"A-apa dad? Daddy lagi bercanda kan??" ujar Ceisya yang masih terkejut bukan main.
Ya setelah Vicky mengakui bahwa ia amat menyukai Azila, kini Ceisya tampak syok berat seolah tak percaya kalau papanya itu menyukai sahabatnya sendiri. Pantas saja selama ini sikap Vicky terhadap Azila selalu berlebihan, bahkan mereka bisa sampai bercumbu di rumahnya.
Vicky menggelengkan kepalanya kali ini, ia coba meyakinkan Ceisya kalau perasaan yang ia rasakan ini memang benar adanya. Ya Vicky sangat menyukai Azila dan tak mungkin bisa melupakan gadis itu, ia juga tak rela jika harus berpisah dalam waktu yang lama dengan Azila. Apalagi, Azila pergi ke luar negeri setelah terlibat konflik dengan putrinya.
"Enggak, daddy gak lagi bercanda. Semua yang daddy bilang itu sesuai fakta, karena daddy memang mencintai Azila. Itu sebabnya daddy ada disini sekarang," ucap Vicky.
Ceisya langsung menarik tangannya lepas dari genggaman pria itu, ia menangis terisak dan masih begitu syok. Sama sekali tak pernah ia duga, kalau papanya akan menyukai sahabat yang selama ini sangat dekat dengannya.
"Ini gak mungkin dad, aku gak percaya daddy bisa suka sama Azila. Pasti daddy cuma bercanda kan?" ucap Ceisya.
"Sekali lagi daddy tegaskan ke kamu, daddy gak bercanda. Daddy emang suka sama Azila, bahkan daddy mau Azila jadi milik daddy seutuhnya. Jadi pengganti mommy untuk kamu," tegas Vicky.
"Gak, itu gak akan terjadi dad! Sampai kapanpun semua itu hanya ada di angan-angan daddy aja! Azila gak mungkin jadi pengganti mommy!" ucap Ceisya.
"Kamu jangan kayak gini ya Ceisya! Lebih baik kamu ikut daddy sekarang, ayo kita temui Azila dan bujuk dia supaya gak jadi pergi ke luar negeri! Daddy pasti akan sangat kehilangan dia nantinya," ucap Vicky.
"Daddy udah gak waras ya? Gak mungkin aku mau lakuin itu, aku juga gak mau restui hubungan daddy sama Azila!" ujar Ceisya.
Karena kesal, Ceisya memutuskan pergi begitu saja dari sana. Kini Vicky dibuat bingung apakah harus mengejar Ceisya, atau menemui Azila di dalam sana. Namun, kemudian ia memilih menyusul putrinya dan membujuk gadis itu agar tidak membenci dirinya.
"Cei, tunggu sayang! Dengerin daddy dulu, kamu jangan langsung ambil keputusan sendiri dong!" teriak Vicky.
"Cukup dad, gak ada yang perlu aku dengerin lagi! Dengan daddy bilang kalau daddy suka sama Azila, itu aja udah bikin aku sakit hati banget dad! Daddy jahat!" ucap Ceisya.
"Gak gitu cei, please dengerin daddy dulu! Berhenti sayang!" pinta Vicky.
Akhirnya Ceisya berhenti melangkah sambil terus meneteskan air mata, ia melirik ke arah Vicky yang juga ikut terhenti di dekatnya. Vicky tampak senang karena Ceisya mau menurutinya, cepat-cepat pria itu meraih tangan putrinya dan berbicara padanya.
"Gitu dong sayang, kamu jangan sedih lagi ya! Daddy ini benar-benar serius sama Azila, gak tahu kenapa setiap di dekat Azila tuh daddy selalu merasa nyaman. Tolong dong kamu ngertiin perasaan daddy!" ucap Vicky.
"Oh ya? Terus perasaan aku gimana, dad? Masa iya aku harus diam dan terima kalau daddy nikah sama teman aku?" ujar Ceisya.
"Apa salahnya? Azila kan masih single, daddy juga udah gak punya pasangan lagi sekarang. Kalau kita berdua menikah, gak ada masalahnya kan?" ucap Vicky.
"Segampang itu daddy bicara? Iya memang gak salah, tapi cara daddy itu salah. Pokoknya aku gak ikhlas ya kalau daddy sampai nikah sama Azila!" tegas Ceisya.
"Kenapa sayang?" tanya Vicky keheranan.
"Ya karena dia itu sahabat aku, aku ngerasa gak enak aja kalau Azila sampai nikah sama daddy. Apalagi, daddy udah sempat hampir lecehin Azila kan!" jawab Ceisya.
Vicky terdiam, lagi-lagi Ceisya mengungkit hal itu di depannya. Ceisya pun menarik telapak tangannya, lalu memilih pergi dari sana. Vicky berusaha mengejarnya, akan tetapi tiba-tiba seseorang menahan pundaknya yang membuatnya tidak bisa kemana-mana.
"Haish, apaan sih ini?" saat Vicky menoleh, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Bugghhh
Satu pukulan mendarat di wajahnya, sang empu terkejut dan sampai terhuyung memegangi wajahnya yang memerah itu. Vicky sungguh tak menyangka, ia melirik ke arah orang itu dan melihat Amar lah yang berdiri disana sambil menatap tajam.
•
•
Sementara itu, Azila dan mamanya telah berada di dalam pesawat. Mereka duduk sesuai nomor yang mereka dapatkan, kebetulan Azila mendapatkan tempat duduk di dekat jendela. Sehingga, ia dapat melihat sekilas pemandangan di luar sana.
Namun, tiba-tiba bayangan wajah Ceisya muncul tepat di jendela itu. Azila terbelalak, ia coba mengusapnya dan membayangkan kalau Ceisya benar-benar ada disana. Akan tetapi, semua itu tak bisa terjadi karena kini wajah Ceisya telah menghilang.
Reflek Azila menatap sekeliling seolah mencari-cari bayangan itu lagi, yang membuat mamanya merasa heran dengan tingkah gadis itu. Zahra pun menyentuh pundak putrinya, coba menanyakan apa yang terjadi padanya saat ini.
"Kenapa nak, hm? Kamu cari apa?" tanya Zahra dengan lembut.
"Eh eee a-aku gapapa, aku juga gak cari siapa-siapa. Itu tadi kayak ada sesuatu yang ganggu pikiran aku, tapi sekarang udah aman kok ma," jawab Azila dengan gugup.
"Hm, kamu mikirin Ceisya ya pasti? Mama yakin kamu pasti berat banget kan buat pisah sama teman kamu itu," ucap Zahra.
"Umm..."
Perlahan Azila menundukkan wajahnya, namun Zahra menarik dagunya agar kembali mendongak ke arahnya. Zahra berusaha menenangkan putrinya, ia tak mau Azila terus-terusan bersedih seperti itu.
"Sudah ya, nanti kamu kan bisa hubungi Ceisya lagi kalau kita udah tiba di Swiss!" bujuk Zahra.
"Ah, gausah ma. Kita gak perlu hubungi dia, a-aku juga gak mikirin dia kok. Mama salah tebak, justru aku ini kepikiran sama papa. Kita kan bakal jauh dari makam papa," ucap Azila.
Ya Azila sengaja menggunakan papanya sebagai alasan untuk berbohong pada mamanya, ia melakukan itu agar mamanya tidak terus-terusan menduga kalau ia sedang memikirkan Ceisya. Meski sebenarnya, sejak tadi ia memang tidak bisa melupakan Ceisya dari pikirannya.
"Oh gitu, gapapa kamu gak perlu mikirin papa ya sayang! Mama yakin, papa pasti ikut senang kok karena kamu dapat beasiswa kuliah di luar negeri!" ucap Zahra.
"I-i-iya ma, andai aja papa masih ada. Terus papa lihat keberhasilan aku ini, pasti papa bakal bangga kan ma?" ucap Azila.
"Tentu, pasti sayang." Zahra tersenyum, lalu menarik putrinya ke dalam pelukannya. Ia kecup kening gadis itu dan mengusap punggungnya dengan lembut.
Tak lama kemudian, pesawat yang mereka tumpangi mulai berangkat dan lepas landas dari bandara itu. Ya keduanya masih terus berpelukan, namun entah mengapa wajah Ceisya lagi-lagi muncul di pikiran Azila.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GUYS YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Alah biasanya di mana2 novel Alurnya udah bisa ketebak,Kabur bertahun2 tapi hujung2 nya pasti ketemu dan bersatu setelah itu hidup bahagia..Wkwkwkkwwk kalo gitu ngapain ada DRAMA KABURAN segala,Sia-sia aja kaburnya bertahun..
2024-07-31
3
Bandar Jayalampung
bisa GK si Thor tiap hari klo up yg banyak ya 🙏
2024-06-21
1