Selly menghubungi Bayu dia ingin memberi tahu lelaki itu bahwa dirinya sedang mengandung buah cinta mereka. Dan Selly berharap dengan kehadiran calon anak yang ada di dalam rahimnya Bayu segera menceraikan Jira. Selly begitu benci dengan Jira hingga apapun yang dia miliki harus menjadi miliknya. Jira selalu lebih baik dan lebih beruntung dari dirinya dalam segala hal. Termasuk jodoh.
Dan saat Bayu menikah dengan Jira. Kebencian semakin bertambah di hati Selly. Wanita itu telah merebut kekasihnya dengan dalih perjodohan. Selly setuju saat Bayu meminta ijin dirinya untuk menikahi Jira dengan syarat dia tidak boleh menyentuh Jira sama sekali. Dan dilarang keras untuk jatuh cinta dengan Jira walau mereka tinggal satu atap. Bayu menyanggupi syarat Selly dan selama pernikahan Bayu tidak pernah sekalipun bersikap layaknya seorang suami. Bahkan dia sama sekali tidak pernah memberi nafkah batin kepada Jira.
Dan sebagai gantinya Selly akan menggantikan Jira untuk memenuhi kebutuhan biologis yang dibutuhkan oleh Bayu. Dan sejak saat itu mereka mulai rutin melakukan hubungan terlarang hingga membuahkan janin yang kini mulai berkembang di rahim Selly.
“Sayang kau dimana?” tanya Selly begitu panggilan ponselnya diangkat oleh Bayu.
“Aku lagi dalam perjalanan menuju rumah papa untuk makan malam.”
“Oh iya jangan lupa kartu kreditnya ya. Minta kakakmu untuk membuka blokirnya.”
“Hm.”
“Sayang bisa mampir ke apartemen dulu sebentar ?” Selly tersenyum melihat-lihat benda kecil yang menunjukkan garis dua disana. Dia akan memberikan kejutan untuk Bayu. Pikirannya pun sudah membayangkan bagaimana mereka akan bahagia dengan kehadiran anak di tengah-tengah hubungan mereka.
“Baiklah.” Satu kata yang Bayu ucapkan menutup percakapan mereka. Bayu pun membelokkan mobilnya menuju tempat dimana Selly selama ini tinggal.
Selly meletakkan ponselnya diatas meja. Kemudian menyimpan testpack ke dalam kotak kecil sebagai sebuah kejutan. Dia membelai lembut perutnya yang masih datar. Kemudian tersenyum dengan bahagia.
Tangan Selly membuka gagang pintu saat mendengar bel berbunyi. Dadanya berdetak kencang. Sebelah tangan yang membawa kotak kecil dia sembunyikan di balik tubuh rampingnya. Senyum terus menghiasi wajah Selly.
“Ada apa aku tidak bisa lama-lama disini. Sebentar lagi acara makan malam di rumah papa segera dimulai. Dan aku tidak ingin terlambat kesana. Papa bisa semakin tidak percaya padaku nantinya untuk mengolah perusahaan jika aku tidak bisa datang tepat waktu.”
“Baiklah aku hanya ingin memberimu kejutan saja.” Bayu mengkerutkan kening. Seingatnya dia tidak ulang tahun hari ini. Dan dia pikir hari ini bukan hari penting lainnya.
Selly memberikan kotak yang sebelumnya dia simpan di belakang tubuh kepada Bayu. Bayu menatap kotak tersebut. Tangannya perlahan mulai membuka penutup kotak itu. Kemudian matanya dia bawa untuk melihat ada apa di dalamnya. Bayu mengambil benda tersebut. Dia lihat dan dia paham karena dia lelaki dewasa dan tahu benda apa yang dia pegang.
***
Di tempat berbeda Jira datang ke kafe Djawa menggunakan taksi online. Begitu masuk dia melihat ke setiap sudut café mencari sosok yang dia cari. Dan ternyata Jingga duduk di pojok dekat jendela. Jira melangkah mendekati perempuan yang sedang duduk sendirian. Jingga menatap seseorang yang berdiri tepat disampingnya. Ada rasa kecewa saat yang datang justru Jira bukan Angkasa.
“Selamat malam nona Jingga saya diminta pak Angkasa untuk mengambil berkas.” Ucap Jira dengan lembut dan sopan.
“Memangnya kemana Angkasa?” Jingga memanggil nama Angkasa tanpa embel-embel Pak. Karena memang dulunya mereka pernah dekat. Dan belum ada kata pisah diantara mereka. Jingga hanya pergi meninggalkan Angkasa ke luar negeri tanpa pamit dan kabar sama sekali. Dan dia lihat Angkasa juga belum memiliki kekasih. Jingga pikir Angkasa pasti masih menunggunya. Dan Jingga juga yakin kalau Angkasa pasti masih menyimpan rasa untuk dirinya.
“Pak Angkasa bilang dia ada acara makan malam bersama keluarganya.” Jira terlihat tidak senang dengan pertanyaan Jingga yang seolah ingin tahu urusan orang lain.
“Boleh saya duduk?” rasanya Jira merasa pegal sedari tadi berdiri tanpa dipersilahkan duduk terlebih dahulu.
“Duduklah.” Ucap Jingga acuh kemudian menyesap minuman dingin yang sebelumnya sudah dia pesan.
Rasa kesal tergambar jelas di wajah Jira. Seolah kehadiran dirinya tidak diharapkan oleh wanita yang duduk di hadapannya.
“Maaf nona apa boleh saya minta berkasnya sekarang. Saya masih ada urusan lagi setelah ini.”
“Berkasnya tidak aku bawa masih ada di kantor. Besok kau bisa ambil di kantor.” Ucap Jingga kemudian berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan Jira yang terlihat sedikit syok dengan ucapan Jingga.
“Kalau tidak dibawa untuk apa memintaku kemari. Dasar wanita aneh. Cantik-cantik kok gak jelas orangnya.” Jira pun memutuskan untuk pergi dan memesan taksi online menuju rumah mertuanya.
Sementara di tempat lain seorang wanita paruh baya sedang menikmati kegiatan barunya yang dia tekuni beberapa bulan ini. Membuat kue dengan berbagai macam kreasi. Dengan belajar membuat kue di sebuah tempat kursus membuat dia perlahan bisa mengurangi depresi sekaligus mengalihkan pikirannya ke hal-hal yang baru. Berkat ketekunan dan kerajinannya selama ini wanita paruh baya itu kini memiliki sebuah toko kue.
“Mama putramu pulang…”teriak Angkasa begitu pintu terbuka. Dia pun melangkah semakin ke dalam mencari sosok yang sangat dia cintai di dunia ini. Tidak ada yang akan pernah bisa menggantikan wanita itu di dalam hatinya. Walaupun nantinya dia akan punya anak dan istri tetap saja ibunya akan memiliki tempat tersendiri dalam hati Angkasa.
“Pasti di dapur.” Gumam Angkasa yang mencium harum bau kue buatan mamanya.
Angkasa langsung mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi saat melihat ibunya yang terlalu fokus dengan kue buatannya.
“Angkasa.” Geram mama Dewi yang takut jika kuenya rusak. Sebab ini pesanan seseorang yang sebentar lagi akan diantar oleh kurir.
“Serius amat mam.” Jari telunjuk Angkasa sudah bergerak ingin mencicipi ujung kue yang sedang di buat oleh mama Dewi.
Wanita itu menepuk dengan sedikit keras punggung tangan Angkasa.”Ini kue pesanan orang jangan asal toel aja.”
“Oke-oke.” Angkasa mengangkat kedua tangannya. Tanda seolah dia tidak akan mengganggu pekerjaan ibunya.
Sepuluh menit berlalu kue yang sudah selesai dihias pun kini diserahkan ke kurir untuk dikirim ke pemesannya. Mama Dewi menarik kursi duduk di sebelah Angkasa yang sedang asik bermain gawai. Menyadari kehadiran mama Dewi, Angkasa pun meletakkan ponsel miliknya di atas meja. Ditatapnya wanita yang telah melahirkan dia. Meski usia tidak muda lagi namun ibunya tetap terlihat cantik. Itu karena Angkasa rutin membawa ibunya ke salon untuk perawatan. Dia tidak ingin pelakor itu lebih terlihat cantik daripada ibunya. Dia akan membuat ayahnya menyesal karena sudah memilih pelakor itu daripada wanita yang menemani dirinya selama puluhan tahun.
“Dia mengundang kita makan malam hari ini ma.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments