Hari sudah pagi, Max yang kebetulan menginap di rumah Azila pun terbangun begitu alarm yang ia setel berbunyi. Ia bergegas mematikan alarm itu, lalu bangkit dari ranjangnya dan merapihkan tempat tidur yang berantakan itu. Dengan sedikit mengantuk, ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka serta membersihkan diri sebelum nanti akan sarapan bersama Azila dan yang lainnya.
Setelah semua selesai, Max keluar dari kamarnya dan tak lupa menutupi pintu. Ia melangkah perlahan sambil sesekali menguap, rupanya rasa kantuknya belum hilang seratus persen meski ia sudah mandi. Ya Max memang belum terbiasa dengan jam tidur di Indonesia, sebab ia sudah lama sekali tinggal di Swiss dan harus menyesuaikan kembali waktu tidurnya itu.
Saat ia melewati kamar milik Azila, tanpa sengaja ia mendengar suara isak tangis wanita dari dalam sana. Karena penasaran, sontak Max menempelkan telinganya di pintu dan mendengarkan lebih jelas suara tersebut. Kini ia yakin, suara tangisan itu berasal dari Azila yang sepertinya tengah bersedih.
"Waduh, Azila nangis lagi nih di dalam! Kira-kira dia kenapa ya? Aku jadi penasaran, apa aku ketuk aja pintunya?" gumamnya lirih.
Akhirnya Max memutuskan mengetuk pintu, ia memanggil nama Azila berulang kali agar gadis itu dapat mendengarnya. Max tampak sangat panik, wajar saja karena ia sudah menganggap Azila seperti saudaranya sendiri yang harus ia jaga dan lindungi.
"Zila, kamu kenapa Azila? Bisa buka pintunya gak? Aku harus ketemu sama kamu, aku tahu kamu lagi nangis di dalam. Boleh kan kalau aku hibur kamu?" teriak Max dari luar.
Hening, suara tangisan itu mendadak hilang ketika Max berteriak dan mengetuk pintu. Sontak Max dibuat bingung kali ini, ia mencoba kembali mengetuknya dan berbicara pada Azila. Namun, tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka dan mengejutkan dirinya.
Ceklek
"Eh ya ampun, Azila! Kamu ngagetin aja deh!" ujar Max reflek.
Azila yang berdiri dibalik pintu, tersenyum tipis saat melihat reaksi Max itu. Wajahnya terlihat sembab, sepertinya memang benar kalau ia habis menangis. Ia berusaha menyeka air matanya dan menghilangkan semua bekas tangisan itu, tapi tentu saja Max sudah mengetahui semuanya.
"Udah gausah ditutup-tutupin, aku udah dengar kamu nangis tadi. Kamu itu kenapa Azila? Masih pagi kok udah nangis, emang kamu mikirin apa?" ujar Max.
"Hm, a-aku keinget mamaku aja. Tadi aku sedih banget karena di mimpi aku ketemu sama mama, itu kayak nyata banget Max. Makanya begitu bangun dan gak ada mama, aku jadi sedih deh," ucap Azila.
"Ohh, kamu pasti sedih banget ya? Yaudah gimana kalau kita turun ke bawah sekarang?" ucap Max.
"Nanti dulu deh Max, a-aku masih mau lihatin foto mama yang kamu edit itu. Kamu duluan aja ke bawah, tolong bilang ke bik Citra kalau aku nanti nyusul!" ucap Azila.
"Tapi zila, gak mungkin lah aku pergi sendiri tanpa kamu. Kalo kamu belum mau turun, ya aku bakal disini temenin kamu," ucap Max.
Azila tersenyum mendengarnya, ia paham sekali Max pasti tidak akan mau meninggalkannya begitu saja. Apalagi, saat ini ia tengah bersedih karena memikirkan mamanya. Tentu tak mungkin Max bisa membiarkannya sendirian disana.
"Oh ya, nanti aku minta bantuan kamu ya buat temenin aku ke makam papa? Kamu bisa kan?" ucap Azila.
"Jelas bisa dong, masa gak bisa? Aku bakal temenin kamu kemanapun Azila, jadi kamu gausah bilang begitu. Yang penting kamu bisa bahagia deh," ucap Max.
"Haha, makasih Max!" Azila sangat senang memiliki sahabat seperti pria itu.
•
•
Singkat cerita, Azila tiba di makam papanya bersama Max yang selalu setia menemaninya kemanapun. Mereka kini berjongkok tepat di depan makam itu, lalu Azila langsung menyentuh serta mengusap papan nisan milik papanya sambil mengucap salam.
Max dapat merasakan kesedihan dan kerinduan di dalam diri Azila saat ini, ia paham betul kalau Azila pasti masih menginginkan kasih sayang dari kedua orangtuanya itu. Akan tetapi, takdir berkata lain yang membuat Azila harus hidup seorang diri tanpa kedua orangtuanya.
"Selamat pagi, papa! Maaf ya aku baru bisa datang lagi kesini sekarang, udah lima tahun lebih aku gak datengin makam papa. Aku kangen banget sama papa, jangan marah ya sama aku, pa!" ucap Azila lirih.
Azila mulai menaburkan bunga di atas makam papanya, ia juga menangis terisak sembari mengingat momen-momen indah yang dulu mereka alami. Azila memang sangat menyayangi papanya itu, bahkan hingga kini ia masih belum bisa melupakan sosok papanya.
"Sekarang pasti papa udah bahagia disana sama mama, aku ikut senang karena papa dan mama bisa bersatu lagi sekarang. Ya walau maaf banget, aku gak bisa taruh mama di dekat papa sekarang," ucap Azila.
"Zila, kalau emang kamu mau lakuin itu. Aku siap kok bantu semuanya buat kamu," ucap Max menyela.
Sontak Azila menatap ke arah pria itu, ia kemudian menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran dari Max yang ingin membantunya. Tampaknya Azila tak mau lagi mengganggu makam mamanya yang sudah tenang itu.
"Jangan deh Max! Aku takut itu malah bikin mama keganggu, kan mama pasti udah nyaman disana. Kalau aku pindahin lagi, nanti mama marah gimana?" ucap Azila.
"Ya aku ngikut gimana kamu aja zila, pokoknya yang terbaik deh," ucap Max.
"Iya Max, thanks udah banyak bantu aku!" ucap Azila tersenyum tipis.
Azila pun kembali fokus pada papanya, tak lupa ia mencabuti beberapa rumput liar yang tumbuh di dekat sana. Sedangkan Max hanya memandangi gadis itu, entah mengapa rasanya Max malah ikut bersedih ketika melihat Azila meneteskan air mata disana.
"Oh ya pa, ini aku bawa teman aku sekarang. Dia namanya Max, orangnya baik loh pa. Dia yang selalu bantu aku selama ini, pasti papa senang deh kalau bisa kenalan sama Max!" ucap Azila.
"Ahaha, halo om! Om tenang aja ya disana, pokoknya selagi ada saya pasti Azila bakal baik-baik aja kok! Saya gak akan biarin orang lain menyakiti Azila," sahut Max.
Keduanya saling bertatapan, Azila meraih satu tangan Max dan menggenggamnya sambil mengusap lembut. Detak jantung Max sontak bergerak kencang, baru kali ini ia merasakan perasaan aneh sewaktu ada yang menyentuh tangannya.
"Kamu itu paling bisa deh Max, awas loh kalo kamu gak tepatin janji nanti papa aku bisa marah!" ujar Azila.
"Haha, mana pernah sih aku ingkar janji? Semua yang aku bilang itu pasti bakal aku tepatin, kamu juga gausah khawatir Azila!" ucap Max dengan tegas.
"Iya deh iya, aku percaya sama kamu. Aku tahu kok kamu orang baik," ucap Azila.
"Oh jelas."
Aileen tersenyum dibuatnya, ia sangat beruntung bisa bertemu dengan Max dan berteman dengannya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments