Jira keluar dengan mata merah dan sembab. Dia habis menangis selama sejam lebih. Jika bukan karena pekerjaan sungguh Jira malas sekali untuk keluar. Lebih baik dia mengurung diri.
"Kau itu lama sekali. Sudah sejam aku menunggumu. Telepon juga tidak diangkat. Pesan tidak dibalas. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di kamarmu?" kesal Angkasa yang sedari tadi berusaha menghubungi Jira. Bahkan lelaki itu sempat mengetuk pintu kamar Jira berkali-kali namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.
"Maaf bos aku ketiduran." bohong Jira.
"Apa dia habis menangis kenapa matanya sembab dan sedikit memerah." batin Angkasa menatap lekat wajah Jira yang terlihat sedikit pucat.
"Ayo pak Angkasa, tuan Wiliam sudah menunggu kita."
Sesuai dengan kesepakatan mereka bertemu di klub dan membicarakan tentang bisnis. Semua berjalan dengan lancar. Tuan Wiliam setuju dengan kerja sama yang ditawarkan oleh perusahaan Angkasa.
Tuan Wiliam segera pamit setelah urusan mereka selesai.
"Ayo pulang." ajak Angkasa yang melihat Jira masih duduk di tempat.
"Bos pulang saja duluan. Saya masih ingin disini." jawab Jira kemudian dia memanggil pelayan dan memesan dua botol wine.
Dia ingin meluapkan kesedihan dan rasa kecewanya kepada Bayu. Adegan pergumulan suaminya masih terus memenuhi otaknya. Dia ingin menghapus memori itu tetapi tidak bisa. Seolah adegan itu adalah sebuah virus di otaknya yang tidak mungkin akan hilang seumur hidup.
"Kau bisa mabuk jika terus-terusan minum." ujar Angkasa merebut gelas wine yang berada di genggaman Jira.
"Hei bos itu minuman aku kenapa kau mengganggu kesenanganku." Jira kembali merebut gelas wine di tangan Angkasa kemudian menenggaknya sampai habis.
Sudah satu botol Jira menghabiskan minuman beralkohol itu. Kepalanya mulai pusing. Tubuhnya terasa lemas tidak bertulang. Bangun pun mulai kesusahan.
"Jira cukup." Angkasa mengambil botol wine yang Jira tenggak langsung.
"Bos kenapa kau mengambil milikku. Kau itu seperti wanita tadi yang suka mengambil milikku." Angkasa memicingkan mata. Berusaha mencerna kata-kata yang baru saja Jira ucapkan.
"Maksudmu?"
"Bos kau itu kakaknya. Masa kau tidak tahu kalau adikmu, ah maksudku suamiku memiliki selingkuhan. Pantas saja dia tidak pernah menyentuh ku selama setahun ini. Ternyata dia sudah punya wanita idaman lain. Bodohnya diriku yang baru mengetahui hal ini."
"Kau melihatnya?"
"Tentu saja, mereka bahkan memesan kamar di depan kamarku. Bahkan tadi siang aku melihat live bagaimana mereka menyatu."
"Lalu kau diam saja?"
"Tentu saja tidak sebelum keluar aku sudah merekam perselingkuhan mereka. Supaya saat aku gugat cerai Bayu aku ada bukti."
"Wanita pintar." Angkasa mengusap-usap rambut Jira.
Wanita itu memegang lengan Angkasa. Membuat keduanya saling memandang. Jira yang sudah mulai mabuk berusaha berdiri walaupun dengan sempoyongan.
Angkasa memeluk pinggang ramping Jira agar wanita itu tidak terjatuh.
"Tapi sebelum itu aku ingin bermain-main denganmu." Jari telunjuk Jira menari diatas dada bidang Angkasa.
"Jangan memancing Jira jika kau tidak ingin menyesal."
"Menyesal. Hahaha." Jira mendorong dada Angkasa dengan sekuat tenaga hingga pelukan mereka terlepas.
"Bahkan aku menyesal telah menikah dengan Bayu. Cukup lama aku bersabar. Aku pikir dia butuh waktu untuk mencintaiku. Tapi ternyata..hiks hiks." Jira menangis meringkuk di bawah sambil memeluk kedua lututnya.
Angkasa yang tidak tega membawa tubuj Jira ke dalam pelukannya. Lelaki itu membelai lembut punggung Jira.
"Menangislah jika itu membuat kamu merasa lega."
Jira kembali melepas pelukan angkasa. Dia memandang wajah lelaki yang lebih tampan dari pada suaminya. Mendekat kemudian membelai lembut rahang Angkasa yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sana.
"Kak ayo kita bersenang-senang."
"Maksudmu." Tanpa permisi Jira langsung menyatukan bibir mereka. Angkasa yang awalnya terkejut mulai membalas. Terjadilah pertukaran Saliva yang cukup lama. Hingga terlepas saat keduanya mulai kehabisan oksigen.
"Jira, jangan menggodaku. Nanti kau menyesal." peringatan Angkasa tidak Jira hiraukan. Dia kembali menyatukan bibirnya dengan Angkasa.
Angkasa membalas. Lelaki itu mulai tidak dapat menguasai dirinya.
"Jira aku sudah memperingatkan mu. Jangan menyesal setelah ini."
"Aku ingin merasakan bagaimana hubungan suami istri. Aku penasaran kak. Ayo sentuh lah aku. Mari kita bermain-main." setelah itu Jira mulai bermain dengan telinga dan leher Angkasa. Membuat lelaki itu sudah tidak tahan dan terpaksa memesan kamar hotel di atas klub.
Keduanya pun melakukan hubungan terlarang yang seharusnya tidak mereka lakukan. Untuk pertama kalinya Jira merasakan bagaimana rasanya disentuh oleh seorang lelaki. Walau awalnya Angkasa merasa kesusahan saat ingin melakukan penyatuan.
"Dia masih virgin." ada rasa bangga dalam diri Angkasa saat dia menjadi orang pertama untuk Jira. Walaupun punggungnya harus perih karena cakaran kuku-kuku Jira yang panjang.
Jira yang awalnya sakit kini mulai menikmati permainan Angkasa. Kedua insan itu merengkuh kenikmatan dunia untuk pertama kalinya. Bukan hanya sekali tetapi sampai tiga kali karena dua ronde belum cukup bagi Angkasa. Ah, rasanya tubuh Jira sangat nikmat untuk dia sentuh.
Pagi hari...
Sinar matahari yang menembus kaca melalui celah gorden mengusik tidur Jira. Wanita itu berbalik badan membelakangi cahaya matahari agar tidak mengenai wajahnya.
Perlahan matanya mulai terbuka. Terdiam sejenak melihat sekeliling ruangan. Dia merasa asing dengan kamar itu.
Jira mulai panik. Dia kemudian duduk yang sebelumnya terbaring diatas tempat tidur. Dia mengintip tubuhnya di balik selimut.
"Astaga. Apa yang terjadi?" Jira berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan yang dia lalui semalam.
Jira membekap mulutnya mengingat apa yang sudah dia lakukan semalam.
"Aku dan kak Angkasa. Arrgghh." Jira meremas rambut panjangnya. Bagaimana bisa dia yang menggoda Angkasa terlebih dahulu.
"Ini semua gara-gara Bayu." Jira kembali marah saat mengingat kelakuan Bayu.
"Bukankah dia melakukan hal yang sama. Aku akan balas dendam melalui kakaknya. Siapa suruh dia main-main denganku. Ternyata itu alasan sikap dingin dia selama ini. Kenapa tidak menceraikan ku saja. Malah main belakang." kesal Jira kemudian turun dari ranjang untuk membersihkan diri.
"Auh kenapa sakit sekali." keluh Jira.
"Kalau aku tahu hubungan intim itu sesakit ini aku tidak akan mau melakukannya." Jira berjalan perlahan menahan perih di bawah sana.
Jira merendam tubuhnya di dalam bath up. Rasanya nyaman sekali. Terlebih air hangat membuat tubuhnya sedikit rileks.
Satu jam kemudian Jira keluar bertepatan dengan Angkasa yang datang membawa sarapan untuk mereka.
"Kau sudah bangun. Ayo sarapan."
"Aku ganti baju dulu."
Mereka pun sarapan bersama. Tidak ada obrolan sampai sarapan mereka habis. Keduanya terlihat canggung.
"Jira maafkan aku yang tidak bisa menahan diri. Dan sudah..."
"Aku yang lebih dulu menggoda mu kak. Jadi jangan merasa bersalah. Anggap saja ini permainan orang dewasa."
"Permainan kata dia." batin Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments