Bab 4

Jira dan Angkasa memulai aktifitas mereka seperti biasa. Mereka sudah kembali ke Indonesia dua hari yang lalu. Setelah kejadian itu Jira dan Angkasa memutuskan untuk kembali.

Jira bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa dengan Angkasa. Berbeda dengan Angkasa semenjak kejadian itu ada rasa yang mulai muncul di dalam hatinya.

Jira sedikit terlambat datang ke kantor karena dia ada sedikit masalah dengan Bayu tadi pagi.

"Tumben baru datang. Dicari bos tuh. Buruan ke ruangannya dan tolong sekalian minta tanda tangan ya." Mira teman kantor Jira memberikan sebuah dokumen yang harus ditandatangani oleh Angkasa.

Tok tok

Jira mengetuk pintu sebelum masuk. Setelah di perbolehkan masuk Jira pun membuka pintu.

"Pak Angkasa mencari saya." Angkasa meletakkan pulpen yang sebelumnya dia pakai kemudian menutup dokumen yang baru saja dia baca.

"Proposal untuk meeting dengan grup Cendana sudah kau selesaikan. Dua hari lagi kita meeting dengan mereka."

"Sudah. Ini ada dokumen yang harus pak Angkasa tanda tangani." Jira meletakkan dokumen yang dia bawa di atas meja Angkasa. Lelaki itu mengambil pulpen kemudian menggoreskan tanda tangan disana.

Jira mengambil kembali dokumen tersebut. Dia duduk sesaat disana.

"Kak, ada gosip yang bilang kau itu penyuka sesama jenis. Ada juga yang bilang itu mu tidak bisa bangun."

"Apa maksudmu Jira?" tanya Angkasa yang belum tahu kemana arah pembicaraan Jira.

Wanita itu tersenyum sambil membelai aksesoris patung diatas meja.

"Yang aku rasakan kakak sangat perkasa. Juga itu kakak besar dan panjang. Sangat hot. Membuat aku ingin lagi." goda Jira.

"Memangnya Bayu tidak bisa memuaskan mu." ledek Angkasa. Ada senyum tersembunyi di balik bibir tebalnya karena pujian yang Jira berikan.

Jira mencebikkan bibirnya."Pakai tanya? Kakak kan udah tahu jawabannya. Bahkan kakak orang pertama yang menyentuh ku malam itu."

Jira yang kesal kemudian keluar ruangan begitu saja saat mendengar nama Bayu disebut. Dia kembali teringat kejadian tadi pagi sebelum berangkat ke kantor.

"Jira." teriak Bayu yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya.

"Ada apa?" ketus Jira. Rasanya sudah malas bertemu dengan Bayu mengingat pengkhianatan yang sudah dia lakukan.

"Mana sarapan kenapa kau tidak membuat sarapan. Dasar istri tidak berguna." maki Bayu dengan kasar.

Jira berdecih mendengar hinaan Bayu. Kalau dulu dia akan nangis dan terluka kali ini dia sudah biasa saja.

"Aku tidak buat sarapan karena aku tidak tahu kau akan pulang. Aku harus segera berangkat. Karena aku sudah sangat terlambat."

"Buatkan aku sarapan." perintah Bayu.

"Aku tidak mau. Kau pesan saja online. Lagi pula selama ini kau tidak pernah menyentuh sarapan yang selalu aku buat."Jira pun pergi. Bayu yang ditinggalkan begitu saja mengeraskan rahangnya. Tidak terima diacuhkan oleh Jira.

Bayu kemudian melangkah dengan cepat. Dia memegang lengan Jira dengan kasar.

"Apa?" tantang Jira.

Bayu semakin tersulut emosi melihat tingkah Jira pagi ini. Jira yang dulu dia kenal tidak seberani sekarang. Ada apa dengan Jira itulah yang sekarang Bayu coba pikirkan. Atau mungkin ada seseorang yang sudah menghasut Jira hingga istrinya itu jadi berani seperti ini.

"Buatkan aku sarapan anak haram." Jira mengepalkan kedua tangannya. Sungguh dia tidak menyangka jika Bayu akan mengucapkan kata-kata itu.

Walau sedari kecil Jira sudah sering mendengar hinaan ini tapi saat Bayu mengucapkan kalimat itu rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk jantungnya. Terasa nyeri dan begitu sakit.

"Apa kau tidak sempat sarapan dengan wanitamu?"

"Apa maksudmu?" Bayu sedikit gugup. "Apa Jira sudah tahu tentang Selly?" batin Bayu.

Jira tersenyum sinis."Lihatlah tanda-tanda merah di lehermu. Aku rasa itu bukan gigitan serangga. Tapi gigitan buaya betina yang ganas." Setelah itu Jira menghempaskan tangannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman Bayu.

Bayu mematung mendengar ucapan Jira. Dia pun bergegas mencari cermin untuk mencari tahu kebenaran ucapan Jira.

"Astaga Selly, kau benar-benar nakal ya."

Bukannya takut atau merasa bersalah Bayu justru memuji kekasihnya yang sangat liar diatas ranjang. Membuat dia membayangkan kembali adegan panas yang mereka lakukan selama beberapa hari di Malaysia.

"Sayang aku ke apartemen ya butuh sarapan." tulis Bayu dalam pesan WhatsApp.

Siang hari...

"Jira kita makan siang di luar sekalian meeting dengan pak Wilson."

"Baik pak." Jira pun membawa beberapa dokumen yang diperlukan saat meeting dengan tuan Wilson.

Jira mengikuti langkah Angkasa sampai di parkiran mobil. Pak Muji sopir Angkasa pun melajukan kendaraan sesuai dengan perintah Angkasa.

Tidak ada percakapan diantara Jira dan Angkasa. Hingga dering ponsel milik Jira memecah keheningan diantara mereka.

Jira menatap layar ponsel. Sungguh dia malas mengangkat telepon dari ayahnya. Pasti Bayu sudah mengadu hingga lelaki tua ini meneleponnya berkali-kali.

"Angkat, berisik sekali."

Mau tidak mau Jira pun menggeser icon berwarna hijau untuk menjawab panggilan.

"Ada apa?"

"Apa begitu caramu menjawab telepon dari orang tua?Kau seperti tidak diajari ibumu saja."

Jira menggertakkan giginya. Tidak terima almarhum ibunya dibawa-bawa.

"Aku tidak punya banyak waktu cepat katakan apa maumu tuan Ferry yang terhormat!!!"

"Dasar anak kurang ajar. Benar apa yang Bayu bilang kau itu tidak sopan dan kasar. Selain itu kau tidak bisa mengurus suamimu dengan baik. Pantas saja Bayu mencari wanita lain."

Jira memejamkan mata sejenak. Berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dalam dada. Sudah tahu menantunya selingkuh bukannya dimarahi ini malah anaknya yang dimarahi.

Jira mematikan ponsel secara sepihak. Rasanya tidak ada yang perlu dibahas dengan ayahnya. Terlebih tentang Bayu.

"Sebenarnya ada hubungan apa antara ayah dan Bayu kenapa ayah begitu penurut dengan Bayu." gumam Jira.

"Sebenarnya seperti apa hubungan keluarga mereka. Kenapa aku merasa Jira seperti orang lain bagi ayahnya." batin Angkasa sambil bermain ponsel miliknya.

Selesai meeting Jira ijin ke toilet sebentar. Dia ingin membuang air yang sudah memenuhi kandung kemihnya.

Di salah satu bilik toilet dia mendengar percakapan dua orang wanita yang sedang membahas Bayu.

"Enaknya yang jadi kekasih Bayu tiap hari diajak jalan. Dibelanjakan baju ,perhiasan, sepatu. Apalagi itu tas limited edition yang menjadi incaran banyak wanita kau berhasil mendapatkannya."

"Kalau bukan karena si Jira Jira itu pasti sekarang aku sudah menjadi istri Bayu."

"Lagian kenapa Bayu mau sih dijodohin sama dia?"

"Itu karena aset peninggalan ibunya."

"Maksudnya?"

"Bayu ingin aset peninggalan ibunya Jira yang diwariskan untuknya karena telah menolong wanita tua itu. Padahal yang nolong mah bukan Bayu. Hahahaaa." Selly berbicara tanpa tahu di dalam bilik toilet ada Jira yang sedang mendengarkan percakapan mereka.

"Jadi bukan Bayu orangnya." Jira mengepalkan tangan saat tahu Bayu telah membohongi dirinya selama ini.

"Beruntung Aset ibu masih atas namaku. Kau tidak akan mendapatkan apapun Bayu. Dan aku akan balas dendam dengan memanfaatkan kakakmu." Jira menyeringai,dia tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!