringan tanpa memedulikan Jira yang sedang menatap kemesraan mereka.
"Jira,ini tidak seperti yang kau lihat." elak Bayu berdiri dari kursi mendekat ke arah Jira.
"Stop tetap disitu." Jira tidak ingin membuat keributan jadi sebisa mungkin dia tidak ingin dekat-dekat dengan Bayu.
"Jira aku bisa jelaskan."
"Apa yang ingin kau jelaskan? Bahwa dia kekasihmu,simpananmu,atau selingkuhanmu? Ah mungkin ketiganya benar." Jira tersenyum sinis merasa sudah dibohongi selama pernikahan mereka.
"Kau benar Jira aku adalah kekasih Bayu dan kau tahu sekarang aku sedang mengandung anak Bayu." Pelakor memang tidak punya urat malu. Selalu ingin diperhatikan dan diutamakan. Tidak pernah takut dengan istri sah dan seolah bangga dengan apa yang dia perbuat.
"Selly." Bayu tidak menyangka Selly akan mengatakan itu. Sekarang rencana yang sudah dia susun pasti akan gagal. Dasar Selly bodoh pikir Bayu.
"Oh ya,selamat kalau begitu. Jadi Bayu segera setelah dari sini kita urus perceraian kita. Kasihan jika bayi itu lahir tanpa seorang ayah nanti dikira anak haram lagi." Jira sengaja menyindir perbuatan zina mereka meskipun dia sendiri melakukan hubungan suami istri dengan Angkasa.
"Kau!" Selly hendak menghampiri Jira namun dicegah oleh Bayu.
"Duduk dan diam."perintah Bayu dan Selly pun menurut. Dia tidak ingin kehilangan Bayu terlebih mama Bayu sudah merestui hubungan mereka.
"Cerai ya cerai lagipula sudah setahun kau tidak hamil-hamil. Sedangkan Selly sudah hamil. Jangan-jangan kau mandul." hina mama Bayu yang mulai tidak suka dengan Jira. Yang terpenting sekarang adalah cucunya yang sedang dikandung di rahim Selly.
"Ma." Bayu hendak protes namun lebih dulu Angkasa membanting garpu dan sendok ya di atas piring. Membuat semua mata tertuju pada dia.
"Maaf aku masih ada urusan pekerjaan. Jira kau sudah selesai kan. Tuan Wilson sudah menunggu di tempat yang dia tentukan."
"Su-sudah bos."
Angkasa berdiri dia pergi bahkan tidak berpamitan dengan papa dan ibu tirinya.
"Dasar anak tidak tahu sopan santun." kesal mama Bayu yang merasa tidak dihargai semenjak tinggal di rumah itu.
Jira mendengar umpatan mama Bayu untuk Angkasa. Namun tidak dapat membela sang bos. Dia hanya kesal dengan mulut julid mama Bayu.
"Pa, Jira berangkat dulu ya. Papa baik-baik dan sehat-sehat ya." Setelah Jira pergi tuan Wardana pun kembali ke kamarnya.Dia tidak ingin menatap wajah perempuan yang sudah merusak rumah tangganya.
"Hei Wardana, kita belum selesai bicara." teriak mama Bayu yang tidak terima ditinggalkan begitu saja oleh suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments