"Kau itu lama sekali." gerutu Angkasa.
"Kenapa? Kangen ya bos." Jira menaik turunkan kedua alisnya menggoda Angkasa.
"Ck, jangan terlalu percaya diri."
"Yasudah cepat makan habis itu kita kembali ke kantor."
"Kenapa buru-buru sih bos." kesal Jira. Membuat makan tidak enak aja kalau diburu.
*Kantor*
Jira duduk di kursi miliknya. Dia meregangkan kedua tangan. Kemudian meletakkan kepalanya diatas meja. Seolah capek dengan rutinitas hari ini.
"Capek Bu?" tegur Mira.
"Bingung nih." keluh Jira.Mengangkat kepala menghadap Mira yang duduk di sampingnya.
"Bingung kenapa? soal Bayu?" Jira mengangguk sebagai jawaban.
"Memang apa rencanamu ke depan? Tidak mungkin kamu bertahan di hubungan yang toxic itu kan?"
"Aku..."belum selesai Jira menjawab Angkasa sudah meminta Jira untuk datang ke ruangannya.
Jira menjeda obrolan dirinya dengan Mira. Kemudian masuk ke ruangan yang bertuliskan CEO setelah dipersilahkan masuk oleh sang pemilik.
"Ada apa bos?"
Angkasa menatap Jira dengan penuh selidik. Tatapannya tajam setajam silet. Seolah ingin mencabik-cabik kulit orang.
"Biasa aja kali bos natapnya. Kayak yang mau bunuh Jira aja lewat tatapan." Angkasa menghembuskan nafasnya kemudian memberikan selembar kertas kepada Jira.
"Kau membeli tas apa hingga menghabiskan uang kantor ratusan juta."
"Tas? Ratusan juta?" ulang Jira pasalnya bulan-bulan ini dia tidak berbelanja selain kebutuhan sehari-hari.
Jira membaca kata demi kata di dalam kertas tersebut. Bahkan angka-angka yang berjejer rapi disana tak luput dari pandangan Jira.
"Ini bukan kartu kredit saya bos."
"Itu memang bukan kartu kredit kamu."
"Lalu kenapa bos bertanya?" potong Jira.
"Aku belum selesai bicara Jira. Diam dulu bisa tidak saya selesaikan ucapan saya dulu."
"Oke bos." Jira mengangkat salah satu ibu jarinya. Mengacungkan ke udara sebagai tanda setuju.
"Itu kartu kredit diberikan kantor kepada Bayu. Dan diwajibkan istrinya yang memegang. Agar dapat dimanfaatkan dengan sebaiknya. Lah ini malah kamu menghambur-hamburkan untuk hal yang tidak penting."
"Eits,tunggu dulu bos. Saya memang istri Bayu tapi saya tidak pernah diberi ataupun memegang kartu itu. Jadi lebih baik bos tanyakan saja langsung pada adik bos itu. Atau bos cari saja selingkuhan Bayu sepertinya dia yang menggunakan kartu itu." ucap Jira dengan santai.
"Kau tidak marah? Cemburu atau apapun?" Jira menggeleng sebagai jawaban.
"Kau tidak mencintai Bayu sepertinya." tebak Angkasa.
"Untuk sekarang tidak." Jira berjalan perlahan ke arah Angkasa dan langsung duduk di pangkuan kakak iparnya.
"Untuk apa aku mencintai laki-laki yang tidak setia. Bagaimana kalau kita bersenang-senang kak." Jira membelai lembut rahang Angkasa. Dia pun sudah memanggil Angkasa dengan sebutan kak. Artinya ini sudah bukan profesionalitas lagi melainkan personal.
"Kau tidak takut ketahuan Bayu Jira?"
Cup
Jira mengecup singkat bibir Angkasa. Lelaki itu tidak marah. Angkasa justru kembali menempelkan bibirnya pada bibir Jira. Cukup lama hingga keduanya berbalas dan terlepas saat sudah mulai kehabisan oksigen di dalam rongga paru-paru mereka.
"Kau nakal Jira."
"Tapi kakak suka kan?" Angkasa tidak menjawab dia kembali memagut bibir Jira. Kemudian turun ke leher dan semakin turun. Hingga keluar lenguhan kecil saat semua kancing baju Jira sudah terlepas akibat ulah tangan nakal Angkasa.
Angkasa yang sudah tidak tahan membawa tubuh Jira ke dalam ruangan kecil yang berada disana. Keduanya kembali menyatu dalam hubungan terlarang. Namun Jira tidak peduli. Dia marah kesal dan kecewa dengan Bayu. Namun dia merasa tenang kembali setelah berhubungan seperti ini dengan Angkasa.
Setelah satu jam mereka keluar dengan rambut yang basah dan wajah yang terlihat segar kembali.
"Aku ingin mengeringkan rambut terlebih dahulu." Jira meminta Mira untuk mengantarkan hair dryer miliknya yang dia simpan di dalam tas.
"Gimana rasanya ehem-ehem sama bos. Hot tidak?" bisik Mira saat menyerahkan benda yang diminta oleh Jira.
"Hot banget, besar dan panjang. Uhhh..." jawab Jira dengan berbisik pula.
Setelah itu Jira mengeringkan rambut. Angkasa menatap Jira dengan tatapan yang penuh arti. Dia tidak menyangka akan bermain seperti ini dengan adik iparnya. Bahkan dia dengan mantan kekasihnya tidak sampai sejauh ini.
"Tapi kenapa dengan Jira aku tidak bisa menolak?" gumam Angkasa.
Sementara ditempat lain lebih tepatnya di salah satu pusat perbelanjaan Selly terlihat kesal sebab kartu kreditnya baru saja ditolak oleh kasir dan tidak dapat digunakan karena terblokir.
Wanita itupun menghubungi Bayu dengan kesal. Bagaimana tidak dia merasa malu dengan teman-temannya. Terlebih belanjaan mereka tidak banyak hanya 6 juta saja untuk tiga buah baju di salah satu butik di mall tersebut.
"Ada apa sayang?" jawab Bayu saat menerima panggilan telepon dari kekasihnya.
"Bay, apa-apaan kamu? Kenapa kartu kredit yang kamu berikan terblokir. Kamu sengaja mau membuat malu aku?" cecar Selly tidak kuasa menahan emosi. Memanggil Bayu dengan nama tanpa embel-embel sayang atau kata-kata mesra lainnya.
"Apa? Terblokir? Aku tidak memblokirnya sayang?"
"Lalu kenapa ini tidak bisa digunakan?" kesal Selly yang masih tidak terima dengan apa yang terjadi. Rasanya sungguh memalukan. Terlebih teman-temannya saat ini sedang berbisik membicarakan dirinya. Niat awal dia ingin sombong malah dirinya yang malu.
"Aku tanyakan dulu ke pihak bank." Bayu mematikan ponsel tanpa mendengar jawaban dari Selly.
Wanita itu semakin kesal dia bahkan menghentakkan kakinya ke lantai sebagai rasa marah yang saat ini memenuhi dadanya.
"Gimana Selly?" tanya teman Selly.
"Sebentar ya , Bayu lagi konfirmasi ke pihak bank." Teman Selly tersenyum kecut. Dia kembali menyindir Selly.
"Apa tidak ada uang cash atau kartu debit gitu Sel? Kau hanya mempunyai satu kartu kredit dan itu punya orang lain?"
Selly mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak terima dengan kata-kata yang baru saja dia dengar. Dengan terpaksa dia membayar belanjaan itu dengan uang pribadi dia.
"Nah gitu dong Sel, daritadi kek kan kita tidak perlu nunggu lama." ucap teman Selly dengan senyum di bibirnya saat barang belanjaan dia dibayar oleh Selly.
Selly yang hendak menjawab dia urungkan sebab Bayu menghubungi dirinya.
"Bagaimana?" tanya Selly dengan ketus.
"Kau belanja apa hingga ratusan juta? Aku kan sudah katakan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari bukan untuk foya-foya Selly!" Bayu sedikit geram dengan kekasihnya itu. Kalau seperti ini kan dia menjadi sulit. Terlebih hal yang berhubungan dengan Angkasa,kakaknya.
"Memang kenapa?"
"Kau lupa kartu itu tagihannya ke kantor kak Angkasa? Dan dia yang memblokir kartu tersebut karena ulahmu itu." geram Bayu.
"Bagaiman bisa?" tanya Selly sedikit merendahkan suaranya.
"Tentu saja bisa karena dia yang mengatur keuangan seluruh keluarga Wardana."
"Jadi harusnya kartu itu untuk Jira."
"Hm." jawab Bayu singkat.
"Sekarang aku harus cari alasan yang tepat agar kartu itu kembali aktif. Kau ini menyusahkan diriku saja." kesal Bayu.
Selly yang merasa bersalah pun meminta maaf. Dan sebagai permintaan maaf dia meminta Bayu untuk datang ke apartemen miliknya. Dia akan berikan pelayanan yang memuaskan untuk Bayu. Tentu saja Bayu tidak menolak karena memang itu obat anti pusing dan stres yang mujarab bagi orang dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments